Minggu, 14 Juli 2013

JERMAN



                REMAJA JERMAN IKUTI LOMBA PIDATO BERBAHASA INDONESIA

          Jakarta, 10/7 (ANTARA) ¿ Enam remaja Jerman berhasil lolos dari babak penyisihan dalam lomba pidato berbahasa Indonesia yang diikuti 37 orang berasal dari berbagai negara bagian di seluruh Jerman yang diseleksi di Konstanz, Perwakilan RI di  Frankfurt, Hamburg dan Berlin.

   
Babak final Lomba Pidato Bahasa Indonesia tahun 2013 yang berlangsung di Rumah Budaya Indonesia, Berlin , demikian Sekretaris Satu Pensosbud KBRI Berkin, Juvinao Ribeiro kepada ANTARA, Rabu.

   
Dikatakannya dalam babak final lomba pidato Bahasa Indonesia 2013 menampilkan enam finalis warga Jerman.  Mereka adalah peserta terbaik berhasil lolos dari babak penyisihan yang diikuti 37 orang  berasal dari berbagai negara bagian di seluruh Jerman.

   
Keenam finalis penutur Jerman asli tersebut adalah, Fabian Garbe (HTWG Konstanz), Nina Martin (Hamburg), Sarah Schneider (Universitas Goethe, Frankfurt), Christoph Scholz (Hamburg), Claudia Seise (FU Berlin) dan  Moritz Voigt (HTWG Konstanz) menampilkan berbagai topik menarik disampaikan dalam bahasa Indonesia yang fasih dihadapan tidak kurang dari 200 penonton. 

Wakil Kepala Perwakilan, Dr. Siswo Pramono mengakui bangsa Indonesia berhutang banyak pada bahasa Indonesia. Indonesia terdiri dari 17.000 pulau, 300 kelompok etnik, 700 bahasa, dan 250 juta penduduk. 45 persen penduduk adalah suku Jawa, namun bahasa nasional bukan bahasa Jawa.

   
Justru Bahasa Indonesia berasal dari salah satu kelompok etnik minoritas yang berbahasa Riau-Malay. Dan Bahasa Indonesia berfungsi sebagai jembatan budaya yang mempersatukan  bangsa dan tanah air, ujar Siswo Pramono.     
           
Salah satu peserta lomba pidato, Moritz Voigt dari HTWG Konstanz, misalnya bertutur secara fasih mengenai perbedaan budaya antara timur dan barat, dengan judul pidato ¿langit dan bumi¿. Berdasarkan pengalaman pribadinya, saat berlibur di kota Yogyakarta, Moritz Voigt mengupas secara mendalam perbedaan antara budaya Jawa dan budaya Jerman.

   
¿Masyarakat Indonesia memiliki budaya yang penuh kebahagiaan, santun, ramah, luwes dan menerima hidup apa adanya ¿, demikian tutur Voigt.

   
Sementara itu, Fabian Garbe (HTWG Konstanz) menekankan pentingnya pendidikan dalam hidup berbangsa dan bernegara. Melalui pendidikan, orang bebas belajar apa saja yang positif dan bergaul dengan bangsa lain yang berbeda budaya dan lain-lain.

   
Peserta lainnya Nina Martin , pemudi dari Hamburg ini mengupas tentang peran bahasa Indonesia sebagai media komunikasi, dengan menceritakan pengalamannya membuat film pendek tentang kehidupan di Bandung, namun saat itu  tidak bisa bicara bahasa Indonesia sama sekali.

   
Dari pengalamannya itu, ia menyadari dengan belajar bahasa dan dialek setempat ia dapat kerkomunikasi dan menikmati budaya dan keindahan alam serta keramahan warga kota Bandung.  Akhirnya,  ia jatuh cinta dengan Indonesia, dan tekun belajar bahasa Indonesia sampai sekarang.

   
Claudia Seise (FU Berlin), mengawali pidatonya dengan kekagumannya terhadap Indonesia yang memiliki ratusan etnik dengan kurang lebih 700 bahasa yang berbeda satu sama lain. Bahasa Indonesia juga diperkaya dengan dialek setiap daerah. Sebagai contoh, sebutan seperti kakak untuk abang di Aceh, akang di Sunda, mas dan mbak di Jawa, abang dan none di Jakarta.

   
Claudia mempunya pengalaman yang unik saat belajar bahasa Indonesia di Yogyakarta. ¿Saya bahkan belajar bahasa Indonesia di tempat ¿Angkringan¿. Dari tempat nya belajar dengan berbagai budaya tempat berkumpulnya berbagai kalangan. ¿Saya juga pernah ketemu Guru Besar dari Universitas Gajah Mada, bersarung dan bersandal jepit di Angkringan¿, tutur Claudia.

   
Pada babak final di Berlin, tiga peserta lomba berhasil meyakinkan dan memukau dewan juri yang terdiri dari Dr. Wartanto, Ibu Chiguirta Padmini dan Dimas Abdirama untuk merebut angka tertinggi.

   
Pemenang utama Lomba Pidato Bahada Indonesia Tahun 2013 adalah Sdr. Moritz Voigt (HTWG Konstanz) sebagai juara I,  Sdri. Nina Martin (Hamburg) sebagai juara II, dan Claudia Seise (FU Berlin) sebagai juara III.

   
Lomba Pidato Bahasa Indonesia ini merupakan yang kedua kalinya dilaksanakan KBRI Berlin yang sebelumnya dilaksanakan Mei tahun lalu.

   
Tanggapan generasi muda Jerman positif Dubes RI untuk Jerman Dr. Eddy Pratomo menjadikan lomba pidato sebagai program reguler tahun KBRI Berlin.

   
Lomba ini diikuti penutur bahasa Jerman asli yang berasal dari berbagai profesi mencakup berbagai hal misalnya Indonesia menurut pandangan masyarakat Jerman, serta berbagai topik menarik lainnya mengenai Indonesia dalam perspektif masyarakat Jerman.

   
Dewan juri yang diwakili Direktur Pembinaan Khusus dan Pelatihan, Ditjen Anak Usia Dini Non Formal dan Informal, Dr. Wartanto, dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI mengakui sangat sulit menentukan para pemenang.

   
Semua finalis dinilai sangat baik dan layak disebut pemenang. Dr. Wartanto menghargai pandangan peserta lomba sebagai masukan untuk pembangunan nasional Indonesia. ¿Kritikan budaya dan belajar budaya yang berbeda bisa menjadi cambuk untuk kemajuan di Indonesia¿ demikian Wartanto. (ZG)

(T.H-ZG/B/M. Taufik/M. Taufik) 10-07-2013 04:33:48

Tidak ada komentar: