KPMI BELGIA DAN KBRI
BRUSEL GELAR PESANTREN KILAT
London, 30/7
(Antara) - Keluarga Pengajian Muslimin Indonesia (KPMI) Belgia
bekerjasama dengan KBRI Brussel mengelar pesantren kilat yang diikuti
sekitar 41 anak dan remaja serta 33 orang dewasa yang di KBRI
Tervuren, Brussel, akhir pekan.
Aktivitas
pesantren kilat selain untuk menyemarakkan kegiatan Ramadhan juga
dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan kebiasaan beribadah,
demikian ketua KPMI Andi Asfandiyar kepada ANTARA, Selasa.
Menurut Andi
Asfandiyar, biasanya pesantren kilat ditujukan hanya untuk anak-anak
dan remaja dengan nama acara Santri Kids. Namun sekarang acaranya
bernama Santri Family, karena tak hanya diikuti peserta anak-anak dan
remaja yang berusia antara lima sampai 18 tahun tetapi juga orang tua
anak serta mahasiswa.
Materi untuk
peserta orangtua dan mahasiswa diberikan oleh Ustadz Risyan Nurhakim
dari Bandung dan ustadz Baktiar Hasan dari Gent.
Selain
aktivitas rutin, seperti shalat berjamaah, shalat tarawih, berbuka
bersama dan sahur bersama, anak-anak dan remaja juga mendapat materi
bacaan Al Quran, shalawat, dzikir, doa-doa, menyempurnakan gerak
shalat, nonton film, menggambar kaligrafi, tanya jawab, memperbaiki
tajwid, kreativitas lainnya.
Anak-anak dan
remaja mengikuti pesantren kilat dengan penuh antusias meski puasa
mereka, sebagaimana puasanya orang yang tinggal di benua Eropa cukup
panjang durasinya, sekitar 18 jam, ditambah cuaca yang cukup panas,
mencapai 32 derajat. Tetapi mereka tetap semangat, ujar Andi
Asfandiyar.
Bagi peserta
dewasa juga mendapatkan materi seputar pemahaman AlQuran dalam
kehidupan sehari-hari, doa-doa serta bagaimana perjuangan Rasulullah
dalam bertabligh.
Sedangkan
untuk pemberi materi atau kakak-kakak pengasuh anak-anak dan remaja
dipandu ustadzah Elly Romdlyana, ustadzah Imazahra, ustadz Fahmi
Ahmad, kak Andi Yudha, dibantu beberapa mahasiswa.
Salah satu hal
yang menarik dalam acara pesantren kilat atau tepatnya pesantren
super kilat yang diadakan di KBRI Tervuren, Brussel adalah saking
antusiasnya anak-anak dan remaja banyak yang tidak mau tidur.
Bahkan
setelah shalat Isya dilanjutkan dengan tarawih, anak-anak dan remaja
tetap ngobrol, bermain, begadang menunggu saat sahur tiba. Namanya
juga anak-anak, mereka jarang berkumpul dalam jumlah banyak dengan
teman-teman sesama dari Indonesia dan dalam waktu yang singkat, Andi
Asfandiyar.
Berbeda
dengan anak-anak, peserta dewasa dalam menuju sahur 100 persen tidur
nyenyak. Acara pesantren keluarga ini juga diikuti peserta
keluarga dari Belanda dan Singapura.
Mereka ingin
acara seperti ini, meski hanya sebentar, untuk diadakan lagi di tahun
depan. Acara pesantren killat Ramadhan meski sangat singkat tetapi
mewarnai keberIslaman keluarga yang mengikutinya dalam mengantarkan
putra-putrinya menjadi generasi Rabbi Raddliyya. ***4***
(ZG)
(T.H-ZG/C/E.S.
Syafei/E.S. Syafei) 30-07-2013 13:39:16
Tidak ada komentar:
Posting Komentar