Jumat, 18 September 2015

LONDON

MWATHIRIKA CURI PERHATIAN PUBLIK DI LONDON
           London, 7/9 (Antara) -  Pertunjukkan theater boneka "Papermoon Puppet Theatre" berhasil mencuri perhatian publik di kota London pada acara Discover Indonesia,  yang digelar di Blue Room, Royal Festival Hall, Southbank , London, Sabtu.

         Seniman asal Yogjakarta tersebut  menampilkan kisah "Mwathirika" yang terinspirasi dari Peristiwa 30 September 1965.

         "Kisah yang sangat menyentuh dan permainan theater boneka yang tidak biasa," ujar salah seorang penonton usai pertunjukan Papermoon Puppet Theatre kepada Antara London, Sabtu.

          Kreator Papermoon Puppet Theatre, Maria Tri Sulistyani mengatakan senang bisa tampil menghibur publik di kota London sebagai bagian dari program Discover Indonesia yang merupakan rangkaian dari "Festival for the world".

         Pementasan "Mwathirika" yang   berarti korban,  diambil dari Bahasa Swahili, suku di Afrika Timur  digarap Maria Tri Sulistyani bersama sang suami Iwan Effendi sebelum tampil di Southbank London, ikut dalam acara Festival Fringe, Edinburgh.

          Dalam pertunjukkan Mwathirika, dikisahkan seorang gadis kecil  yang bernama Tupu, bermain kuda-kudaan dengan ceria di depan rumahnya. Tak lama berselang, dari balik pintu rumah berdinding kayu turun seorang bocah lelaki  menuruni tangga rumah yang juga terbuat dari kayu, khas rumah pedesaan.

          Moyo, kakak Tupu, datang dengan menggenggam  balon merah. Keduanya  asyik bermain, meloncat-loncat, berlarian, diam, akhirnya rebutan mainan. Tupu merengek manja hingga memaksa Moyo mengalah dan memberikan balonnya.

         Mereka seperti memiliki dunia sendiri, simbol komunikasi sendiri yaitu meniup pluit merah untuk memanggil satu sama lain. Sementara sang ayah yang mereka panggil  Baba,  adalah seorang pekerja keras.  Mereka bertetangga dengan Haki dan puterinya yang berkursi roda, Lacuna. Kedua keluarga itu hidup rukun.

         Sayangnya situasi politik  berubah persaudaraan mereka, sejak cap segitiga merah tertoreh di jendela rumah Baba, ia menjadi buron. Haki yang mencari aman menjaga jarak. Anak-anak  ditinggalkan dalam kebingungan ketika Baba tiba-tiba dibawa pergi tentara  berwajah burung nazar. Moyo pun pergi mencari Baba, namun ia pun tidak pernah kembali.

         Permainan boneka yang tidak biasa itu dengan ikutnya sang pemain boneka dalam cerita membuat penampilan Papermoon Puppet Theatre berbeda dari pertunjukkan theatre boneka lainnya. Hal ini terliat saat  si kecil Tupu yang manja yang hidup sebatang kara yang diliputi perasaan tidak aman, menghadapi bayang-bayang yang mundar-mandir di sekitarnya, yang pada akhirnya ia dipeluk oleh pemain boneka. Seperti masa kini yang memeluk sejarah, dalang dan boneka tidak lagi dipisahkan.

           Kisah "Mwathirika" yang diproduksi tahun 2010 pernah ditampilkan di tujuh kota di Amerika Serikat , termasuk di Kennedy Center-Washington DC dan Asia Society di New York City selain dalam tur Center Stage 2012 di Malay Heritage Center-Singapura dan Darwin Festival 2013, Australia. Selain tampil di Edinburgh Fringe Festival, dan di Southbank Center-London, Papermoon Puppet Theatre, bersama kelompok musik asal Aceh KamDe akan tampil di Glasgow dan selanjutnya  dalam acara puncak Disvover Indonesia yang akan digelar di Center of Contemporary Arts- Glasgow, Cardif.

         Usai pertunjukkan, para penonton yang berjumlah kurang dari 100 itu pun diajak untuk merasakan dan menyentuh boneka yang terlibat dalam diskusi dengan para seniman yang ikut main dalam Papermoon Theatre. "Silahkan rasakan dan mainkan," ujar Maria Tri Sulistyani.

         Kehadiran Papermoon Puppet Theatre di Inggris merupakan bagian dari empat tahun Program antara Indonesia dan Inggris  sebagai bagian dari komitmen kemitraan pada industri kreatif antara pemerintah Indonesia dan Inggris.

          Program Menejer UK and Indonesia British Council, Jane Showell mengatakan program Discover Indonesia menandai perayaan ulang tahun ke-70 kemerdekaan Indonesia, mendapat dukungan dari Kementerian Pariwisata dan  Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Provinsi Aceh, Kedutaan Indonesia di Inggris dan Kedutaan  Inggris di Indonesia. ***4***
(ZG)


(T.H-ZG/B/F. Assegaf/F. Assegaf) 06-09-2015 07:23:08

Tidak ada komentar: