PCA JADI LANDASAN KEMITRAAN STRATEGIS INDONESIA-UNI EROPA
London, 29/11 (ANTARA) - Perjanjian Kerja Sama Komprehensif (Comprehensive Partnership Agreement/PCA) antara Indonesia dan Uni Eropa yang ditandatangani baru baru ini, merupakan "living document" yang perlu dikembangkan dari waktu ke waktu.
"Peran global Indonesia dan Uni Eropa semakin menguat sehingga PCA dapat menjadi suatu landasan pengembangan hubungan bilateral Indonesia-Uni Eropa menuju ke arah 'strategic partnership'," ujar mantan Menteri Luar Negeri RI Hassan Wirujuda.
Sekretaris Ketiga Pensosbud/Diplik KBRI Brussel, Royhan N. Wahab kepada ANTARA London, Senin mengatakan bahwa KBRI Brussel bekerjasama dengan European Policy Centre, lembaga think-tank terkemuka di Uni Eropa, mengadakan Policy Briefing bertema "EU-Indonesia: Time to Move to Strategic Partnership".
Hassan Wirajuda menjadi pembicara tunggal dengan moderator Shada Islam, Senior Program Executive EPC yang pernah menjabat senior editor pada majalah the economist. Acara dibuka Dubes RI untuk Brussel, Arif Havas Oegroseno.
Peserta sekitar 140 orang yang berasal dari berbagai kalangan, di antaranya, para pembuat kebijakan di Uni Eropa, baik di Parlemen Eropa, Dewan Eropa, Komisi Eropa maupun institusi baru European External Action Service.
Selain itu, sejumlah wakil think-tank terkemuka di Brussel, pengusaha yang memiliki ketertarikan besar terhadap perkembangan Indonesia, tokoh-tokoh akademisi di Eropa serta kalangan media seperti Kantor Berita Reuters dan Associated Press (AP) juga hadir dalam Policy Briefing tersebut.
Dubes RI Brussel menyampaikan perkembangan positif Indonesia dalam 12 tahun terakhir yang mengalami kemajuan sangat pesat.
Hassan Wirajuda menyampaikan paparan yang komprehensif tentang kondisi Indonesia sejak krisis 1998, saat ini dan Indonesia pada 2040 mendatang serta peran kepemimpinan Indonesia di kancah regional dan global.
Ia juga memberikan paparan dan penilaian tentang hubungan Indonesia -Uni Eropa di masa lalu, sekarang dan masa depan.
Wirajuda menyampaikan bahwa sejak Indonesia menyatakan kemerdekaan tahun 1945, banyak muncul sikap skeptis dari berbagai negara di dunia, khususnya Eropa.
Namun, Indonesia membuktikan bahwa negara yang dibentuk dari keringat dan tetes darah para pendiri bangsa dan seluruh rakyat Indonesia berhasil maju pesat. Indonesia menikmati sekitar 7-8 persen pertumbuhan ekonominya.
Namun demikian, Indonesia sempat digoyang krisis ekonomi 1998 yang memporak-porandakan keadaan ekonomi Indonesia.
Menurut Hassan, para pakar di berbagai sudut dunia meramalkan balkanisasi Indonesia dan disintegrasi Indonesia. Namun Bangsa Indonesia kembali menunjukkan kemampuannya sebagai bangsa yang berketahanan.
Indonesia yang berhasil melewati 12 tahun masa reformasi yang menjadikan Indonesia berada dalam posisi yang sangat penting di mata dunia terutama pada kemajuan pembangunannya.
"Melalui reformasi, kita telah ciptakan sebuah Indonesia baru. Indonesia saat ini adalah negara demokrasi terbesar ketiga di dunia. Kita juga memiliki legislatif yang sangat kuat. Media massa di Indonesia pun menikmati artinya sebuah kebebasan pers," ujarnya.
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang tangguh karena mampu bertahan dalam masa-masa yang sangat sulit. Di masa depan, banyak lembaga keuangan dunia yang meramalkan bahwa Indonesia akan menjadi negara peringkat ke-7 ekonomi terbesar dunia.
Perkembangan-perkembangan baru pasca reformasi ini telah meningkatkan peranan kepemimpinan Indonesia di berbagai forum regional dan dunia, seperti tercermin dalam pembentukan ASEAN political security community, ASEAN human rights body dalam ASEAN Charter, G-20 dan juga UNFCCC.
Indonesia memainkan peranan penting dalam forum-forum informal untuk mendorong kemajuan demokrasi melalui pembentukan Bali Democracy Forum (BDF).
Inisiatif Indonesia mengadakan Global Inter-faith Dialogue dan Global Inter-Media Dialogue sebagai forum komunikasi para tokoh agama dan media dalam membangun sikap saling memahami, toleransi, non-diskriminasi serta pentingnya aspek etika dalam liputan media mendapat sambutan luas.
Dalam diskusi terlihat apresiasi dan harapan peserta terhadap peranan Indonesia dalam berbagai hal seperti perubahan iklim, terorisme serta isu keamanan global lainnya.
Sejumlah kalangan juga mengharapkan agar Indonesia dan Uni Eropa dapat melakukan pembicaraan FTA secara bertahap.
Dubes RI untuk Brussel menyampaikan bahwa Policy Briefing tersebut merupakan bagian dari serangkaian langkah-langkah yang akan dilaksanakan KBRI Brussel dalam rangka meningkatkan postur Indonesia agar semakin diperhitungkan di Uni Eropa. ***4*** (ZG)
(T.H-ZG/B/S023/S023) 30-11-2010 00:06:35
Tidak ada komentar:
Posting Komentar