Selasa, 02 November 2010

SAMPAH SEMARANG

MASALAH PENGELOLAAN SAMPAH SEMARANG DIBAHAS DI JERMAN

London, 2/11 (ANTARA) - Permasalahan penanganan dan pengelolaan sampah di Kota Semarang menjadi salah satu topik pembahasan para ilmuwan dan professional Indonesia dan Jerman dalam konferensi perubahan iklim di Hamburg.

Konferensi bertemakan "Kerja sama teknologi dan manfaat ekonomis dari pengurangan emisi gas rumah kaca di Indonesia," diadakan di Gedung TuTech Innovation, Hamburg, demikian keterangan pers KBRI Berlin yang diterima ANTARA London, Selasa.

Dalam acara itu, tampil para pembicara yang terdiri atas para akademisi, peneliti, praktisi dan profesional di bidang perubahan iklim.

Konferensi yang diselenggarakan Ikatan Ahli dan Sarjana Indonesia (IASI) bekerja sama dengan KBRI Berlin dan KJRI Hamburg didukung Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Hamburg bertujuan untuk mencari alternatif solusi bagi permasalahan energi dan emisi gas rumah kaca di Indonesia.

Konferensi ini juga dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman publik mengenai pentingnya pengurangan emisi gas rumah kaca di Indonesia dan manfaat ekonomis yang dapat diraih.

Secara khusus konferensi bertujuan untuk meningkatkan kerjasama antara antara Indonesia dan negara anggota Uni Eropa khususnya Jerman di bidang teknologi energi dan proyek berbasis CDM.

Konsep Clean Development Mechanism (CDM) dapat membantu memberikan tambahan insentif untuk mengatasi kesulitan pendanaan penanganan sampah di Semarang berdasarkan skema perdagangan karbon.

Utusan Khusus Presiden RI yang juga merupakan Ketua Dewan Nasional Perubahan Iklim, Rachmat Witoelar, dalam sambutannya yang dibacakan Konjen RI Hamburg, Marina Estella Anwar Bey, mengatakan, adopsi praktik pembangunan berkelanjutan yang menganut prinsip pencegahan akan menghindarkan potensi kerugian sebagai dampak langsung kerusakan lingkungan.

Hal ini tidak hanya akan menguntungkan lingkungan di bumi, tetapi juga dapat meningkatkan dan memperluas pembangunan industri, pertanian, perdagangan dan hal lain yang berkaitan dengan ekonomi.

Untuk itu, diharapkan agar konferensi ini dapat menjadi forum untuk menarik ide dan kerjasama antara Indonesia dan Jerman dalam menghadapi masa depan bersama.

Sementara itu, Duta Besar RI untuk Republik Federal Jerman, Eddy Pratomo antara lain mengemukakan bahwa pemerintah Indonesia mengakui pentingnya pengurangan emisi gas rumah kaca dalam upaya mengatasi pemanasan global dan perubahan iklim.

Pemerintah RI telah menekankan komitmennya untuk bergabung dengan upaya internasional dalam memperlambat efek negatif perubahan iklim dengan mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 26 persen pada tahun 2020, yang bahkan bisa mencapai 41 persen apabila mendapatkan dukungan dari masyarakat internasional.

Namun, upaya untuk mengatasi dampak negatif perubahan iklim harus berhubungan dekat dengan upaya pembangunan ekonomi dan pengentasan kemiskinan. Kebutuhan ekonomi harus terpenuhi agar masyarakat Indonesia dapat melindungi lingkungannya secara lebih baik.

Dalam hal ini, Dubes RI juga memberikan penghargaan tinggi kepada anak-anak muda Indonesia yang sedang belajar atau bekerja di Jerman atas kepedulian mereka atas permasalahan-permasalahan perubahan iklim di tanah air.

Konferensi ini merupakan salah satu bukti nyata kontribusi mereka dalam mencari solusi pengurangan emisi gas rumah kaca di Indonesia yang telah dicanangkan oleh pemerintah RI.

Menurut pembicara yang mengangkat topik ini diharapkan permasalahan penanganan sampah yang biayanya mahal dapat ditangani dengan lebih baik.

Pembahasan pada hari pertama difokuskan pada solusi pengelolaan sampah dan energi efisiensi pada sektor industri Indonesia. Sedangkan pada hari kedua fokus diskusi pada bidang pengembangan energi terbarukan serta topik-topik khusus mengenai perkembangan ilmiah mutakhir bagi pengurangan gas rumah kaca yang dapat diterapkan di Indonesia.

Pada konferensi ini juga diselenggarakan one-on-one meeting bagi para pengusaha Jerman yang ingin mengembangkan bisnis di Indonesia. Tercatat sembilan perusahaan Jerman tertarik untuk berbicara secara langsung dengan para pejabat dan pengusaha dari Indonesia.

Untuk meningkatkan pemahaman para pembicara dan peserta konferensi mengenai Indonesia, pada malam hari tanggal 1 November, KBRI Berlin dan KJRI menyelenggarakan resepsi dan penampilan budaya.

Dengan mengangkat tema Protection of Climate Change means also Preservation of Diverse Culture, sekitar 100 orang hadirin dihibur dengan tari-tarian Indonesia seperti tari Merak dan Klono Topeng dari Jawa dan Indang dari Sumatera Barat.

Para hadirin juga menikmati sajian kuliner khas Indonesia. ***3***

(T.H-ZG/C/F002/F002) 02-11-2010 15:21:36

Tidak ada komentar: