GREAT
BRITISH ISLAM SAMBUT RAMADAN DI INGGRIS
London, 21/7 (ANTARA) - Perjalanan
masuk Agama Islam di Inggris sejak
beberapa abad silam dan kisah William Henry Quilliam sebagai orang Inggris
pertama yang menjadi muslim, ditayangkan stasiun televisi BBC London.
Tayangan selama dua jam dalam dua seri
yang berjudul "Great British Islam" itu, menyambut bulan suci Ramadan
1433 Hijriah tahun 2012 oleh umat Islam di Inggris, mulai dilaksanakan Jumat,
di musim panas dimulai pukul 2.30 pagi hingga saat Magrib sekitar pukul 09.05
waktu setempat.
Pengamat masalah sosial dan kandidat
Phd dari Essex University, Hakimul
Ikhwan, kepada ANTARA London, Sabtu, mengatakan tayangan Great British Islam di
stasiun BBC London mulai Rabu malam itu, bukan hanya menambah pengetahuan
mengenai sejarah masuk Islam di Inggris.
Tayangan itu juga menggugah perasaan
sebagai muslim untuk mensyukuri dan respek terhadap komitmen Inggris pada
prinsip demokrasi, terutama dalam pengertian menjamin kebebasan berekspresi dan
berkeyakinan, ujar Hakimul, dosen Sosiologi Fisipol UGM Yogyakarta.
Sebelum sampai ke Inggris, tidak pernah
terbayangkan pada diri suami Lia Yuliawati bahwa tayangan seperti itu bisa ada
di TV Inggris sekelas BBC.
Dalam hal ini, mungkin Inggris memang
terdepan dibanding negara-negara Eropa lainnya, seperti Jerman dan Prancis,
ujar ayah satu putri itu pula.
Menurut dia, tayangan "Great
British Islam" sangat menginspirasi, dan banyak hal yang menarik untuk
dikomentari.
Dia menilai, ketangguhan prinsip
masyarakat Ingggris (British) terhadap prinsip penghargaan
keberagaman/pluralitas.
Tidak hanya itu, mereka juga
memfasilitasi dan menghadirkannya sebagai diskursus di ruang publik melalui
media yang paling mudah diakses, yaitu televisi, ujar alumni Pondok Modern
Gontor Angkatan 1997.
Ia mengatakan, perkembangan Islam di
Inggris sejak abad 19 sekaligus membantah tesis atau pandangan para Orientalis
bahwa Islam berkembang melalui pedang (peperangan).
Justru yang terjadi di Inggris,
sebagaimana juga terjadi di Indonesia, Islam sukses berkembang melalui
kemampuan "membumikan" nilai dan ajaran Islam sesuai dengan konteks
dan kebutuhan masyarakat lokal, ujar peneli dengan topik "Islamism and
Democracy" itu lagi.
Dalam "Great British Islam",
berupa tayangan dokumenter ini, bercerita mengenai seorang tokoh kenamaan
Inggris yang mencoba memahami Islam pada pertengahan abad ke-19.
Bertempat di sebuah bangunan yang kini
sudah tampak kusam, William Henry Quilliam, menemukan kedamaian di dalamnya.
Bangunan bercat putih kusam dengan
bagian pintu depan yang terlihat reyot dan pintu belakang penuh dengan coretan
grafiti, serta sarang burung dara dan jamur yang melekat pada hampir seluruh
permukaan dinding yang menyimpan cerita panjang mengenai Islam di Negeri Ratu
Elizabeth II ini.
Bangunan yang menjadi saksi bisu
sejarah perkembangan Islam di Inggris pada abad ke-19 dan 20 Masehi ini, adalah
milik William Henry Quilliam yang menjadi fokus menarik mengenai keberadaan
Islam pertama kalinya di Inggris Raya.
Hakimul mengatakan, Islam dalam
konstruksi masyarakat Inggris saat itu identik dengan kebodohan dan kepicikan
("narrow minded"), sehingga Quilliam mendakwahkan Islam melalui
bahasa ilmu pengetahuan.
Merujuk sejarah tersebut, kesadaran
yang perlu dibangun adalah kontekstualisasi Islam mengatasi berbagai persoalan
kekinian, bukan justru menjadi bagian masalah kekinian, kata dia.
"Jika tidak, maka ancaman
kebangkrutan niscaya terjadi, mengingat perkembangan Islam di Inggris tidak
terjadi dalam relasi penaklukkan atau peperangan sehingga wajah Islam Inggris
cenderung lebih lentur, fleksibel, dan egaliter," ujar dia lagi.
Menurut dia, sebagaimana terjadi di
Indonesia, Islam berkembang di Inggris melalui proses kultural yang dibangun
melalui jaringan sosial dalam komunitas di tingkat lokal.
Karenanya, Islam hadir dalam beragam
wajah dan ekspresi di tengah keragaman sosial masyarakat Inggris Raya.
Gelombang besar migrasi ke penjuru
wilayah Inggris Raya dalam beberapa dekade terakhir, terutama awal abad 21,
sekaligus menambah besar keragaman wajah Islam di Inggris Raya, ujar Hakimul
yang meraih gelar Master dari University of Nottingham itu pula.
Sang Penyair
William Henry Quilliam menurut laman Wikipedia adalah pria kelahiran
Liverpool, 10 April 1856 yang berasal dari keluarga kaya raya.
Ayahnya, Robert Quilliam, adalah
seorang pembuat jam.
Sejak kecil William sudah mendapatkan
pendidikan yang memadai, dan oleh kedua orang tuanya disekolahkan di Liverpool
Institute dan King William's College.
Pada kedua lembaga pendidikan ini, ia
mempelajari bidang hukum, dan pada 1878, William memulai karier sebagai seorang
pengacara.
William tumbuh dan dibesarkan sebagai
seorang Kristen.
Agama Islam baru dikenalnya ketika ia
mengunjungi wilayah Prancis selatan pada 1882.
Sejak saat itu, dia mulai banyak
mempelajari mengenai Islam dan ajarannya.
Ketertarikannya terhadap Islam semakin
bertambah saat ia berkunjung ke Aljazair dan Tunisia.
Sekembalinya dari mengunjungi Maroko,
William merealisasikan keinginannya untuk berpindah keyakinan ke agama Islam.
Setelah masuk Islam, ia mengganti
namanya menjadi Abdullah Quilliam.
Usai menyandang nama baru ini, William
gencar mempromosikan ajaran Islam kepada masyarakat Liverpool.
Untuk mendukung syiar Islam di kota
tempat kelahiran The Beatles itu, William mendirikan lembaga bagi mereka yang
ingin mengetahui dan belajar tentang Islam.
Pada 1889, ia pun mendirikan Liverpool
Muslim Institute.
Tak hanya sebatas menjadi pusat
informasi Islam, Abdullah kemudian memfungsikan bangunan Liverpool Muslim
Institute menjadi tempat beribadah bagi komunitas Muslim Liverpool.
Bangunan itu mampu menampung sekitar
seratus orang jemaah.
Pendirian masjid ini kemudian diikuti
oleh pendirian sebuah perguruan tinggi Islam di Kota Liverpool, dan sebuah
panti asuhan bernama Madina House.
Pimpinan perguruan tinggi Islam itu,
Abdullah menunjuk Haschem Wilde dan Nasrullah Warren.
Sebagaimana pujangga Inggris William
Shakespeare, William Henry Quilliam/Abdullah Quilliam ini dikenal aktif sebagai
penulis sastra, dan berupaya menarik simpati masyarakat non-Muslim di Liverpool
melalui karyanya.
Dalam rentang waktu sepuluh tahun, dia
berhasil mengislamkan lebih dari 150 warga asli Inggris, baik dari kalangan
ilmuwan, intelektual, maupun para pemuka masyarakat termasuk ibunya yang semula
seorang aktivis Kristen.
Berbagai tulisannya mengenai Islam
diterbitkan melalui media The Islamic Review dan The Crescent yang terbit dari
1893 hingga 1908 dan beredar luas secara internasional.
Harian The Independent menulis bahwa
William memanfaatkan ruang bawah tanah masjid sebagai tempat untuk mencetak
karya-karya tulisnya.
William menerbitkan tiga edisi buku
dengan judul The Faith of Islam pada 1899.
Bukunya ini sudah diterjemahkan ke
dalam 13 bahasa dunia.
Ratu Victoria dan penguasa Mesir
termasuk di antara tokoh dunia yang pernah membaca bukunya.
Berkat The Faith of Islam, dalam waktu
singkat nama Abdullah Quilliam dikenal luas di seluruh negeri-negeri
Muslim.
Dia juga menjalin hubungan dengan
komunitas Muslim di Afrika Barat, dan mendapatkan penghargaan dari pemimpin
dunia Islam.
Bahkan, ia mendapat gelar Syekh
al-Islam dari Sultan Ottoman (Turki Usmani), Abdul Hamid II, pada 1894, dan
diangkat sebagai Atase Khusus Negeri Persia untuk Liverpool.***3***
(T.ZG)
(T.H-ZG/B/B014/B014) 21-07-2012
06:28:19