USAHA MENTERI MARI PENGESTU
MERAIH POSISI DIRJEN WTO
Oleh Zeynita Gibbons
London, 31/3 (ANTARA)-Bagi Mari
Pangestu, perjalanan ke berbagai negara bahkan dalam satu hari berada di tiga
negara dilakoninya demi untuk menjelaskan visinya meraih posisi sebagai Dirjen
Organisasi Perdagangan Dunia atau World Trade Organisation.
Tidak mengenal lelah bagi wanita
kelahiran Jakarta, 23 Oktober 1956, mengadakan pertemuan dengan berbagai pihak
yang dapat memberikan dukungan bagi kelangsungan organisasi PBB yang menangani
masalah perdagangan.
Mari yang saat ini menjabat sebagai
Menteri Pariwisata dan EKonomi Kreatif -
menjelaskan pentingnya perdagangan bagi pertumbuhan perekonomian dan masa depan
dari sistem perdagangan multilateral dibawah World Trade Organization (WTO).
Dari Jerman, Mari yang mengikuti
kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
ke Berlin, awal Maret dan
sekaligus menghadiri penyelenggaraan pameran pariwisata terbesar ITB Berlin itu
pun ikut mendampingi rombongan SBY saat melanjutkan kunjungannya ke Budapest.
Esoknya paginya, Mari sudah kembali
berada di Berlin dalam rangka mengadakan pertemuan dengan para anggota kelompok
pemikir atau "think tank" di Lembaga riset bergengsi Jerman, Konrad
Adenauer Stiftung (KAS), dalam acara sarapan pagi.
Deputi Kepala Kerjasama Internasional
dan Eropa KAS, Dr Wolfgang Maier, dalam diskusi terbatas menganggap Mari
Pangestu, adalah orang yang cocok dan tepat menjadi direktur Jenderal
Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
"Ibu Mari Pangestu memiliki latar
belakang profesional yang kuat, baik di dunia riset, pendidikan, dan politik.
Portofolio kapasitas Ibu Mari sangat kuat, " ujar Dr Wolfgang Maier.
Dari Berlin, Mari Pangestu langsung
terbang ke Brusel, di tengah kesibukan kunjungan kerjanya itu dalam rangka
pencalonannya sebagai Dirjen WTO, Mari pun
ikut merayakan Hari Raya Nyepi berserta masyarakat Indonesia yang ada di
Berlgia.
Lawatan dilanjutkan ke Inggris dan
Irlandia guna membahas masa depan dari sistem perdagangan multilateral Organisasi
Perdagangan Dunia (WTO). Di London, Inggris, dia bertemu dengan Menteri Negara
Perdagangan dan Investasi Inggris, Lord Green, dan Menteri Negara untuk
Pembangunan Internasional, Alan Duncan.
Sekretaris Satu Penerangan, Sosial dan
Kebudayaan (Pensosbud) KBRI London, Heni Hamidah, kepada ANTARA , mengatakan
Mari juga mengunjungi Irlandia yang menjabat Kepresidenan Uni Eropa untuk enam
bulan pertama 2013.
Di Irlandia, pakar ini bertemu
dengan Menteri Tenaga Kerja dan Inovasi, Richard Bruton, dan Menteri
Negara Pariwisata dan Olahraga, Michael Ring.
Saat di di London, Mari menyampaikan
kuliah umum di London School of Economics (LSE) mengenai sudut pandang
Indonesia terhadap WTO dan bertemu kelompok parlemen (APPG) untuk perdagangan
dan investasi dan APPG untuk Indonesia.
Diusung pemerintah
Perempuan yang pernah menjabat sebagai Menteri Perdagangan adalah wanita Tionghoa-Indonesia pertama yang
memegang jabatan sebagai menteri di Indonesia merupakan calon Dirjen WTO yang
diusung oleh pemerintah Indonesia.
Dalam setiap pertemuan putri ekonom
terkenal Indonesia, J. Panglaykim
menjelaskan mengenai WTO yang dimasa datang harus lebih baik dari
putaran Doha.
Menurut dia, WTO dihadapkan pada
berbagai tantangan, antara lain, untuk memastikan bahwa perdagangan tetap
menjadi "engine of growth and jobs" dalam situasi global yang tidak
menentu.
Ada persepsi bahwa liberalisasi tidak
selalu memberikan keuntungan kepada seluruh anggota secara adil, dan perbedaan
kondisi saat ini dibanding waktu perumusan Doha Round, serta revitalisasi
perundingan WTO yang mengalami kebuntuan.
Untuk itu, Mari yang meraih gelar Bachelor dan Master of
Economics dari the Australian National University, Dirjen WTO harus melayani
anggotanya, serta berfungsi sebagai penjaga dari sistem perdagangan
multilateral. Dia menyebutkan kerangka kerja berbasis aturan dan proses penyelesaian sengketa haruslah
menguntungkan semua anggota, baik dari perekonomian besar atau kecil.
Oleh karena itu, Indonesia harus terus
memperkuat kerangka kerja yang berbasis aturan dan proses penyelesaian sengketa
untuk kepentingan semua anggota, ujar ibu Raymond dan Arya, hasil perkawinannya
dengan Adi Harsono.
Menurut Mari, WTO harus mengakui keterbukaan terbukti menjadi mesin yang luar
biasa untuk pertumbuhan ekonomi, tetapi juga menciptakan tantangan-tantangan
baru. WTO harus tetap menjadi lembaga utama untuk mewujudkan visi perdagangan dan
pembangunan untuk kepentingan kolektif dari semua anggotanya, ujar Mari yang
meraih gelar Ph.D di bidang Perdagangan
Internasional, Keuangan, dan Ekonomi
Moneter dari Universitas
California.
Bergerak maju
Dikatakannya, WTO harus bergerak maju untuk menyelesaikan
putaran Doha karena dampaknya akan tetap positif bagi perekonomian dunia dan
menjadi stimulus ekonomi yang tidak memerlukan pengeluaran dana.
Menurut Mari, proses pembukaan pasar dan integrasi ekonomi
yang berkembang di bawah perjanjian bilateral dan regional adalah langkah yang
baik. Organisasi perdagangan internasional ini harus dikelola dengan baik
sebagai institusi multilateral. Perubahan dan reformasi harus dilihat sebagai
sebuah proses bukan hasil.
Mari berjanji bila terpilih akan fokus
untuk menjadi manajer yang baik dalam mengelola sumber daya WTO dalam
memastikan bahwa pelayanan pada semua anggota dapat berjalan optimal.
"Dirjen seperti seorang
'jenderal' memiliki seluruh tim dan
tentara yang efektif guna mendukung pekerjaan dalam melakukan pelayanan terbaik
bagi semua negara anggota," tutur Mari dihadapan 157 anggota WTO yang
menghadiri Sidang General Council, Jenewa, Swiss baru baru ini.
Dalam pertemuan WTO General Council
(WTO) Mari Pangestu menyampaikan visi dan misinya sebagai calon dirjen WTO,
untuk menggantikan Pascal Lamy yang akan mengakhiri jabatannya akhir bulan
Agustus 2013.
Mari
menyakinkan anggota WTO agar memilihnya dari sembilan calon yang
bersaing mengisi jabatan tersebut. Delapan calon lainnya berasal dari Ghana,
Costa Rica, Selandia Baru, Kenya, Jordania, Meksiko, Korea Selatan, dan Brazil.
Untuk menyakinkan para anggota, Menteri
Mari memaparkan latar belakang pendidikan dan pengalaman serta keahlian di
bidang perdagangan dan manajerial.
Selain itu,
Mari juga harus meyakini seluruh anggota untuk mengupayakan keberhasilan
KTM IX WTO di Bali bulan Desember mendatang yang dapat dijadikan pijakan guna
mendorong penyelesaian perundingan Doha Development Agenda.
Mari menawarkan solusi alternatif
dengan mengajak anggota melihat peran WTO secara keseluruhan. Pengakuan atas
keberhasilan WTO dalam memberikan keuntungan bagi seluruh anggota dianggap
penting.
Dalam menghadapi semakin maraknya
pembentukan Regional Trade Arrangements, WTO juga diharapkan dapat ikut
mendorong kerja sama regional yang mendukung multilateral trading system.
Dubes RI untuk Kerajaan Inggris Raya dan
Republik Irlandia Hamzah Thayeb mengatakan
bila Mari Pangestu terpilih menjadi Direktur Jenderal WTO, menjadi
inspirasi para pelajar dan mahasiswa di Inggris yang ingin berkarir di dunia
internasional seperti halnya Dr Sri Mulyani, mantan Menteri Keuangan yang saat
ini menjadi Managing Director Bank Dunia.
***3***
(ZG/b/a011)
arnaz
(T.H-ZG/B/A.F. Firman/A.F.
Firman) 31-03-2013 07:03:28
Tidak ada komentar:
Posting Komentar