DARMIN
NASUTION LANTIK KEPALA PERWAKILAN BI LONDON
London, 24/4 (ANTARA) - Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution
melantik Kepala Perwakilan BI London, Rizal Anwar Djaafara
mengantikan Dian Ediana Rae, di KBRI London, Rabu, disaksikan Dubes
RI untuk Inggris Raya dan Irlandia, Teuku Mohammad Hamzah Thayeb.
Rizal Anwar Djaafara yang sebelumnya menjabat Direktur pada
Direktorat Sumber Daya Manusia di Jakarta.
Dalam acara yang berlangsung singkat dengan hikmad dan disaksikan
perwakilan lembaga lainnya di Inggris serta tokoh masyarakat
Indonesia dan mitra kerja Bank Indonesia di London dilanjutkan dengan
acara ramah tamah.
Gubernur BI Darmin Nasution dalam sambutannya mengatakan acara serah
terima jabatan Kepala Perwakilan BI London kali ini dilangsungkan di
Kedutaan Besar RI sekaligus menandakan keinginan kuat dari BI untuk
meningkatkan hubungan dan kerjasama baik dengan KBRI dan jajarannya
dan diharapkannya akan menjadi tradisi yang baik bagi kedua lembaga
sebagai duta bangsa dan negara.
Menurut Darmin Nasution, Kepala Perwakilan BI London yang memiliki
wilayah kerja Eropa dan Afrika - telah berdiri dan menjadi bagian
Bank Indonesia sejak 1958, yaitu sejak tercatatnya sebagai badan
usaha kala itu di Inggris yang telah berkembang.
Di samping mengelola cadangan devisa, perwakilan Bank Indonesia
memiliki tugas melaksanakan fungsi internasional yang mencakup lima
aspek yaitu membina hubungan dengan bank sentral dan lembaga
internasional di wilayah kerja, mengkomunikasikan perkembangan
ekonomi nasional serta kebijakan Bank Indonesia kepada stakeholder
luar negeri dan strategic partner di wilayah kerja, terutama lembaga
rating, bank sentral, dan perwakilan luar negeri pemerintah Indonesia
seperti KBRI dan KJRI.
Selain itu memantau dan menganalisis isu strategis khususnya yang
terkait dengan regulasi dan kebijakan ekonomi dan moneter, yang
dikeluarkan oleh pemerintah dan bank sentral di wilayah kerja, dan
menyampaikannya kepada Kantor Pusat Bank Indonesia.
Perwakilan BI juga bertugas melakukan klarifikasi isu-isu yang
berkembang terkait dengan kebijakan ekonomi Pemerintah Republik
Indonesia yang menjadi perhatian stakeholder di wilayah kerja dan
membantu pemerintah untuk bertindak sebagai processing agent dalam
penerbitan surat utang negara (SUN) Republik Indonesia di wilayah
kerja.
Dalam kesempatan itu Gubernur BI juga mengatakan bahwa acara alih
tugas Kepala Perwakilan Indonesia London ini memiliki arti yang cukup
penting dan strategis bagi Bank Indonesia. Alih tugas ini cukup
penting karena berkaitan dengan pengembangan SDM melalui tour of duty
di Bank Indonesia.
Sesuai dengan konteks organisasi modern, alih tugas disadari menjadi
kebutuhan Bank Indonesia guna tetap menjaga kesinambungan tugas,
fungsi, dan tanggung jawab yang diemban kepala perwakilan.
"Alih tugas ini juga strategis karena berkaitan dengan upaya BI
untuk terus memperkuat peran Kantor Perwakilan Bank Indonesia dalam
mengantisipasi tantangan perekonomian global yang semakin berat,"
ujarnya.
Diakuinya berbagai pergeseran struktur dan karakteristik perekonomian
global yang banyak mengemuka, termasuk krisis ekonomi global dan
runtutannya selama lima tahun terakhir, mengharuskan kita terus
mencermati tantangan tersebut, sekaligus mengoptimalkan berbagai
potensi yang ada.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan akan terus meningkat
sehingga pada tahun 2013 menuju batas atas kisaran 6,45 persen
sementara pada tahun 2014 diperkirakan mencapai kisaran 6,80 persen.
Inflasi, meskipun pada tiga bulan lebih ini meningkat akibat dorongan
harga bawang merah dan bawang putih, masih memiliki harapan untuk
berada dalam kisaran sasaran 4,5+1 persen.
Sementara itu, pasar keuangan dalam tren meningkat yang ditandai
dengan peningkatan IHSG yang saat ini sudah sempat menembus level
5.000.
Peningkatan persepsi positif pelaku ekonomi selama ini antara lain
terlihat pada perbaikan peringkat Indonesia dari berbagai lembaga
rating. Pada akhir tahun 2011, lembaga rating Fitch memasukkan
Indonesia dalam peringkat layak investasi (Investment Grade), diikuti
oleh Moody's di awal tahun 2012.
Bahkan di tahun 2010, Japan Credit Rating Agency telah mendahului.
Beberapa hari lalu saya juga bertemu dengan sejumlah petinggi
Standard & Poor's dan berusaha meyakinkan mereka bahwa Indonesia
sudah lama layak dikategorikan Investment Grade. Memang S&P
adalah satu-satunya lembaga rating yang masih behind the curve.
***3***
(ZG)
(T.H-ZG/B/B.
Situmorang/B. Situmorang) 24-04-2013 19:15:19
Tidak ada komentar:
Posting Komentar