Rabu, 10 April 2013

MUSISI

Musisi Remaja Indonesia Tampil di BBC Orchestra



BBC Concert Orchestra (Dok. Roundhouse)
BBC Concert Orchestra (Dok. Roundhouse)
London, GATRAnews - Komposisi yang dibuat remaja Indonesia, Marisa Sharon Hartanto, 27 tahun, berjudul "Rumble to the Past" yang menjadi finalis BBC Concert Orchestra ditampilkan bersama komposer Anne-Marie O-Farrell dari Queen`s University Belfast dalam The BBC Concert Orchestra`s Baroque Remixed di Roundhouse, London, baru baru ini.

"Bangga komposisi saya ditampilkan orkes yang sangat terkenal BBC Concert Orchestra dan menjadi finalis," ujar Marisa Sharon Hartanto kepada Antara, Jum`at (5/4).

Bahkan Conductor BBC Orhcestra, Charles Hazlewood mengakui karya Sharon sangat luar biasa terpilih setelah menyisihkan komposer lainnya yang sudah lulus Master dan bahkan dua diantaranya tengah menyelesaikan PhD. "Saya yang paling muda diantara para finalis lainnya dan karyanya diworkshopkan paling akhir," ujar Sharon yang tengah mengambil Master of Music dengan composition major di Royal Holloway University of London.

Sharon demikian Marisa Sharon Hartanto biasa disapa bercita-cita komposer dari Indonesia bisa dikenal dunia mengakui banyak komposer dunia yang tertarik dengan gamelan.

Dikatakannya pemusik Indonesia dapat menjadi komposer-komposer yang sangat sukses, ujar Sharon yang sebelumnya kuliah Farmasi di Universitas Indonesia mengambil S1 dalam program Apoteker.

Remaja kelahiran Jakarta yang belajar musik khususnya piano sejak berusia lima tahun dan di usia delapan tahun beralih ke electone organ dan belajar vokal dan biola saat berusia 11 tahun.

Dengan darah seni yang mengalir dan rasa haus akan pengetahuan, Sharon tidak berhenti belajar, pada tahun 2009 mendalami conducting orkestra, komposisi di Jakarta dan belajar arranging dan orkestrasi online di Berklee College of Music.

Anak kedua dari tiga bersaudara berharap kawula muda Indonesia mau belajar dengan giat untuk menjadi berkualitas, bukan hanya sekedar mau hebat secara instan.

Sharon berharap seniman Indonesia bisa mencintai budayanya sendiri, jangan sampai orang asing lebih menghargai kebudayaan Indonesia dan menjadi ahli.

Menurut Sharon, bakat musik yang dimiliki berasal dari kedua orang tuanya yang sangat cinta musik. Tidak heran Sharon beserta adik dan kakaknya diberi les macam-macam musik, ujar putri pasangan Johnny Hartanto dan Sumiati Baharrizki.

Sharon yang lulus dari Sekolah Musik Yayasan Pendidikan Musik (YPM) sebagai salah satu lulusan piano termuda saat berusia 16 tahun mengakui perkembangan musik di Indonesia dalam 10 tahun terakhir cukup pesat.

"Sekarang makin banyak lulusan luar negeri yang memperkaya musik tanah air di sektor swasta," ujarnya dan menambahkan sayangnya dukungan pemerintah terhadap musik tradisional Indonesia masih sangat kurang.

Sharon yang bergabung dengan grup gamelan Sunda di kampus, mengakui merasa malu karena belum pernah bermain gamelan Sunda sebelumnya, sementara tutornya orang bule.

"Saya kaget di Inggris banyak sekali gamelan, hampir semua universitas yang memiliki program musik mempunyai gamelan, ujar peraih penghargaan "Celebrity Online Scholarship" dari Berklee College of Music atas nama Juan Luis Guerra.

Sementara orang asing tertarik belajar gamelan bahkan memiliki program workshop gamelan yang sudah berjalan sejak 1987 di Southbank Centre.

Sharon mengakui sangat sedih mengingat di Jakarta jarang ada universitas atau sekolah yang punya gamelan dan bahkan anak muda Indonesia kurang ketertarikan mempelajari. Musisi muda kebarat-baratan dan berlomba-lomba meniru artis Korea atau Jepang, ujar Sharon yang pernah konser di studio RRI dan gamelannya terlantar dan tidak terawat

Tidak ada komentar: