SAROTIN DISOROTI "DAILY
MAIL" JADI TANTANGAN JKN
Oleh Zeynita
Gibbons
London, 9/2
(Antara) - Seorang ibu bernama Sarotin (46) yang terusir dari desanya
di Bandung, Jawa Barat, karena menderita tumor neurofibromatosis, dan
disoroti koran Inggris, Daily Mail, menjadi tantangan bagi penyedia
layanan di era Jaminan Kesehatan Nasional.
"Berita
itu ditulis koresponden Daily Mail, Jill Reilly," kata pengamat
masalah kesehatan masyarakat Dono Widiatmoko yang juga menjadi Senior
Lecturer in Evidence-Based Practice and Health Economics, School of
Health and Social Care, Teesside University, Middlesbrough, kepada
ANTARA London, Minggu
Dalam berita itu,
Reilly menyebutkan Sarotin dipaksa meninggalkan desanya karena
menderita penyakit yang dideritanya selama tiga tahun terakhir dengan
wajah dan badannya tertutup benjolan-benjolan tumor.
"Bila
dilihat dari sisi medis, penanganannya cukup dikuasai tenaga medis.
Biasanya yang menjadi masalah adalah aspek pembiayaan dan aspek
sosialnya," ujar lulusan Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia (UI) itu.
Menurut dia,
aspek pembiayaan di era Jaminan Kesehatan Nasional atau JKN yang
dilaksanakan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) seharusnya
sudah mencakup semua masalah kesehatan secara paripurna.
"Namun,
patut diakui di awal era JKN/BPJS ini masih banyak kekurangan dari
detail tindakan yangg bisa dibayarkan oleh BPJS," ujar ayah dua
putri dan satu putra hasil pernikahannya dengan Lusi Widawati yang
kini menetap di Manchester itu.
Untuk kasus
yang dilaporkan "Daily Mail" itu sudah termasuk kategori
status penyakit yang cukup ekstrem, sehingga penanganan medisnya
cukup besar dan kemungkinan tercakup pembiayaannya secara keseluruhan
agak sulit.
Sementara dari
aspek sosial, penyakit ini mungkin mempunyai stigma negatif yang
ukup besar, sehingga masyarakat mungkin mengucilkan penderitanya dari
pergaulan sosial, karena secara visual penyakit ini tampak
menjijikkan dan aneh.
Sarotin yang
kini tinggal di kawasan Jakarta Timur itu tetap belum terobati
tumornya dan penderita merasa tak mampu mencari pengobatan untuk
penyakitnya itu.
Kisah Sarotin
yang ditulis oleh Daily Mail lengkap dengan foto Sarotin yang
wajahnya tertutup oleh tumor itu menunjukkan pengakuan penderita yang
tak mampu mencari pengobatan untuk penyakitnya.
Neurofibromatosis adalah penyakit genetik berupa pertumbuhan jaringan
tubuh tak terkendali di sepanjang syaraf tepi penderita. Sarotin
menderita penyakit ini selama tiga tahun terakhir. Kini wajah dan
badannya tertutup benjolan-benjolan tumor.
Kasus Sarotin
bukan satu-satunya di Indonesia, apalagi di dunia. Kasus lain
ditemukan di Jawa Timur, yakni Slamet dari Nguntoronadi, Magetan yang
mengalami kondisi yang sama dengan Sarotin sejak 1991, namun Slamet
mendapat bantuan dari tetangga yang baik hati dengan membuatkan grup
untuk pengumpulan dana di Facebook.
Pada November
2013, foto Vinicio Riva yang juga mengalami kondisi serupa dengan
Sarotin menjadi sorotan dunia ketika dia disambut hangat oleh Paus
Fransiskus di Lapangan Santo Petrus, Vatikan. ***3*** (ZG)
(T.H-ZG/B/E.M.
Yacub/E.M. Yacub) 09-02-2014 19:54:19
Tidak ada komentar:
Posting Komentar