PPI UK BERDIALOG DENGAN WALI KOTA SURABAYA
Oleh Zeynita Gibbons
London, 18/4 (Antara) - Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) se-United Kingdom (UK) berdialog dengan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini yang dipandu Duta Besar Indonesia untuk Inggris dan Republik Irlandia, TM Hamzah Thayeb.
"Dalam di KBRI London (17/4)itu, Risma menyampaikan presentasi mengenai pembangunan taman, sekolah, perawatan kelompok lanjut usia serta membangun UMKM di Surabaya," kata Ketua PPI UK Faldo Maldini kepada Antara London, Jumat.
Ia mengatakan dialog yang dihadiri para pelajar dan mahasiswa Indonesia di Inggris serta masyarakat yang berdomisili di London dan sekitarnya itu, antusiasme peserta terlihat dengan banyaknya warga yang hadir.
"Ibu Risma yang diundang ke London untuk menerima penghargaan Socrates Award dari Europe Business Assembly (EBA) itu menyempatkan berdiskusi dengan Perhimpunan Pelajar Indonesia se-UK dan warga Indonesia di UK yang juga dihadiri Atase Pendidikan KBRI London, Fauzi Soelaiman," katanya.
Dalam pertemuan dengan Ibu Risma itu diwarnai dengan banyaknya pertanyaan yang ditujukan peserta selama diskusi berlangsung.
Para peserta tertarik dengan pola kepemimpinan yang diterapkan Bu Risma yang dikenal sebagai orang yang lebih banyak bekerja daripada sekedar berkata-kata.
"Kita bisa belajar dari Bu Risma bahwa pemimpin memang harus banyak bekerja dan tidak meminta amanah," ujar Dubes Hamzah Thayeb menutup jalannya diskusi.
Sementara itu, Faldo Maldini menuturkan bangsa Indonesia butuh banyak sekali wali kota yang siap bekerja keras sekuat tenaga membangun karena begitu strategisnya peran seorang wali kota.
"PPI UK mendorong agar pemimpin publik lebih banyak bekerja untuk rakyat agar Indonesia menjadi lebih baik ke depannya," ujarnya.
Bu Risma mengawali ceramahnya dengan bagaimana ia membangun banyak taman di Surabaya. Ia juga juga berupaya memperbaiki tata kelola pemeritahan Surabaya dengan terobosan memanfaatkan informasi dan teknologi.
Penghematan dalam melaksanakan "paperless" berhasil menghemat anggaran hingga Rp5 miliar. Hal ini juga mendorong terjadinya reformasi birokrasi di kota Surabaya.
Risma juga tidak lupa memperhatikan aspek sosial dalam membangun kota, seperti interaksi dengan warga, peduli dengan warga yang menderita sakit dan terlantar. "Tidak ada warga Surabaya yang boleh hidup susah," ujar Risma berapi-api.
Sementara itu pengamat masalah sosial Nizma Agustjik yang memiliki kepedulian dengan anak-anak yatim piatu di Aceh mengakui Ibu Risma merupakan sosok yang mengagumkan, nekad, berani, tegas, dan takutnya hanya sama Tuhan. ***1*** (ZG)
(T.H-ZG/C/E.M. Yacub/E.M. Yacub) 18-04-2014 20:10:39
Tidak ada komentar:
Posting Komentar