Kamis, 24 April 2014

PKS LONDON


ORGANISASI UMAT ISLAM INDONESIA SE-INGGRIS DIALOGKAN PEMILU

     Oleh Zeynita Gibbons

    London, 1/4 (Antara) - Keluarga Islam Indonesia di Britania Raya (KIBAR) dari berbagai organisasi umat Islam se-Inggris menggelar dialog bertema "Pemilu 2014" secara daring (dalam jaringan internet atau "online") di Ruang Telekonferensi Skype dengan akun kibar.uk,  London, akhir pekan lalu.

         "Organisasi umat Islam yang terlibat dalam dialog, yaitu Nahdlatul Ulama-UK, Muhammadiyah-UK, Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI)-UK dan Pusat Informasi dan Pelayanan Partai Keadilan Sejahtera UK (PIP PKS UK)," kata pengurus KIBAR Rahmat Sifaurahman dalam keterangan resmi kepada Antara London, Selasa.

         Dialog yang dipandu akademisi di University of Exeter, Dr. Syahrul Hidayat, dan menggunakan fasilitas teknologi skype dan radio internet itu diikuti masyarakat di seluruh UK dan berlangsung santai dengan penuh rasa persaudaraan.

         Dalam dialog itu, Ketua Muhammadiyah-UK, Hilali Basya, mengawali pembicaraan dengan mengutarakan adanya fenomena pemilih yang sebagian besar pragmatis.

         "Mereka memiliki harapan sederhana yaitu menginginkan kehidupan yang aman, nyaman dan sejahtera," ujar kandidat Doktor di Univesity of Leeds.

         Namun, kecenderungan organisasi Islam menggunakan isu-isu sektarian sebagai imbauan untuk memilih partai Islam kini sudah terbukti kurang berhasil untuk mengangkat suara bagi partai-partai Islam dalam pemilihan umum.

         Menurut Hilali Basya, diperlukan diskusi di ruang publik yang terbuka ketika membahas masalah kemasyarakatan yang tidak hanya dilihat dari kacamata agama.

         Sementara itu, Ganjar Widhiyoga, kandidat doktor di Durham University, menyebutkan masyarakat akan meninggalkan partai politik karena mereka tidak dapat menyalurkan aspirasi selain karena kurangnya pendidikan politik di masyarakat.

         Pragmatisme politik diawali dengan tidak adanya pencerdasan politik di masyarakat dan berujung kepada munculnya kekuatan elit politik yang hanya dibangun oleh kekuatan uang.

         Secara alamiah, masyarakat akan melakukan protes dengan dengan tidak memberikan suaranya sebagai upaya untuk mengkritisi sistem dan kinerja parpol.

         Gejala pragmatisme masyarakat dalam pemilu yang semakin meningkat juga dibenarkan Dr Hadi Susanto. Ia mengungkapkan satu fakta bahwa ada di salah satu daerah dimana pemenang pemilihan kepala desa adalah mantan mucikari dan penjahat yang menjanjikan keamanan bagi masyarakat desa.

         Menurut dia, hal itu menunjukkan bahwa masyarakat cenderung tidak peduli dengan latar belakang pemimpin desanya tersebut, ujar dosen Matematika di Essex University, Colchester .

         Pada bagian lain, gugatan terhadap partai Islam juga dilontarkan Nizma Agustjik, aktivis sosial yang juga perwakilan dari ICMI UK. Ia mengatakan banyak caleg yang berubah menjadi Islami ketika Pemilu saja dan hanya menonjolkan ego masing-masing.

         Menurut Nizma Agustjik, saat ini partai Islam kebanyakan belum jelas menampakkan ke-Islamannya dan hanya aktif bergerak ketika ada Pemilu, kecuali Partai Keadilan Sejahtera.

         "Seharusnya partai Islam bisa bersatu, bekerja sama dan bersinergi untuk mewakili umat Islam Indonesia, minimal duduk bersama," ujarnya.

         Menjawab hal itu, Hendri Lucky yang mewakili PKS mengungkapkan upaya untuk bersatu sudah dilakukan sejak awal.

         "Sejak awal, PKS selalu mengajak komponen umat untuk bersatu. Namun sayang hingga sekarang masih belum bisa terwujud," ujar Ketua PIP PKS UK.

         Ia menambahkan PKS melihat Pemilu adalah sebagai salah satu "milestone" dan kekuasaan adalah sarana untuk melayani masyarakat Indonesia lebih banyak lagi. Hal ini merupakan aplikasi bahwa Islam adalah karunia bagi semua umat.

         "Dialog seperti ini harus dilaksanakan tidak hanya menjelang Pemilu tapi terus berkelanjutan agar bisa menyelesaikan permasalahan umat," ungkap Hadi yang juga merupakan dosen di University of Essex.

         Di akhir acara, Dr. Syahrul Hidayat menyimpulkan bahwa Pemilu merupakan sebuah "milestone" yang tidak perlu menjadi sumber perpecahan umat Islam tetapi justru bisa mempersatukan umat agar bisa bersinergis.

         "Partai-partai Islam dapat bekerja nyata setelah Pemilu untuk mendapatkan simpati dan dukungan dari masyarakat untuk menuju Indonesia yang lebih baik," katanya. ***1*** (ZG)
(T.H-ZG/B/E.M. Yacub/E.M. Yacub) 01-04-2014 11:27:47

Tidak ada komentar: