Perdamaian Global: Pembakaran Quran di Eropa
News ID: 1450909
London (ANTARA) -
Insiden pembakaran Al-Quran yang terjadi di beberapa negara Eropa, yaitu Norwegia dan Swedia dibahas dalam Webinar Global Peace: Quran Burning in Europe yang diadakan International Politics Forum Webinar, Minggu.
Para pembicara dalam Webinar yang mendapat sambutan antara lain Pastor Antonius Benny, mantan Sekjen Konferensi Waligereja Indonesia, Dubes Bagas Hapsoro, Dubes RI untuk Swedia dan Latvia tahun 2015-2020; Prof. Dr. Masykuri A, MA, Rais Syuriah PBNU dan Staf Khusus Wakil Presiden RI dan Dubes Todung Mulya Lubis, Dubes RI untuk Norwegia dan Islandia.
Sekretaris Ketiga Pensosbud KBRI Stockholm, Fajar Primananda kepada Antara London, Senin
Webinar dilakukan untuk menyoroti insiden pembakaran Al-Quran yang terjadi di beberapa negara Eropa, Norwegia dan Swedia.
Dalam paparannya, Dubes Todung menyampaikan Norwegia pernah menghadapi insiden sejenis. Ketika itu terjadi, ia langsung melakukan koordinasi dengan Islamic Council di Norwegia.
Berdasarkan saran dari Islamic Council di Norwegia, insiden seperti ini tidak perlu dibesar-besarkan dan overreacting. "Ini hanya kelompok kecil yang mencari headline dalam media, namun Alhamdulilah tidak memancing reaksi dari masyarakat Norwegia disini" ujar Dubes Todung.
Dubes Bagas menyampaikan bahwa insiden yang terjadi belakangan ini di Swedia, merupakan tindakan segelintir kelompok yang mencoba memprovokasi masyarakat untuk melakukan dan membalas dengan kekerasan.
Masa pendukung tokoh ekstrim kanan Denmark (Rasmus Paludan) melakukan demonstrasi yang berujung insiden pembakaran Al-Quran.
Dalam perkembangan politik yang terjadi, di Swedia mulai tahun 2017, isu-isu imigrasi, ras, integrasi, kejahatan, agama, kesejahteraan sosial dan diskriminasi, sangat mengemuka di Swedia.
Secara umum, Swedia mencoba memerangi xenophobia dan kejahatan karena kebencian (hate crime) dengan membuat Study Center for Peace and Security including Reconciliation, secara aktif menyuarakannya dalam forum internasional, seperti OIC dan Bali Democracy Forum, dan membuat National Plan untuk memerangi xenophobia dan kejahatan karena kebencian.
Indonesia dan Swedia memiliki visi yang sama dalam isu ini. “Insiden pembakaran Al-Quran dikecam oleh kedua negara, yaitu Swedia dan Indonesia.
Di Indonesia, proyeksi Islam Indonesia yang Rahmatan-Lil Alamin telah lama dijalankan.
Dalam hal ini, NU dan Muhammadiyah merupakan perekat kemajemukan dan harus dapat bekerja sama untuk menjadi aktor global dalam isu ini" ujar Dubes Bagas.
Pembicara lainnya Prof. Masykuri dan Pastor Benny, sama-sama sepakat bahwa konflik yang mengatasnamakan agama timbul dari kesalahpahaman dan phobia antar agama.
Namun demikian, kini khususnya di Indonesia, kemajemukan dan kerjasama antar agama telah terjalin baik. Ini kesempatan bagi Indonesia untuk melakukan diplomasi publik memperkenalkan Islam Indonesia yang damai.
Adapun dalam insiden pembakaran Al-Quran yang terjadi, hal tersebut harus diproses secara hukum dan merupakan tanggung jawab global, termasuk dalam forum internasional, seperti PBB.(ZG)
Insiden pembakaran Al-Quran yang terjadi di beberapa negara Eropa, yaitu Norwegia dan Swedia dibahas dalam Webinar Global Peace: Quran Burning in Europe yang diadakan International Politics Forum Webinar, Minggu.
Para pembicara dalam Webinar yang mendapat sambutan antara lain Pastor Antonius Benny, mantan Sekjen Konferensi Waligereja Indonesia, Dubes Bagas Hapsoro, Dubes RI untuk Swedia dan Latvia tahun 2015-2020; Prof. Dr. Masykuri A, MA, Rais Syuriah PBNU dan Staf Khusus Wakil Presiden RI dan Dubes Todung Mulya Lubis, Dubes RI untuk Norwegia dan Islandia.
Sekretaris Ketiga Pensosbud KBRI Stockholm, Fajar Primananda kepada Antara London, Senin
Webinar dilakukan untuk menyoroti insiden pembakaran Al-Quran yang terjadi di beberapa negara Eropa, Norwegia dan Swedia.
Dalam paparannya, Dubes Todung menyampaikan Norwegia pernah menghadapi insiden sejenis. Ketika itu terjadi, ia langsung melakukan koordinasi dengan Islamic Council di Norwegia.
Berdasarkan saran dari Islamic Council di Norwegia, insiden seperti ini tidak perlu dibesar-besarkan dan overreacting. "Ini hanya kelompok kecil yang mencari headline dalam media, namun Alhamdulilah tidak memancing reaksi dari masyarakat Norwegia disini" ujar Dubes Todung.
Dubes Bagas menyampaikan bahwa insiden yang terjadi belakangan ini di Swedia, merupakan tindakan segelintir kelompok yang mencoba memprovokasi masyarakat untuk melakukan dan membalas dengan kekerasan.
Masa pendukung tokoh ekstrim kanan Denmark (Rasmus Paludan) melakukan demonstrasi yang berujung insiden pembakaran Al-Quran.
Dalam perkembangan politik yang terjadi, di Swedia mulai tahun 2017, isu-isu imigrasi, ras, integrasi, kejahatan, agama, kesejahteraan sosial dan diskriminasi, sangat mengemuka di Swedia.
Secara umum, Swedia mencoba memerangi xenophobia dan kejahatan karena kebencian (hate crime) dengan membuat Study Center for Peace and Security including Reconciliation, secara aktif menyuarakannya dalam forum internasional, seperti OIC dan Bali Democracy Forum, dan membuat National Plan untuk memerangi xenophobia dan kejahatan karena kebencian.
Indonesia dan Swedia memiliki visi yang sama dalam isu ini. “Insiden pembakaran Al-Quran dikecam oleh kedua negara, yaitu Swedia dan Indonesia.
Di Indonesia, proyeksi Islam Indonesia yang Rahmatan-Lil Alamin telah lama dijalankan.
Dalam hal ini, NU dan Muhammadiyah merupakan perekat kemajemukan dan harus dapat bekerja sama untuk menjadi aktor global dalam isu ini" ujar Dubes Bagas.
Pembicara lainnya Prof. Masykuri dan Pastor Benny, sama-sama sepakat bahwa konflik yang mengatasnamakan agama timbul dari kesalahpahaman dan phobia antar agama.
Namun demikian, kini khususnya di Indonesia, kemajemukan dan kerjasama antar agama telah terjalin baik. Ini kesempatan bagi Indonesia untuk melakukan diplomasi publik memperkenalkan Islam Indonesia yang damai.
Adapun dalam insiden pembakaran Al-Quran yang terjadi, hal tersebut harus diproses secara hukum dan merupakan tanggung jawab global, termasuk dalam forum internasional, seperti PBB.(ZG)