KBRI gelar seminar peringati World Maritime Day
News ID: 1444701
London (ANTARA) -
KBRI London bekerja sama dengan The One Ocean Hub (University of Strathclyde, Glasgow) mengadakan Seminar Series for the IMO’s Maritime Week bertema “Sustainable Shipping for A Sustainable Planet”.
Seminar digelar dalam rangka World Maritime Day yang jatuh pada Kamis, (24/9) memfokuskan perhatian pada pentingnya pelayaran dan aktivitas maritim dan kinerja IMO dalam menghadapi isu-isu maritim yang berkembang.
Seminar dilakukan secara virtual menghadirkan rangkaian pembicara dari berbagai sektor, berusaha untuk mengumpulkan pandangan dari berbagai perspektif dalam isu-isu tekait Sustainable Shipping, Climate Change, dan Marine Pollution.
Seminar selama dua hari pada hari pertama mengangkat sub-tema Mainstreaming Sustainability Principles: Insights from Multi-Stakeholders dengan menghadirkan pembicara Dr. Capt. Antoni Arif Priadi, M.Sc, (Director for Sea Traffic, Indonesian Ministry of Transportation), Mr. Suyono (Indonesian National Shipowners Association), Professor Elisa Morgera (Director of the One Ocean Hub, the University of Strathclyde, UK), dan Dr Kira Erwin (Senior Researcher at the Urban Futures Centre, the Durban University of Technology, South Africa).
Seminar hari pertama lebih pada urgensi dan dampak sustainable shipping khususnya dari segi perlindungan lingkungan laut serta dampak sosial bagi masyarakat adat yang masih bergantung pada laut secara tradisional.
Sementara itu, hari kedua mengangkat sub-tema Ocean and Climate Change dan menghadirkan pembicara Associate Professor Pierre-Jean Bordahandy (Chair of the School of Law Postgraduate & Research Committee, University of South Pacific, Vanuatu), Professor Kofi Nyarko (Department of Geography and Regional Planning, the University of Cape Coast, Ghana), dan Dr Hendra Yusran Siry (Senior Policy Analyst at the Indonesian Ministry of Marine Affairs and Fisheries and the Interim Executive Director of the Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries, and Food Security Regional Secretariat 2018-2019, Indonesia).
Fokus diskusi hari kedua meliputi upaya internasional dalam rangka mengurangi emisi green house gas dari aktivitas pelayaran, dampak perubahan iklim bagi masyarakat pantai dan keberlangsungan kehidupan sumber daya hayati kelautan khususnya koral.
Pada hari ketiga, seminar mengangkat sub-tema Marine Pollution dengan rangkaian pembicara yang terdiri dari Mr. Basilio Araujo (Professor Bhavani Narayanaswamy (Deep-sea ecologist & microplastic researcher at the Scottish Association for Marine Science), dan Mr. Loukas Kontogiannis (Head of Marine Pollution Section, IMO) yang memfokuskan pembahasan pada upaya kerja sama negara pantai dalam menganggulangi pencemaran laut di Selat Malaka, pencemaran plastik mikro di laut, dan
Assistant Deputy for Maritime Security and Resilience, Indonesian Coordinating Ministry for Maritime Affairs and Investment), Dr Hendra Yusran Siry
mengatakan upaya IMO dalam menghadapi pencemaran sampah plastik di laut sebagai dampak aktivitas pelayaran.
Diskusi membahas upaya Indonesia dalam menghadapi isu-isu lingkungan yang diakui tergolong sulit, khususnya menyentuh aspek penegakan hukum.
Namun demikian, disampaikan terdapat tiga aspek yang dapat menjadi pijakan penegakan hukum tekait lingkungan, yakni penggunaan teknologi memadai, kerja sama antar-instansi, dan upaya penentuan TSS sebagai bagian dari upaya pengendalian pencemaran laut.
Selain dampak terhadap ekosistem laut, terdapat juga ancaman terhadap food security mengingat salah satu sumber pangan manusia berasal dari laut.
Dalam kaitan ini, limbah dan cemaran aktivitas manusia yang dibuang ke laut, khususnya partikel plastik mikro ditengarai dapat masuk dan mengendap dalam tubuh ikan-ikan yang merupakan salah satu sumber konsumsi protein utama dunia.
Dampak terhadap food security ini perlu menjadi perhatian masyarakat luas dan perlu upaya bersama untuk menanggulangi dan mencegah pencemaran laut lebih lanjut.
Upaya bersama meliputi upaya pengaturan regulasi nasional, pembentukan norma internasional, kesadaran sektor industri swasta dan masyarakat, serta penelitian dan inovasi dari para akademisi.
Dengan kolaborasi dari berbagai sektor, diharapkan masyarakat dunia dapat memenuhi ambisi penurunan emisi global, khususnya dalam dekade terakhir upaya mencapai SDGs 2030.(ZG)
KBRI London bekerja sama dengan The One Ocean Hub (University of Strathclyde, Glasgow) mengadakan Seminar Series for the IMO’s Maritime Week bertema “Sustainable Shipping for A Sustainable Planet”.
Seminar digelar dalam rangka World Maritime Day yang jatuh pada Kamis, (24/9) memfokuskan perhatian pada pentingnya pelayaran dan aktivitas maritim dan kinerja IMO dalam menghadapi isu-isu maritim yang berkembang.
Seminar dilakukan secara virtual menghadirkan rangkaian pembicara dari berbagai sektor, berusaha untuk mengumpulkan pandangan dari berbagai perspektif dalam isu-isu tekait Sustainable Shipping, Climate Change, dan Marine Pollution.
Seminar selama dua hari pada hari pertama mengangkat sub-tema Mainstreaming Sustainability Principles: Insights from Multi-Stakeholders dengan menghadirkan pembicara Dr. Capt. Antoni Arif Priadi, M.Sc, (Director for Sea Traffic, Indonesian Ministry of Transportation), Mr. Suyono (Indonesian National Shipowners Association), Professor Elisa Morgera (Director of the One Ocean Hub, the University of Strathclyde, UK), dan Dr Kira Erwin (Senior Researcher at the Urban Futures Centre, the Durban University of Technology, South Africa).
Seminar hari pertama lebih pada urgensi dan dampak sustainable shipping khususnya dari segi perlindungan lingkungan laut serta dampak sosial bagi masyarakat adat yang masih bergantung pada laut secara tradisional.
Sementara itu, hari kedua mengangkat sub-tema Ocean and Climate Change dan menghadirkan pembicara Associate Professor Pierre-Jean Bordahandy (Chair of the School of Law Postgraduate & Research Committee, University of South Pacific, Vanuatu), Professor Kofi Nyarko (Department of Geography and Regional Planning, the University of Cape Coast, Ghana), dan Dr Hendra Yusran Siry (Senior Policy Analyst at the Indonesian Ministry of Marine Affairs and Fisheries and the Interim Executive Director of the Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries, and Food Security Regional Secretariat 2018-2019, Indonesia).
Fokus diskusi hari kedua meliputi upaya internasional dalam rangka mengurangi emisi green house gas dari aktivitas pelayaran, dampak perubahan iklim bagi masyarakat pantai dan keberlangsungan kehidupan sumber daya hayati kelautan khususnya koral.
Pada hari ketiga, seminar mengangkat sub-tema Marine Pollution dengan rangkaian pembicara yang terdiri dari Mr. Basilio Araujo (Professor Bhavani Narayanaswamy (Deep-sea ecologist & microplastic researcher at the Scottish Association for Marine Science), dan Mr. Loukas Kontogiannis (Head of Marine Pollution Section, IMO) yang memfokuskan pembahasan pada upaya kerja sama negara pantai dalam menganggulangi pencemaran laut di Selat Malaka, pencemaran plastik mikro di laut, dan
Assistant Deputy for Maritime Security and Resilience, Indonesian Coordinating Ministry for Maritime Affairs and Investment), Dr Hendra Yusran Siry
mengatakan upaya IMO dalam menghadapi pencemaran sampah plastik di laut sebagai dampak aktivitas pelayaran.
Diskusi membahas upaya Indonesia dalam menghadapi isu-isu lingkungan yang diakui tergolong sulit, khususnya menyentuh aspek penegakan hukum.
Namun demikian, disampaikan terdapat tiga aspek yang dapat menjadi pijakan penegakan hukum tekait lingkungan, yakni penggunaan teknologi memadai, kerja sama antar-instansi, dan upaya penentuan TSS sebagai bagian dari upaya pengendalian pencemaran laut.
Selain dampak terhadap ekosistem laut, terdapat juga ancaman terhadap food security mengingat salah satu sumber pangan manusia berasal dari laut.
Dalam kaitan ini, limbah dan cemaran aktivitas manusia yang dibuang ke laut, khususnya partikel plastik mikro ditengarai dapat masuk dan mengendap dalam tubuh ikan-ikan yang merupakan salah satu sumber konsumsi protein utama dunia.
Dampak terhadap food security ini perlu menjadi perhatian masyarakat luas dan perlu upaya bersama untuk menanggulangi dan mencegah pencemaran laut lebih lanjut.
Upaya bersama meliputi upaya pengaturan regulasi nasional, pembentukan norma internasional, kesadaran sektor industri swasta dan masyarakat, serta penelitian dan inovasi dari para akademisi.
Dengan kolaborasi dari berbagai sektor, diharapkan masyarakat dunia dapat memenuhi ambisi penurunan emisi global, khususnya dalam dekade terakhir upaya mencapai SDGs 2030.(ZG)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar