RI-Swedia bangun Kemitraan Lembaga Pendidikan dan Industri
News ID: 1441445
London (ANTARA) -
Kementerian Luar Negeri RI, Kedutaan Besar Swedia di Jakarta, dan didukung KBRI Stockholm, mengadakan Diskusi Virtual bertema track 1.5 RI-Swedia: “Kemitraan dalam Membangun Link-and-Match antara Pendidikan dan Industri”, Kamis (24/9)
Diskusi membahas best practices mengenai kemitraan antara pemerintah-akademisi-swasta dalam mendukung penciptaan sumber daya manusia unggul dan terciptanya link-and-match antara industri dan universitas.
Diskusi dibuka dengan Keynote Speech oleh Direktur Jenderal Amerika dan Eropa Kemlu, Ngurah Swajaya yang mengatakan diskuI ini sangat timely dimana aspek pengembangan SDM merupakan salah satu fokus utama Pemerintah RI.
Diharapkan agar diskusi ini dapat lebih mengelaborasi konsep triple helix dimana fokus kerja sama antara pemerintah, industri, dan universitas dapat mendorong terwujudnya link-and-match antara pendidikan dan industri." ujar Ngurah.
Dubes Swedia untuk Indonesia, Marina Berg dan Keynote Speech Menteri Perindustrian RI yang diwakili Kepala Badan Pengembangan SDM Industri, Eko S.A. Cahyanto.
"Industri harus didukung oleh SDM yang mumpuni, untuk itu Kemenperin membuat program pengembangan SDM industri yang antara lain memusatkan kepada sertifikasi, pelatihan, dan link-and-match antara pendidikan dan industri." ujar Eko.
Bertindak sebagai salah satu pembicara adalah Duta Besar RI (designate) Untuk Kerajaan Swedia dan Republik Latvia, Kamapradipta Isnomo. Swedia memiliki fondasi penerapan triple helix yang sangat kuat.
Dari sisi Pemerintah, Swedia memiliki institusi VINNOVA yang mendukung inovator baru dalam sektor industri kecil dan menengah untuk masuk pasar dan go global.
Dari sisi industri, perusahaan Swedia aktif berkolaborasi dengan universitas dalam sektor R&D pada ide dan produk baru. Sedangkan dari sisi universitas, aktif mengimplementasikan pembelajaran yang berfokus pada teori dan praktek, menanamkan budaya pengajaran interaktif, pemikiran inovatif mencari solusi baru, dan menumbuhkan kewiraswastaan mahasiswa." ujar Kama.
"Kemitraan dan kolaborasi adalah kunci untuk mencapai inovasi yang berkelanjutan. Diharapkan dalam masa yang akan datang, kerjasama RI-Swedia dalam triple helix dapat terus ditingkatkan,” ujar Kama.
Selain itu, tiga orang diaspora dan mahasiswa Indonesia di Swedia, yaitu Dr. Basuki Priyanto, dr. Gusti Adintya Putri, dan Ketua PPI Swedia, Annusyirvan Ahmad Fatoni turut berbagi pengalaman mengenai belajar dan bekerja di Swedia/Perusahaan Swedia.
Dr. Basuki merupakan peneliti dengan pengalaman lebih dari 20 tahun di bidang komunikasi nirkabel dengan lebih dari 150 hak paten atas namanya. "Swedia adalah negara yang memiliki sistem yang baik dengan work-life balance yang sangat baik.
Kultur kerja utama di Swedia adalah flat hierarchy, tepat waktu, pemisahan antara work and private life, menghindari konflik dan kompetisi dan mengutamakan team-work, dan Lagom, yaitu hidup yang sederhana dan minim tekanan sosial." ujar Basuki.
pembicara lain dalam diskusi adalah Trade and Investment Commissioner, Business Sweden Jakarta, Erik Odar; wakil dari Politeknik Citra Widya Edukasi, Ahmad Mahfud, wakil dari ITS Surabaya, Dr. Eng. Dhany Arifianto, Vice President Ericsson Indonesia, Ronni Nurman; dan wakil dari PT. SKF Industrial Indonesia, Kelik Adi diskusi dimoderatori oleh Direktur Eropa 2 Kemlu RI, Hendra Halim.
Dalam kesempatan tersebut, dilakukan juga penandatanganan MoU Kerja Samaantara PT. SKF (Swedish: Svenska Kullagerfabriken) Industrial Indonesia dan Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi. Selain itu juga diumumkan mengenai kemitraan industri dan lembaga pendidikan yaitu SKF Training Ecosystem dan soft launching Portal Sweden-Indonesia Connect oleh Kedubes Swedia.
Kementerian Luar Negeri RI, Kedutaan Besar Swedia di Jakarta, dan didukung KBRI Stockholm, mengadakan Diskusi Virtual bertema track 1.5 RI-Swedia: “Kemitraan dalam Membangun Link-and-Match antara Pendidikan dan Industri”, Kamis (24/9)
Diskusi membahas best practices mengenai kemitraan antara pemerintah-akademisi-swasta dalam mendukung penciptaan sumber daya manusia unggul dan terciptanya link-and-match antara industri dan universitas.
Diskusi dibuka dengan Keynote Speech oleh Direktur Jenderal Amerika dan Eropa Kemlu, Ngurah Swajaya yang mengatakan diskuI ini sangat timely dimana aspek pengembangan SDM merupakan salah satu fokus utama Pemerintah RI.
Diharapkan agar diskusi ini dapat lebih mengelaborasi konsep triple helix dimana fokus kerja sama antara pemerintah, industri, dan universitas dapat mendorong terwujudnya link-and-match antara pendidikan dan industri." ujar Ngurah.
Dubes Swedia untuk Indonesia, Marina Berg dan Keynote Speech Menteri Perindustrian RI yang diwakili Kepala Badan Pengembangan SDM Industri, Eko S.A. Cahyanto.
"Industri harus didukung oleh SDM yang mumpuni, untuk itu Kemenperin membuat program pengembangan SDM industri yang antara lain memusatkan kepada sertifikasi, pelatihan, dan link-and-match antara pendidikan dan industri." ujar Eko.
Bertindak sebagai salah satu pembicara adalah Duta Besar RI (designate) Untuk Kerajaan Swedia dan Republik Latvia, Kamapradipta Isnomo. Swedia memiliki fondasi penerapan triple helix yang sangat kuat.
Dari sisi Pemerintah, Swedia memiliki institusi VINNOVA yang mendukung inovator baru dalam sektor industri kecil dan menengah untuk masuk pasar dan go global.
Dari sisi industri, perusahaan Swedia aktif berkolaborasi dengan universitas dalam sektor R&D pada ide dan produk baru. Sedangkan dari sisi universitas, aktif mengimplementasikan pembelajaran yang berfokus pada teori dan praktek, menanamkan budaya pengajaran interaktif, pemikiran inovatif mencari solusi baru, dan menumbuhkan kewiraswastaan mahasiswa." ujar Kama.
"Kemitraan dan kolaborasi adalah kunci untuk mencapai inovasi yang berkelanjutan. Diharapkan dalam masa yang akan datang, kerjasama RI-Swedia dalam triple helix dapat terus ditingkatkan,” ujar Kama.
Selain itu, tiga orang diaspora dan mahasiswa Indonesia di Swedia, yaitu Dr. Basuki Priyanto, dr. Gusti Adintya Putri, dan Ketua PPI Swedia, Annusyirvan Ahmad Fatoni turut berbagi pengalaman mengenai belajar dan bekerja di Swedia/Perusahaan Swedia.
Dr. Basuki merupakan peneliti dengan pengalaman lebih dari 20 tahun di bidang komunikasi nirkabel dengan lebih dari 150 hak paten atas namanya. "Swedia adalah negara yang memiliki sistem yang baik dengan work-life balance yang sangat baik.
Kultur kerja utama di Swedia adalah flat hierarchy, tepat waktu, pemisahan antara work and private life, menghindari konflik dan kompetisi dan mengutamakan team-work, dan Lagom, yaitu hidup yang sederhana dan minim tekanan sosial." ujar Basuki.
pembicara lain dalam diskusi adalah Trade and Investment Commissioner, Business Sweden Jakarta, Erik Odar; wakil dari Politeknik Citra Widya Edukasi, Ahmad Mahfud, wakil dari ITS Surabaya, Dr. Eng. Dhany Arifianto, Vice President Ericsson Indonesia, Ronni Nurman; dan wakil dari PT. SKF Industrial Indonesia, Kelik Adi diskusi dimoderatori oleh Direktur Eropa 2 Kemlu RI, Hendra Halim.
Dalam kesempatan tersebut, dilakukan juga penandatanganan MoU Kerja Samaantara PT. SKF (Swedish: Svenska Kullagerfabriken) Industrial Indonesia dan Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi. Selain itu juga diumumkan mengenai kemitraan industri dan lembaga pendidikan yaitu SKF Training Ecosystem dan soft launching Portal Sweden-Indonesia Connect oleh Kedubes Swedia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar