KBRI London minta WNI patuhi aturan kebijakan Inggris
News ID: 1437965
London (ANTARA) -
Warga Indonesia di UK perlu mematuhi setiap langkah pengetatan yang diberlakukan dan perkembangan kebijakan yang dapat berubah sewaktu-waktu, baik di tingkat nasional maupun secara lokal pandemi Covid-19.
Pensosbud KBRI London Counsellor Hartyo Harkomoyo kepada Antara London, Rabu mengatakan kebijakan pengetatan Covid-19 Pemerintah Inggris perlu dipatuhi bersama.
“Langkah ini bertujuan untuk kebaikan bersama mencegah penyebaran secara luas Covid-19, khususnya memasuki musim dingin,” ujarnya.
Pemerintah Inggris kembali mengeluarkan kebijaksanaan beberapa tindakan penguncian yang dikenal dengan lockdown menyusul kasus covid-19 meningkat.
Perdana Menteri Boris Johnson, pada Selasa malam waktu Inggris (22/9) mengumumkan peraturan nasional baru yang dapat berlaku untuk enam bulan ke depan atau lebih.
Kebijakan pengetatan ini disertai dengan sanksi atau denda mulai dari £200 sampai £10.000
Denda tegas juga akan dikenakan bagi mereka yang melanggar kententuan self-isolate (karantina) hingga £10.000.
Mulai Kamis 24 September warung minum dikenal dengan pubs, restoran, dan bar di seluruh Inggris harus ditutup pada pukul 10 malam. Pertemuan diluar rumah dan dalam rumah hanya boleh sebanyak enam orang.
Keputusan perdana menteri ini adalah untuk tetap menjaga perputaran ekonomi dan juga menghindari lebih banyak korban yang terkena infeksi virus Covid.
Banyak komentar beredar keputusan pemerintah ini, salah satunya warga Inggris yang tinggal di London, Nancy Ferguson yang saat ini bekerja di rumah, mengatakan keputusan ini adalah baik untuk komunitas masyarakat dan juga untuk business yang masih diijinkan untuk tetap beroperasi, dibanding pada waktu total lockdown selama bulan Maret sampai awal Juni lalu.
Sementara pria Inggris yang tinggal di Frinton-on-sea, Jeremy Duncan mengaku memang
banyak orang Inggris terutama pemuda dan pemudi, tidak mematuhi aturan pemerintah yang mengharuskan mengunakan masker dan jaga jarak.
“Jadinya begini yang mematuhi harus 'membayar' akibat yang tidak mematuhi,” ujarnya.
Menurut Jeremy, yang penting adalah kesehatan kalau sudah sakit, tentunya akan merepotkan, sedangkan ekonomi, apabila melemah tentunya akan bisa bangkitan kembali.
Lain lagi komentar pria Inggris berasal dari Wales, Jason Mark, mengatakan keputusan ini akan mempengaruhi perputaran ekonomi dan memperburuk situasi perekonomian negara Inggris.
Dengan tidak adanya acara olahraga seperti sepakbola, dan yang lainnya, membuat masyarakat kecewa, ujarnya.
Lebih dari tujuh bulan setelah kasus virus korona pertama muncul di Wuhan, Cina, dunia masih terbiasa dengan ancaman permanen pandemi.
Sementara jumlah kematian di banyak negara telah turun di bawah tingkat puncak yang terlihat di paruh pertama tahun ini, kasus-kasus meningkat lagi.
Meskipun gelombang awal dikendalikan oleh penguncian ketat yang membuat orang terkurung di rumah mereka selama berbulan-bulan, banyak negara di seluruh Eropa melihat ribuan kasus baru per hari. Akibatnya, beberapa tindakan lockdown diberlakukan kembali.
Selain itu mulai 28 September Pemerintah juga mengeluarkan peraturan bagi mereka yang akan melakukan pernikahan dibatasi untuk 15 orang dan juga pemakaman akan dibatasi hanya 30 orang.
Peraturan yang dikeluarkan pemerintah yang hanya membolehkan berkumpul sebanyak enam orang. Adanya “aturan enam” yang berlaku sejak 13 September lalu.
Sejak tanggal ini, orang-orang di Inggris tidak diizinkan berkumpul dalam kelompok yang terdiri lebih dari enam. "Aturan enam" berlaku baik di dalam maupun di luar ruangan.
Sementara diseluruh Inggris Raya, politisi di Wales, Skotlandia, dan Irlandia Utara telah mengambil pendekatan yang berbeda kepada rekan-rekan Inggris mereka.
Aturan penguncian baru diberlakukan secara berbeda di setiap negara, dengan para pemimpin politik memutuskan tingkat risiko yang tepat untuk yurisdiksi mereka.
Pada 20 September, data Kesehatan Masyarakat Inggris menunjukkan ada 394.257 kasus virus korona dikonfirmasi di Inggris dan 41.777 kematian.
Hartyo Harkomoyo mengatakan layanan
kekonsuleran KBRI London bagi WNI masih dibuka dengan appointment.
KBRI London tetap membuka layanan hotline Covid-19 bagi WNI memerlukan informasi atau bantuan. KBRI London mengupdate informasi melalui website dan media sosial.
WNI diimbau untuk senantiasa memperhatikan kesehatan dan kebersihan dengan mengenakan masker, mencuci tangan secara teratur dan melakukan social distancing.(ZG)
Warga Indonesia di UK perlu mematuhi setiap langkah pengetatan yang diberlakukan dan perkembangan kebijakan yang dapat berubah sewaktu-waktu, baik di tingkat nasional maupun secara lokal pandemi Covid-19.
Pensosbud KBRI London Counsellor Hartyo Harkomoyo kepada Antara London, Rabu mengatakan kebijakan pengetatan Covid-19 Pemerintah Inggris perlu dipatuhi bersama.
“Langkah ini bertujuan untuk kebaikan bersama mencegah penyebaran secara luas Covid-19, khususnya memasuki musim dingin,” ujarnya.
Pemerintah Inggris kembali mengeluarkan kebijaksanaan beberapa tindakan penguncian yang dikenal dengan lockdown menyusul kasus covid-19 meningkat.
Perdana Menteri Boris Johnson, pada Selasa malam waktu Inggris (22/9) mengumumkan peraturan nasional baru yang dapat berlaku untuk enam bulan ke depan atau lebih.
Kebijakan pengetatan ini disertai dengan sanksi atau denda mulai dari £200 sampai £10.000
Denda tegas juga akan dikenakan bagi mereka yang melanggar kententuan self-isolate (karantina) hingga £10.000.
Mulai Kamis 24 September warung minum dikenal dengan pubs, restoran, dan bar di seluruh Inggris harus ditutup pada pukul 10 malam. Pertemuan diluar rumah dan dalam rumah hanya boleh sebanyak enam orang.
Keputusan perdana menteri ini adalah untuk tetap menjaga perputaran ekonomi dan juga menghindari lebih banyak korban yang terkena infeksi virus Covid.
Banyak komentar beredar keputusan pemerintah ini, salah satunya warga Inggris yang tinggal di London, Nancy Ferguson yang saat ini bekerja di rumah, mengatakan keputusan ini adalah baik untuk komunitas masyarakat dan juga untuk business yang masih diijinkan untuk tetap beroperasi, dibanding pada waktu total lockdown selama bulan Maret sampai awal Juni lalu.
Sementara pria Inggris yang tinggal di Frinton-on-sea, Jeremy Duncan mengaku memang
banyak orang Inggris terutama pemuda dan pemudi, tidak mematuhi aturan pemerintah yang mengharuskan mengunakan masker dan jaga jarak.
“Jadinya begini yang mematuhi harus 'membayar' akibat yang tidak mematuhi,” ujarnya.
Menurut Jeremy, yang penting adalah kesehatan kalau sudah sakit, tentunya akan merepotkan, sedangkan ekonomi, apabila melemah tentunya akan bisa bangkitan kembali.
Lain lagi komentar pria Inggris berasal dari Wales, Jason Mark, mengatakan keputusan ini akan mempengaruhi perputaran ekonomi dan memperburuk situasi perekonomian negara Inggris.
Dengan tidak adanya acara olahraga seperti sepakbola, dan yang lainnya, membuat masyarakat kecewa, ujarnya.
Lebih dari tujuh bulan setelah kasus virus korona pertama muncul di Wuhan, Cina, dunia masih terbiasa dengan ancaman permanen pandemi.
Sementara jumlah kematian di banyak negara telah turun di bawah tingkat puncak yang terlihat di paruh pertama tahun ini, kasus-kasus meningkat lagi.
Meskipun gelombang awal dikendalikan oleh penguncian ketat yang membuat orang terkurung di rumah mereka selama berbulan-bulan, banyak negara di seluruh Eropa melihat ribuan kasus baru per hari. Akibatnya, beberapa tindakan lockdown diberlakukan kembali.
Selain itu mulai 28 September Pemerintah juga mengeluarkan peraturan bagi mereka yang akan melakukan pernikahan dibatasi untuk 15 orang dan juga pemakaman akan dibatasi hanya 30 orang.
Peraturan yang dikeluarkan pemerintah yang hanya membolehkan berkumpul sebanyak enam orang. Adanya “aturan enam” yang berlaku sejak 13 September lalu.
Sejak tanggal ini, orang-orang di Inggris tidak diizinkan berkumpul dalam kelompok yang terdiri lebih dari enam. "Aturan enam" berlaku baik di dalam maupun di luar ruangan.
Sementara diseluruh Inggris Raya, politisi di Wales, Skotlandia, dan Irlandia Utara telah mengambil pendekatan yang berbeda kepada rekan-rekan Inggris mereka.
Aturan penguncian baru diberlakukan secara berbeda di setiap negara, dengan para pemimpin politik memutuskan tingkat risiko yang tepat untuk yurisdiksi mereka.
Pada 20 September, data Kesehatan Masyarakat Inggris menunjukkan ada 394.257 kasus virus korona dikonfirmasi di Inggris dan 41.777 kematian.
Hartyo Harkomoyo mengatakan layanan
kekonsuleran KBRI London bagi WNI masih dibuka dengan appointment.
KBRI London tetap membuka layanan hotline Covid-19 bagi WNI memerlukan informasi atau bantuan. KBRI London mengupdate informasi melalui website dan media sosial.
WNI diimbau untuk senantiasa memperhatikan kesehatan dan kebersihan dengan mengenakan masker, mencuci tangan secara teratur dan melakukan social distancing.(ZG)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar