PUMPUNAN BULUTANGKIS DUNIA MEMBUTUHKAN TAUFIK HIDAYAT
Oleh Zeynita Gibbons
Birmingham, 10/3 (ANTARA) - Pemain bulutangkis Indonesia Taufik Hidayat memang selalu mengundang kontroversial, namun kehadiran mantu Agum Gumelar itu sangat dibutuhkan perbulutangkisan dunia.
Ikutnya ayah Natarina Alika Hidayat --hasil perkawinannya dengan Ami Gumelar-- di setiap pertandingan bulutangkis diharapkan akan dapat merendam serangan pemain bulutangkis asal China yang berhasil menyapu bersih seluruh medali di kejuaraan bergengsi All England.
Seakan ada perlawanan sebagaimana yang dilakukan Taufik yang mencoba 'melawan' titah para pengurus mau tidak mau harus diikuti oleh para pebulutangkis Indonesia. Mereka 'mutung'dan akhirnya meninggalkan pelatnas dan kini mereka tersebar di berbagai negara karena tidak mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuannya. Lain halnya dengan Taufik, meski tidak dikirim Pelatnas, dia tetap tampil secara pribadi di Ajang bergengsi All England di Inggris baru-baru ini.
Dibutuhkannya sosok Taufik dalam dunia bulutangkis internasional diakui pemain Denmark Peter Gade --yang dikalahkan Taufik di perempat final kejuaraan super seri All England yang berlangsung di Birmingham awal Maret-- dan juara Olimpaide 1996 Poul Erik Hoyer Larsen.
"Kita membutuhkan Taufik untuk dapat membendung dominasi China di dunia bulutangkis," ujar Poul Erik yang datang ke Press Centre.
Hal itu juga diakui Peter Gade yang dikalahkan Taufik di perempat final kejuaraan bergengsi tersebut.
Peter mengakui secara jujur bahwa bulutangkis membutuhkan Taufik, kehadirannya dalam setiap turnamen masih sangat penting. Ia mempengaruhi bobot setiap kejuaraan, ujar ayah dua putri itu.
Peter mengatakan bahwa para pemain tunggal putra saat ini dikuasai pemain-pemain Cina. "Saya berharap kami bisa meredam mereka,"
Hal itu juga diakui Misbun Sidek, yang menjadi pelatih Chong Wei dia mengatakan bahwa kehadiran Taufik di dunia bulutangkis dunia masih sangat dibutuhkan.
Prestasi pemain kelahiran Bandung, 10 Agustus 1981 itu memang hanya sampai di semifinal yang langkahnya dihadang pemain Malaysia Lee Chong Wei, unggulan pertama .
Keluar dari Pelatnas tidak akan menghentikan langkah Taufik untuk bertanding di All England dan tidak ingin menyia nyiakan impiannya untuk meraih lambang tertinggi supremasi bulutangkisn All Englang yang tahun 2010 berusia 100 tahun.
Meskipun ia harus datang atas biaya sendiri Taufik bersama pelatihnya Mulyo Handoyo , tetap ingin bersama sama rekan Pelatnasnya selama di Birmingham, kontingen Indonesia yang dipimpin wakil Ketua PBSI.
Taufik yang memiliki talenta tinggi terlahir untuk bulutangkis, banyak orang tidak percaya akan kemampuan Taufik untuk bisa menjadi juara dunia dan olimpiade.
Tetapi semua telah dibuktikan Taufik yang memang, merupakan sosok istimewa di bulutangkis Indonesia dan tentunya di dunia.
Bagi Taufik sendiri kalah menang dalam satu pertandingan merupakan hal yang biasa, bagi unggulan ketujuh All England bisa meraih juara merupakan impiannya sejak lama.
Sayangnya langkahnya terhenti oleh pemain Malaysia meskpin saat bertanding melawan pemain Denmark Peter Gade, Taufik dapat dengan mudah melewati langkah demi langkah menuju impiannya.
Pertemuan antara Taufik dan Gade itu adalah pertandingan ulangan final All England 10 tahun lalu saat Taufik harus mengakui keunggulan pemain Denmark yang lebih tua lima tahun itu.
Pada final All England 1999, Taufik harus mengakui keunggulan ayah dua putri dengan skor 15-11, 7-15, 15-10. dan 10 tahun kemudian Taufik membalas kekalahannya.
Bermain ketat sejak awal pertandingan, Taufik didukung penonton dan masyarakat Indonesia serta pelajar yang tergabung dalam PPIM Birmingham, dia mencetak kemenangan dengan 21-12 dan 21-16 dalam waktu 46 menit.
Sudah menjadi target Taufik untuk bisa menjadi juara di All England, sayangnya langkah Taufik dalam semifinal turnamen berhadiah total 200.000 dolar terhenti oleh pemain Malaysia Lee Chong Wei yang berada di unggulan pertama.
Kejuaraan Super Series All England bagi Taufik adalah satu-satunya gelar yang belum pernah dicapainya apalagi statusnya sebagai pemain profesional setelah mundur dari Pelatnas Cipayung membuat dirinya termotivasi untuk membuktikan dirinya benar-benar sebagai pemain kelas atas.
Menurut Taufik, sebagai satu-satunya tunggal putra Indonesia yang tersisa dalam pertandingan semifinal dia berusaha memberikan yang terbaik karena meskipun bukan lagi pemain Pelatnas, ia tetap membawa nama Indonesia.
Taufik Hidayat memang harus mengakui keunggulan lawannya yang menang 21-6, 21- 13, namun ia tetap bersyukur bisa melaju ke semifinal, bila dibandingkan dengan pemain lainnya, "Tahun depan saya akan coba lagi," ujar Taufik yang perlu waktu untuk latihan fisik.
Dikatakannya sebagai juara Olimpiade Athena 2004, Taufik mengatakan bahwa ia tidak akan menyerah dan akan tetap bermain bulutangkis. "Saya tidak akan berhenti bila Peter belum berhenti," ujar Taufik.
Kedua pemain yang berasal dari dua benua itu sepakat untuk saling bahu membahu untuk dapat meredam laju pemain China yang begitu melesat jauh.
Bak pepatah belajar sampai ke negeri China, nampaknya juga harus dilakukan oleh para pengurus PBSI bila tidak mau olahraga bulutangkis akan hilang dari peredaran.
Peran media masa dalam hal ini memang tidak dapat diabaikan, para pengurus PBSI tampaknya juga harus intropeksi diri untuk terus mempelajari bagaimana China bisa menelurkan pemain pemain muda dan regenerasi sejumlah pemain tuanya.
Mengenai penampilan Taufik saat bertanding melawan Chong Wei, pelatih Misbun Sidek mengatakan bahwa dari empat semifinalis semua bagus, hanya yang siaplah yang akan menjadi juara.
Dari empat partai tunggal putra di babak perempat final Yonex All England Championship, diakuinya partai Peter Gade Hoeg melawan Taufik Hidayat yang paling dinantikan.
Bukan cuma menjadi ulangan final sepuluh tahun lalu tapi juga jadi ajang pembuktian bagi keduanya bahwa mereka masih eksis meski generasi baru telah lahir.
Peter Gade mengakui penampilan Taufik naik turun. Namun ia tetap pemain bagus, pemain besar, dan begitu istimewa.
Kepopuleran Taufik juga terlihat saat ia usai bertanding yang selalu akrab dengan berbagai kalangan dan Taufik dengan sabar melayani orang-orang yang mengelilinginya.
Bahkan Dato 'Sri Andrew Kam, yang menjadi kandidat Presdien BWF itu berusaha menunjukkan betapa akrabnya ia dengan Taufik. Terlepas ada muatan politis dari Dato Kam, tapi itu membuktikan betapa Taufik masih punya 'pesona'.
Pesona yang sengaja tidak dilihat oleh pengurus PBSI saat ini, atau memang mereka memang tak bisa melihat?. (U-ZG)
(T.H-ZG/B/J006/B/J006) 10-03-2009 19:21:29
Tidak ada komentar:
Posting Komentar