Selasa, 03 Maret 2009

INVESTOR CEKO

YUSRON COBA TARIK INVESTOR CEKO

London, 4/3 (ANTARA) - Wakil Ketua Komisi I DPR RI, Yusron Ihza Mahendra, yang mewakili Indonesia di Czech-Asian Forum, berusaha menarik investor dari Ceko untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

Pertemuan tahunan untuk menjembatani dunia usaha di Ceko dengan negara-negara di Asia itu dibuka PM Mirek Topolanek, kata Sekretaris I Pensosbud KBRI Praha, Azis Nurwahyudi, kepada koresponden ANTARA London, Rabu.

Pertemuan yang berlangsung 2-3 Maret itu dihadiri pejabat penting Ceko, pengusaha, dan kalangan diplomatik. Yusron dalam kesempatan itu secara khusus mengupas perkembangan serta permasalah ASEAN, termasuk Indonesia.

Yusron secara komprehensif membahas dinamika perekonomian ASEAN sejak krisis Asia tahun 1997 hingga rencana pasar bebas ASEAN.

Pada kesempatan itu, Yusron secara proaktif memberikan informasi mengenai kesempatan membuka pasar di Indonesia, termasuk kemungkinan investasi terutama di sektor agro industri.

Yusron juga menjelaskan proyek yang sedang dikerjakan dan potensi industri yang bisa dikembangkan oleh Ceko di Indonesia dengan mencontohkan proyek yang sedang berjalan yakni rencana kelanjutan studi kelayakan bandara Yogyakarta serta sarana dan prasarana kereta api di Kulon Progo.

Ditambahkan pula, Indonesia memandang Ceko sebagai pintu gerbang ke Uni Eropa bagi produk-produk Indonesia, sumber investasi, dan kerja sama keuangan serta mendukung erat kerja sama antarindustri strategis kedua negara seperti industri pesawat.
Selain Indonesia, negara Asia yang berbicara pada forum tersebut adalah wakil dari China, Malaysia, Mongolia, Filipina, Vietnam, Singapura, Pakistan, dan Irak, sementara India, Thailand dan Kazakhstan mengikrimkan wakilnya untuk hadir.

PM Mirek Topolanek dalam sambutannya mengatakan bahwa hubungan dagang antara Ceko dengan negara-negara Asia telah berjalan selama puluhan tahun.

Walaupun demikian, Ceko hingga kini masih bertumpu pada ekspor ke negara-negara Eropa, terutama yang tergabung dalam Uni Eropa, mencapai 80 persen dari keseluruhan ekspornya.

Namun, krisis ekonomi global telah menyebabkan menurunnya permintaan Eropa atas produk Ceko, sehingga negara itu tidak memiliki pilihan lain kecuali mendiversifikasi pasar produknya.

Pada saat ini, diplomasi ekonomi adalah bagian tidak terpisahkan dari kebijakan luar negeri Ceko dengan dukungan terhadap ekspor dan investasi sebagai ujung tombaknya.

PM Topolanek menolak diterapkannya proteksionisme dan mendukung upaya mempertahankan pasar bebas dengan intervensi yang minimal.

Menurutnya, proteksionisme hanya akan semakin memperparah krisis. Ceko, yang pada saat ini memegang presidensi Dewan Eropa, memang mengusung tema "Europe without barriers" sebagai isu utama.

Sementara itu, Deputi Menindag Ceko, Martin Tlapa menyatakan prioritas ekonomi Ceko adalah menolak proteksionisme pasar dan mempertahankan diri dari "godaan" untuk meningkatkan proteksionisme tersebut.

Ditegaskannya bahwa Ceko perlu meningkatkan hubungan dagang di panggung multilateral, meskipun tidak mengabaikan hubungan bilateral.

Ceko sejak tahun 2008 mulai membahas FTA dengan India. Begitu pula, UE berminat untuk menandatangani kesepakatan FTA dengan ASEAN.

Hingga akhir presidensinya pada bulan Juni 2009, kata Tlapa, Ceko akan memastikan dan memilih sebuah negara ASEAN untuk mulai membahas FTA.

Tlapa mengatakan sejak perekonomian dunia didera krisis, terlihat pergeseran nilai-nilai dan strategi perusahaan Ceko, yaitu tidak hanya bertumpu pada strategi jangka panjang, tetapi lebih agresif dalam memasarkan produknya serta lebih inovatif, terutama dalam mengembangkan produk yang ramah lingkungan. ***2***
(U-ZG/
(T.H-ZG/B/A027/A027) 04-03-2009 05:01:30

Tidak ada komentar: