Selasa, 10 Maret 2009

PM LUKSEMBURG

PM LUKSEMBURG TARUH PERHATIAN PADA ISLAM DI INDONESIA

London, 8/3 (ANTARA) - Perdana Menteri Luksemburg Jean Claude Juncker menaruh perhatian terhadap Islam dan mengharapkan Indonesia mengambil inisiatif dan mengembangkannya dalam lingkup yang lebih luas.

PM Juncker, dalam pertemuan dengan Menlu RI Hassan Wirayuda, di Luksemburg, mengatakan Indonesia, yang menjadi negara demokrasi terbesar ketiga, telah membutikan Islam sangat cocok dengan demokrasi, ujar Sekretaris Ketiga Penerangan, Sosial dan Budaya KBRI Brussel, Iwan Nur Hidayat, kepada koresponden ANTARA London, Sabtu.

Dalam pertemuan itu Menlu didampingin Dirjen Amerop Retno LP Marsudi, Dubes RI Brussel Nadjib Riphat Kesoema, sedangkan PM Juncker didampingi Marc Ungeheuer, calon Dubes Luksemburg untuk Indonesia dan Mike Hentges, Consellor pada kantor PM Luksemburg.

PM Juncker mengakui pola kecocokan Islam dan demokrasi melalui pendekatan ala Indonesia dapat menjadi salah satu kunci penyelesaian konflik di berbagai belahan bumi.
Dalam pertemuan tersebut itu juga dibahas masalah krisis ekonomi global, termasuk proyeksi dan arah kebijakan Uni Eeropa dalam penanganan dampak krisis dan peran serta Indonesia dalam forum G-20 mendatang.

Sebagai Presiden Eurogroup, PM Juncker, menaruh perhatian pada usul Indonesia mengenai bentuk kerja sama internasional dalam rangka penanganan dampak krisis.


Pertemuan G-20
Dalam pertemuan itu, Menlu Hassan Wirayuda mengkonfirmasi kehadiran dan partisipasi aktif Indonesia dalam pertemuan G-20 April mendatang.

Menlu juga menyampaikan penghargaan pemerintah dan rakyat Indonesia kepada PM Luksemburg selaku Presidensi Dewan Uni Eropa tahun 2005, yang menggalang dana dan bantuan UE guna menanggulangi bencana tsunami di Aceh dan Nias.

Keadaan di Aceh mulai normal, katanya. Itu merupakan perkembangan yang positif mengingat program pembangunan kembali dan rehabilitasi Aceh berlangsung selama lima tahun sampai 2010 dapat dipercepat sehingga tugas Badan Rekonstruksi dan Rehabilitasi Aceh dan Nias akan berakhir.

Selain masalah Aceh, kedua tokoh tersebut membicarakan masalah politik, termasuk persiapan penyelenggaran pemilihan umum, pemajuan HAM dan kebebasan berpendapat di kedua negara.

Menlu secara khusus juga menuturkan mengenai perkembangan Islam dan demokrasi di indonesia.

Tata bermasyarakat dan politik merupakan bagian dari Islam, untuk itu Pemerintah Indonesia mendorong pelaksanaannya dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila sebagai dasar negara, kata Menlu.

Menlu juga menguraikan upaya pengarusutamaan pandangan Islam moderat di Indonesia sehingga tercipta ruang publik bagi pemajuan Islam sebagai aset bangsa Indonesia tanpa ada ketakutan mengenai perubahan format berbangsa dan bernegara.

Perhatian dan dukungan PM Luksemburg terhadap pendekatan dan kebijakan nasional berkenaan dengan Islam dan demokrasi dalam pandangan Dubes Nadjib Riphat Kesoema menjadi catatan khusus Menlu untuk disampaikan kepada Presiden.

Bagi Dubes Nadjib Riphat Kesoema, dukungan tersebut bermakna penting tidak hanya bagi bangsa tetapi juga bagi Islam sebagai rahmatan lil 'alamin (rahmat bagi seluruh alam semesta), lebih-lebih dalam rangka penciptaan kawasan bebas konflik di seluruh belahan bumi.

Menlu Hassan Wirajuda berada di Luksemburg dalam rangka kunjungan kerja selain bertemu PM Juncker, ia juga bertemu timpalanya Menlu Jean Asselborn dan Ketua Komisi Luar Negeri Parlemen Ben Fayot.
Sebelumnya Menlu mengadakan pertemuan khusus dengan Gubernur Bank Sentral Luksemburg Yves Mersch. ****3****
(U-ZG/B/C003)
(T.H-ZG/B/C003/C003) 08-03-2009 12:03:45

Tidak ada komentar: