Jumat, 21 Agustus 2009

ANCAMAN TERORISME PENGARUHI KEBIJAKSAAN INGGRIS TERHADAP INDONESIA

ANCAMAN TERORISME PENGARUHI KEBIJAKSAAN INGGRIS TERHADAP INDONESIA

London, 21/8 (ANTARA) - Ancaman terorisme menjadi topik pembahasan dalam diskusi yang bertema "Terrorism under The banner of Jihad/Terorisme atas nama agama" yang diadakan di London, Inggris, Kamis malam.

Kegiatan diikuti sekitar 30 peserta yang terdiri dari pelajar dari beberapa kota di Inggris raya (UK) seperti London, Birmingham, Cambridge, Leeds, Sheffield serta staf KBRI London, yang dilanjutkan dengan ramah tamah dan makan malam bersama.

Diskusi menampilkan tiga pembicara yaitu Najamudin dosen dan peneliti di PSIK Universitas Paramadina Jakarta yang sedang melakukan riset di Birmingham mengenai "Ideologi Teroris Imam Samudra",

Pembicara lainnya Haris Ashar dari Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) yang sedang meneliti di ESSEX University, serta Muhammad Muhtar Arifin Sholeh, Ketua Keluarga Islam Britania Raya (Kibar) yang juga dosen di Unisula Semarang yang tengah belajar di Shefield

Menurut moderator, Amika Wardana, PhD, Sociology Essex Uni kepada koresponden ANTARA London, diskusi terselenggara atas kerja sama antara Muhammadiyah UK, PPI UK, Kibar dan didukung KBRI London, khususnya Atase Pendidikan dan Kebudayaan, Prof Dr M. Riza Sihbudi.

Sebelum diskusi dimulai, Amika Wardana menjelaskan secara umum konsep Jihad yang mengalami perubahan sejak masa awal Islam.

Mengutip terminologi dalam "Blackwell Encyclopedia of Sociology" tetang Jihad oleh Najib Azca, Jihad mengalami perubahan makna dari "self-defence" ke ekpansi militer Islam ketika kaum Muslim telah terkonsolidasi dengan baik.

Di Abad ke-18 dan 19, ketika dunia Islam jatuh ke dalam kolonialisme Eropa, Jihad kembali berubah maknanya menjadi perlawanan atau revolusi melawan penjajah, ujar jebolan Universitas Gadjah Mada itu.

Di masa sekarang ini, dimana dominasi Barat khususnya AS semakin kuat, jihad merupakan gerakan kontra hegemoni Barat, yg kemudian mengadopsi cara-cara terorisme.

Disamping itu, terjadi pula domestifikasi konsep jihad sebagai usaha keras mencapai sesuatu atau lebih menekankan makna jihad akbar melawan hawa nafsu.


Jihad versi Iman Samudra
Najamuddin, yang sedang menulis disertasi MA tetang pemahaman jihad dalam versi aksi terorisme Imam Samudra, mengemukakan berbagai definisi terorisme dan keterkaitannya dalam kontekstualisasi makna jihad versi Iman Samudra.

Ia menjelaskan pemahaman jihad dalam terminologi primordialisme, instrumentalisme, konstruktivisme, berupaya memahami makna jihad dalam terminologi "Rational Choice Theory". Ada rasionalisasi dan motivasi khusus dalam jihad, sehingga menjadi aksi terorisme.

Najamuddin memberikan kesimpulan bahwa jihad dalam bentuk terorisme merupakan bentuk "abuse" terhadap berbagai ayat-ayat Al Quran tetang perintah "Qitaal" (perang).

Disebut abuse, karena sebenarnya ayat-ayat telah di"nasakh" (dihapus isinya) oleh ayat-ayat lain. Konsep nasakh-mansuh ini yang tidak dipahami Imam Samudra dan para pelaku teroris saat ini.

Sementara itu pembicara kedua Haris Azhar, lebih menekankan paparannya tetang terorisme khususnya kebijakan kontra terorisme yang selama ini diterapkan di Indonesia.

Haris, melihat berbagai Polri dan juga TNI masih mengikuti paradigma lama dalam penanganan terorisme yang melihatnya sebagai ancaman negara.

Padahal dalam diskursus mutakhir, kebijakan kontra terorisme sebaiknya lebih menekankan sisi manusiawi, yang lebih ditujukan untuk menjaga keamanan setiap individu dalam arti luas, keamanan sosio-ekonomi, keamanan pekerjaan, keamanan psikologis dan sebagainya.

Sedangkan pembicara ketiga, Ketua Keluarga Islam Britania Raya (Kibar) Muhammad Muhtar Arifin Sholeh yang juga dosen di Unisula Semarang yang belajar di Shefield, memaparkan makna jihad yang seharusnya ditujukan untuk mengisi kemerdekaan indonesia. ***1***
(T.H-ZG/B/C004/C004) 21-08-2009 09:38:18

Tidak ada komentar: