SUKSES DI RANTAU DORONG DR.SUBCHAN PULANG KAMPUNG -
Oleh Zeynita Gibbons
London 13/8 (Antara) - Setelah sebelas tahun berdiam di negeri orang dan meraih sukses dalam bidang studi, serta menerima penghargaan dari pemerintah Inggris, tidak serta merta membuat DR Subchan "melupakan" tanah airnya, Indonesia.
Langganan penerima beasiswa mulai dari tingkat sarjana hingga doktoral itu memutuskan untuk pulang ke Indonesia, mengabdikan diri, agar bisa mengejar "hutangnya" selama ini.
Mengabdi kembali ke kampus menjadi keputusan DR Subchan untuk melanjutkan perjuangan para pendahulu begara dalam mengisi kemerdekaan Indonesia yang genap berusia 63 tahun pada 17 Agustus mendatang.
"Terus terang saya tidak pernah membayangkan bisa belajar ke luar negeri dan harus bekerja di Inggris," ujar Dosen Matematika ITS Surabaya itu.
Setelah puas menutut ilmu dan meraih penghargaan dari Menteri Pertahanan Inggris dan menerbitkan buku akhirnya DR Subchan memilih peringatan hari kemerdekaan RI sebagai momentum yang tepat untuk mengabdikan diri.
Ia pun memilih untuk menyumbangkan pengetahuannya di kampusnya, ITS Surabaya, dan menularkan pengalaman yang berharga di beberapa negara kepada generasi penerus bangsa.
"InsyaAllah suatu ketika Indonesia akan menjadi negara yang diperhitungkan dunia dan kiblat dunia," harapnya.
Subchan menuturkan bahwa pengalamannya dalam menuntut ilmu dan bekerja selama 11 tahun di Belanda maupun di Inggris (United Kingdom) dapat menjadi modal sekaligus pembanding dalam menorong kemajuan ilmu pengatahun dan teknologi di Indonesia.
Pengalamannya yang paling berkesan adalah dirinya bergabung pada Juli 2007 dengan "Team Stellar" guna merancang alat militer canggih. Hasil karya tim tersebut kemudian dinyatakan sebagai pemenang dalam kompetisi bertajuk Minister of Defence (MoD) Grand Challenge pada Agustus 2008.
MoD adalah kegiatan untuk mencari teknologi terapan di dunia militer yang digelar Kementerian Pertahanan Inggris. Lomba yang diikuti 11 tim, enam diantaranya masuk babak final. Salah satunya adalah Team Stellar, yang kemudian keluar sebagai pemenang dan berhak atas penghargaan bergengsi RJ Mitchell Trophy.
Penulis buku Computational Optimal Control Tools and Practice bersama R Zbikowski (terbit Juli 2009) merupakan hasil karya Subchan sebelum kembali ke Tanah air.
"Saya bersyukur buku saya bisa terbit sebelum saya kembali ke tanah air," ujarnya.
Setelah meyelesaikan S1 bidang Matematika di ITS, Subchan langsung diterima bekerja di IPTN. Suami dari Imada itu mengawali pekerjaannya di bagian Dinamika Fluida IPTN. Ia juga ikut merancang dan mendesain pesawat jenis N-250 dan N-2130, serta mendesain sayap pesawat dan tempat mesin pesawat atau nacelle.
Setelah empat tahun mengabdi di perusahaan yang bangun Prof Habibie itu, Subchan pun berkeinginan kembali ke kampung halaman dan pada pertengahan tahun 1998, ia resmi keluar dari IPTN dan mengabdi sebagai dosen di ITS.
Pada saat bersamaan, ia mendapat beasiswa dari TU-Delft, Belanda, untuk melanjutkan S2 dalam bidang Applied Mathematics pada 1998-2000. Usai S2, ia langsung mendapat tawaran beasiswa dari Cranfield University.
Di Universitas Cranfield Inggris berada di Kota Swindon, kota kecil berjarak sekitar dua jam berkendara dengan mobil dari London, Subchan menimba ilmu doktoral di bidang Guidance and Control atau Panduan dan Kendali.
Di Swindon juga terdapat kampus Shrivenham. Selama studi untuk mendapat gelar philosophy doctoral, Sunbchan lantas bergabung dengan sejumlah proyek penelitian yang berkaitan dengan pertahanan.
Lulus doktor, Subchan pun meneruskan studi post doctoral pada Departement Informatics and Sensors di perguruan tinggi yang sama. Bidang yang saya ditekuni adalah decision making, data fusion, mission planning and control, ujanya.
Selama kuliah S3 di Universitas Cranfield, Subchan menekuni penelitian dan pengembangan teknologi militer diantaranya ia pernah meneliti awan yang tercemar nuklir.
Diakuinya selama studi baik S2 dan S3 Subchan menyambi kerja serabutan dan ia bersyukur semuanya dapat dilewati dengan lancar.
Setelah luluspun Subchan ditawar pekerjaan sebagai Research fellow, namun tekadnya sudah bulat untuk mengabdikan dirinya di tanah air.
Bila tidak ada halangan pada 26 Agustus saya akan kembali ke tanah air dan menjadi dosen jurusan matematika di ITS Surabaya, ujarnya.
Bangga sebagai WNI
Mengenai keunggulan berkarir di Luar Negeri khususnya Inggris bagi Subchan merupakan suatu keunggulan. Fasilitasnya semua terjamin sehingga ia berkarya dengan optimal.
Mulai dari Laboratorium dan ketersedian alat yang lengkap dan adanya dana untuk melakukan eksperimen, ujarnya.
Subchan mengakui kesuksesannya itu sangat berrati bagi Indonesia.
"Saya sangat bangga sebagai WNI, walaupun disana-sini banyak kekurangan tetapi ia yakin dengan kerja keras dan manajemen pemerintahan yang secara perlahan semakin membaik," katanya.
Subchan sendiri pernah ditolak visanya sehingga berharap Indonesia bisa menerapkan kebijakan yang membolehkan warga negaranya memiliki kewarganegraan ganda bahkan triple.
"Saya adalah warga yang mengusulkan agar WNI bisa mendapat dual atau triple nasionality. Ini sangat wajar mengingat rakyat Indonesia masih banyak yang susah dan terhambat dalam berkarir di Luar negeri," katanya.
Kebijakan tersebut dalam pandangannya bisa mendorong WNI memperoleh akses yang luas dalam menuntut ilmu dan pengalaman di luar negeri yang pada akirnya nanti bisa diterapkan di Indonesia.
"Saya sangat malas apabila ditugaskan keluar Inggris karena harus mencari VISA dulu. Itupan pernah ditolak karena waktu yg mendadak untuk 'meng-apply' visa," katanya.
Untuk itu Ia berharap suatu waktu nanti pemerintah Indonesia dapat mengubah kebijakan dalam bidang imigrasi ini, dari single nationality kepada dual atau triple nationality secara permanen.
(U-ZG) ***4***
(T.H-ZG/B/B011/B011) 13-08-2009 08:04:51
2 komentar:
saya kagum dengan dosen yang satu ini.. ingin sekali mengikuti jejak langkahnya. sukses buat bpk subchan dan penelitianya semoga ada subchan2 berikutnya moga2 salah satunya saya
Salut Pak Subchan... Sukses ujicoba Rudalnya di Bandung Besok...
Posting Komentar