DUBES RI AJAK WNI RUSIA MEMAKNAI PERDAMAIN
London, 17/8 (ANTARA) - Pelaksanaan HUT Kemerdekaan RI ke-64 di Moskow diwarnai dengan ajakan Dubes RI untuk Federasi Rusia kepada warga Indonesia untuk memaknai betul arti perdamaian dan menyebut para pelaku teror sebagai manusia yang pengecut.
Dalam upacara bendera yang berlangsung dalam cuaca mendung di Moskow, Senin (17/8), Hamid Awaludin dalam sambutannya mengajak masyarakat mengamalkan perdamaian yang menjadi salah satu cita-cita bangsa.
Dubes menyatakan, kata perdamaian pembukaan UUD tidak sekedar berarti "the absence of violence", tetapi juga bermakna kehidupan yang tenang, saling menghargai, berdemokrasi dan aktivitas HAM memperoleh lahan persemaian yang subur.
"Perdamaian berarti martabat manusia memperoleh tempat teratas dalam kehidupan. Damai bermakna, kehidupan manusia diberi harga yang tak terukur," kataya menutip falsafah bijak Dalai Lama.
Dubes melanjutkan, perwujudan kebahagiaan, perdamaian, dan keceriaan hidup, adalah tujuan utama kehidupan manusia. Karena itu, segala yang berkaitan dengan ini, haruslah disikapi secara serius.
"Bagi bangsa Indonesia, perdamaian berada dalam konteks bebas dari kekerasan. Itulah sebabnya kita menolak segala ihtiar dengan cara kekerasan untuk mencapai tujuan," katanya.
Indonesia, ujarnya, juga bersikukuh menggunakan prinsip "zero tolerance" terhadap siapa saja yang memutlakkan kebenaran, dengan cara kekerasan. Kita menafikan siapa pun mengklaim keadilan dan atas nama apa pun serta motif bagaimana pun, jika kekerasan menjadi alatnya.
"Inilah yang jadi landasan, mengapa kita tidak pernah memberi pengertian, apalagi mentolerir, orang-orang yang dengan sikap pengecut, menyerang dan mengorbankan orang lain tanpa mau peduli, apakah ada keterkaitannya dengan apa yang mereka inginkan," katanya.
Dihadapan sekitar 350 warga ndonesia, Dubes dengan tegas mengatakan bahwa Indonesia tidak pernah sudi memberi ruang kepada para pelaku pemboman di tanah air dan juga di tempat-tempat lain.
Warga negara Indonesia yang bermukim di Moskow dan sekitarnya sudah mulai datang ke KBRI Moskow sejak pukul 09.00. Mereka terdiri dari para mahasiswa, dosen dan staf KBRI, dan ratusan pekerj.
Tidak hanya itu, mereka yang dulu berseberangan dengan Pemerintah Indonesia pada masa Orde Baru juga hadir.
Sekitar 10 orang yang dikenal dengan Eks Mahid (Mahasiswa Ikatan Dinas) yang pada tahun 1960-an ditugaskan belajar di negeri beruang merah tersebut, dengan hidmat mengikuti prosesi pengibaran bendera dan bahkan ada yang meneteskan airmatanya.
"Saya jadi rindu dengan tanah kelahiran saya di Padang," ujar Awal Uzhara yang kini berusia 70 tahun.
Usai upacara, Dubes bersama warga Indonesia lainya lantas menikmati
santap siang dan juga diselingi acara berfoto bersama.
(U-ZG) ***4***
(T.H-ZG/B/B011/B011) 18-08-2009 07:43:07
Tidak ada komentar:
Posting Komentar