KONPERENSI ENERGI PELUANG KERJA SAMA ENERGI RI-JERMAN
London, 16/10 (ANTARA) - Konperensi Energi berhasil membuka peluang bagi peningkatan kerjasama energi antara Indonesia dan Jerman dalam upaya mencapai tujuan menyebarluaskan berbagai informasi terkait hydrocarbon dan energi terbarukan.
Konperensi Energi yang berlangsung di Gedung Bergengsi Rote Rathaus, Berlin yang merupakan kegiatan internasional pertama yang digagas PPI Jerman dengan bekerjasama dengan KBRI Berlin dan Kementerian ESDM dihadiri lebih dari 190 peserta melibatkan pemangku kepentingan di bidang energi, khususnya energi terbarukan, baik dari Indonesia maupun Jerman.
Counsellor Pensosbud KBRI Berlin, Agus Priono dalam keterangan persnya yang diterima ANTARA London, Sabtu mengatakan kepanitiaan dalam penyelenggaraan yang melibatkan peran aktif dari para mahasiswa Indonesia di Jerman tersebut sekaligus merupakan wahana yang tepat bagi para generasi penerus dalam rangka ikut memikirkan masa depan bangsa.
Para peserta yang datang dari segala penjuru kota di seluruh Jerman untuk bersama-sama menyukseskan ajang pembahasan masalah yang dihadapi bersama seperti pertumbuhan permintaan energi di Indonesia terus mengalami peningkatan, dengan sektor industri sebagai konsumen utama energi.
Pemenuhan energi tersebut sebagian besar dipenuhi bahan bakar fosil seperti minyak, gas dan batubara. Namun ketersediaan energi tersebut terbatas dan diperkirakan dalam kurun waktu 20-30 tahun mendatang akan mengalami krisis energi.
Untuk itu, pengembangan energi Baru Terbarukan merupakan suatu alternatif penyelesaian yang mendesak.
Para ahli energi Jerman dan Indonesia dalam Konperensi energi bertemakan "Toward the Sustainability of Energy in Indonesia : Hydrocarbon Outlooks and Trends of Renewable Energy" mempunyai pandangan bahwa Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar untuk mengembangkan Energi Baru Terbarukan seperti panas bumi (geothermal), tenaga air (hydro), energi cahaya, energi angin dan biomassa, dalam rangka kelangsungan ketersediaan energi.
Proyeksi penggunaaan Energi Baru Terbarukan (EBT) pada 2010, yaitu sebesar 4,4 persen masih dianggap jauh di bawah pemanfaatan energi fosil seperti batubara 30,7 persen, minyak bumi 43,9 persen dan gas bumi 21 persen.
Pemerintah Indonesia menetapkan target meningkatkan kontribusi energi Terbarukan menjadi 17 persen pada tahun 2025. Bahkan Kementerian ESDM menetapkan Visi Energi Baru Terbarukan 25/25 yaitu prosentase penggunaan Energi Baru Terbarukan pada tahun 2025 bisa 25 persen dari penggunaan seluruh energi.
Pengembangan Energi Baru Terbarukan memiliki beberapa kelebihan diantaranya biaya operasional yang rendah, tidak mengenal masalah limbah, dan tidak menyebabkan kenaikan temperatur bumi.
Namun, pengembangan energi tersebut tidak terlepas dari berbagai hambatan yang perlu segera dicarikan solusinya antara lain masih rendahnya harga jual energi fosil, rekayasa dan teknologi masih harus mengimpor dari luar negeri, dan biaya investasi yang tinggi.
Dalam kaitan itu, konperensi memandang pentingnya pengembangan upaya-upaya seperti peningkatan kemampuan SDM, khususnya melalui kalangan Universitas dengan pembentukan center of excellence untuk masing-masing jenis Energi Terbarukan tersebut.
Dengan demikian, diperlukan upaya-upaya yang lebih untuk mendorong institusi pendidikan dan institusi riset melakukan pengembangan tersebut. Upaya ini diperkirakan memerlukan waktu dan menuntut perhatian yang lebih dari para pemangku kepentingan.
Selain itu, kerjasama dengan negara lain yang mempunyai keunggulan teknologi di bidang itu merupakan suatu hal yang sangat penting. Dalam kaitan ini, pihak Jerman telah menyatakan keinginannya untuk menjadi mitra RI dalam pengembangan energi terbarukan.
Langkah-langkah yang dilakukan kalangan pengusaha kedua Negara, selain penandatanganan MOU antara GE Energy adan Ephindo Energy Private Limited, beberapa perusahaan RI Jerman menjajaki kerjasama teknologi energi terbarukan yang dimanfaatkan di Indonesia, antara lain pengembangan solar panel untuk perumahan-perumahan di Indonesia.
Konperensi semakin bermakna karena membahas berbagai isu terkait pengembangan terbarukan di Indonesia dengan melibatkan kalangan pemerintah, akademisi, institut riset, pengusaha, serta mengikutkan peran aktif generasi penerus bangsa Indonesia yang menempuh studi baik di dalam maupun di luar negeri seperti Inggris, Jepang, Swedia, Norwegia dan Belanda.
Karya tulis ilmiah
Berdasarkan kriteria yang ditetapkan diantaranya pengorganisasian, comprehensiveness, panitia memutuskan pemenang kontes karya tulis ilmiah berdasarkan penyaji paper terbaik untuk kategori mahasiswa undergraduate adalah Dyah Raysa Laksitoresmi (IPB Bogor) dengan topik "Gel Biothanol Made From Seaweed Industrial Waste With Carboxymethylcellulose (CMC) Thickening Agent as Alternative Household Cooking Fuel".
Sedangkan untuk kategori graduate adalah Maria Elfani ( London Metropolitan University) dengan topik "Renewable Energy and Its Impact on Employment in Indonesia".
Suwarno, mahasiswa asal ITS Surabaya yang sedang belajar di Norwegia dengan topik "Modified Lithium Borohydride for Mobile Hydrogen Storage" berhasil menyabet penghargaan untuk kategori topik paling mempunyai prospek untuk diterapkan di Indonesia di masa depan.
Penghargaan kepada para pemenang disampaikan Manajer Pemasaran Wilayah Asia, Voith Hydro Holding GmbH & Co.KG Jerman, Adolf Guggemos,.
Dubes RI untuk Republik Federal Jerman, Eddy Pratomo menyampaikan rasa bangganya kepada para mahasiswa, generasi penerus bangsa, di sela-sela menumpuh studi menyempatkan dirinya memikirkan permasalahan bangsa dan memberikan masukan terhadap masa depan bangsa dalam berbagai topik hangat yaitu energi terbarukan.
Lebih lanjut, Dubes mengharapkan adanya tidak lanjut atas konperensi dimaksud atau penyelenggaraan secara berkesinambungan.
Penutupan juga dimeriahkan dengan penampilan Piano Duet Sonja Sungkono dan Shanti Sungkono yang telah berkali-kali mengisi acara-acara besar di Berlin dan mendapatkan sambutan tepuk tangan meriah dari para peserta.***5*** (ZG)
(T.H-ZG/B/S006/S006) 16-10-2010 09:19:44
Tidak ada komentar:
Posting Komentar