WAHYU ADITYA TULARKAN KREATIVITAS KE PPI DUNIA
Oleh Zeynita Gibbons
London, 25/10 (ANTARA) - Wahyu Aditya, peraih penghargaan International Young Creative Entrepreneur of The Year kategori Screen menularkan virus kreativitas yang dimilikinya kepada pelajar Indonesia di luar negeri yang tergabung dalam Persatuan Persatuan Pelajar Dunia.
"Saya berharap para pelajar Indonesia di luar negeri juga bisa menghasilkan ide-ide yang brilian," kata Wahyu Aditya kepada koresponden ANTARA London, disela acara simposium internasional yang digelar PPI Dunia, di London.
Simposium Internasional bertemakan: "Pendidikan Kewirausahaan sebagai Upaya Peningkatan SDM Pelajar Indonesia yang Mandiri dan Inovatif", yang berlangsung Sabtu dan Minggu (24-25 Oktober)diikuti sekitar 100 peserta yang datang dari berbagai negara termasuk Indonesia.
Kegiatan itu dibuka Dubes RI untuk Kerajaan Inggris Raya dan Republik Irlandia Yuri Thamrin dengan pembicara utama Dubes RI di Amerika Serikat Dr Dino Pati Djalal.
Wahyu Aditya yang menekuni bisnis kreatif, meraih penghargaan dari British Council yang diberikan kepada pengusaha muda di bidang film itu mengakui bahwa pertemuan para pelajar sedunia ini sangat bermanfaat bagi para pelajar yang tengah menuntut ilmu di luar negeri.
Menurut Wahyu yang mewakili Indonesia ke ajang serupa di tingkat dunia yang diadakan di Apollo Theatre West End, London dirinya bersaing bersama wakil dari Brazil, Polandia, dan Nigeria, China, dan India.
Pria kelahiran Malang, 4 Maret 1980 juga berhasil meraih penghargaan IYCEY tingkat dunia dan mendapat dana proyek senilai 7.500 poundsterling. Ia berharap para pelajar yang datang dari berbagai Negara dapat membuat jejaringan yang lebih luas.
Fungsi pengawasan
Sementara itu pembicara lain dalam Simposium Internasional diantaranya Direktur Eksekutif Institute Paramadina, Bima Arya Sugiarto PhD mengatakan organisasi Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di berbagai negara dapat memainkan fungsi pengawasan atau "watch dog" bagi berjalannya pemerintahan.
Fungsi tersebut antara lain seperti pengawasan atas efektifitas studi banding yang dilakukan pejabat ke luar negeri," katanya.
Diskusi interaktif bersama anggota PPI Dunia yang datang dari berbagai negara diantaranya dari Brusel, Perancis, Libia,Iran,Mesir, Rusia, Austria, Jerman, Australia, Thailand, Turki, Swedia, Korea, Spanyol dan Philipina termasuk pelajar dari Indonesia dengan moderator Ketua Simposium PPI Andrew Soetedja.
Bima Arya Sugiarto yang juga Ketua DPP Partai Amanat Nasional, berharap PPI Dunia juga dapat bekerjasama dengan lembaga parlemen atau partai politik untuk memberikan data data yang dibutuhkan oleh para anggota DPR yang juga sering melakukan studi banding dalam berbagai negara.
"Untuk mengurangi biaya tinggi dari studi banding, PPI memiliki potensi kepakaran di berbagai bidang yang dapat dimanfaatkan oleh parlemen," ujarnya sambil menambahkan dan partai politik harus siap dan terbuka untuk bekerjasama dengan PPI di berbagai negara.
Dalam kesempatan itu, ia juga mengingatkan bahwa Indonesia akan terancam kehilangan kemampuan untuk dapat berkompetisi secara global jika gagal untuk menata sektor edukasi.
Indonesia perlu menyiapkan sumberdaya manusia yang cukup untuk mendorong bangkitnya sektor-sektor industri strategis seperti pertambangan, maritim dan industri kreatif.
Menurut dia, saat ini jumlah pakar di bidang tersebut masih jauh dari memadai untuk membawa Indonesia pada kancah persaingan global.
"Saya menangkap semangat yang luar biasa untuk memperbaiki bangsa dari teman-teman PPI sedunia," ujarnya.
Bima Arya Sugiarto juga meliat tantangan utama adalah bagaimana para alumni luar negeri dapat memelihara "fighting spirit" dan merawat jaringan ketika berkiprah di Indonesia.
Selain itu alumni secara individu harus mampu membangun kompetensi personal dan tidak hanya mengandalkan jargon-jargon perubahan dan anak muda saja, tambahnya.
Simposium internasional PPI Dunia yang juga membahas pembentukan organisasi PPI Dunia yang menyepakati pembentukan forum komunikasi juga mengelar teleconference dengan Menteri Perdagangan RI Mari Elka Pangestu.
Tampil pembicara lainnya President Commissioner PT Panasonic Gobel Indonesia Rachmat Gobel, Michael CNCG Putra dari CO2, Policy and Positions Analyst, Shell serta Atase Perdagangan KBRI London Merry Maryati.
***4***
(ZG/B/Z003)
(T.H-ZG/B/Z003/Z003) 25-10-2010 11:22:17
Tidak ada komentar:
Posting Komentar