GUS MUS LUNCURKAN BUKU DI PARLEMEN EROPA
London, 7/5 (ANTARA) - KH Achmad Mustofa Bisri, atau yang dikenal dengan Gus Mus, tokoh pemuka agama Islam Indonesia meluncuran buku "Ilusi Negara Islam" versi Bahasa Inggris di Parlemen Eropa, yang dihadiri sejumlah politisi Uni Eropa, di Brussel.
Menurut Gus Mus, Eropa perlu melihat Indonesia sebagai titik referensi pemahaman Islam karena pemeluk agama Islam terbesar di dunia menunjukkan fakta Islam berjalan seiring dengan demokrasi, toleransi, dan menghormati masyarakat agama lain, demikian keterangan pers KBRI Brussel yang diterima ANTARA London, Sabtu.
Dubes RI di Brussel, Arif Havas Oegroseno dan Dr Werner Langen, anggota Parlemen Eropa asal Jerman yang menjabat sebagai Ketua Delegasi Parlemen Eropa untuk negara di kawasan Asia Tenggara dan ASEAN, menjadi tuan rumah bersama peluncuran buku yang sebelumnya diluncurkan di Indonesia dan mendapat sambutan positif dari masyarakat.
Dr Langen, yang baru saja berkunjung ke Indonesia bulan Februari lalu, menyampaikan kebanggaannya menjadi salah satu promotor peluncuran buku yang baginya penting untuk memberikan horison yang lebih luas kepada masyarakat Eropa mengenai Islam.
Menurut Dr Langen, upaya menjelaskan gambaran Islam di Indonesia yang toleran adalah sejalan dengan salah satu prinsip Uni Eropa, yaitu mendukung dan memajukan dialog antar agama dan antar budaya di Eropa.
Sebelum peluncuran, Gus Mus secara khusus mengadakan dialog dengan beberapa politisi anggota Parlemen Eropa serta sejumlah penasehat politik anggota Parlemen Eropa guna membahas kehidupan toleransi beragama di Indonesia serta bagaimana Indonesia bisa menjadi model transisi politik menuju suatu negara demokrasi.
Menurut Dubes Havas, pemilihan Parlemen Eropa sebagai tempat peluncuran buku didasarkan pada kenyataan institusi tersebut adalah salah satu pusat pemajuan semangat toleransi antar agama di Eropa. Suatu lembaga yang berperan penting di tengah maraknya kelompok-kelompok radikal kanan yang Islamophobia, ujarnya.
Dubes Havas mengakui kehadiran Gus Mus di Brussels adalah sebagai bagian dari upaya diplomasi budaya Indonesia dalam arti yang berbeda dengan diplomasi budaya dengan format seni dan tari-tarian tradisional.
Budaya pluralisme dan toleransi bangsa Indonesia adalah suatu budaya yang kuat dan mengakar dalam diri bangsa Indonesia.
Diiringi dengan demokrasi, pluralisme dan toleransi, Indonesia dapat menjadi titik referensi bagi sejumlah bangsa yang tengah bergolak dewasa ini. Faktanya, Indonesia adalah negara berpenduduk muslim dengan demokrasi yang terbesar di dunia.
Dengan membaca "The Illusion of an Islamic State", Gus Mus mengharapkan masyarakat Eropa dapat memperoleh gambaran sepenuhnya mengenai Islam dan mendapatkan sudut pandang mengenai Islam yang tidak hanya berasal dari sumber-sumber, "yang biasanya datang dari jazirah Arab."
"Islam adalah agama yang damai yang mengedepankan cinta dan kasih sayang. Islam adalah agama adalah untuk membangun dan bukan untuk menghancurkan," tegas Gus Mus.
Gus Mus berada di Brussels didampingi oleh KH Yahya Cholil Staquf dan KH Adib Bisri Hattani dari organisasi kemasyarakatan Nahdlatul Ulama (NU) serta C Holland Taylor, CEO LibForALL Foundation.
Setelah peluncuran buku di Parlemen Eropa, Gus Mus menggelar konferensi pers di Brussels Press Club yang diwarnai dengan berbagai pertanyaan dari kalangan media. Gus Mus secara terpisah diwawancarai secara khusus dua stasiun TV Eropa, Eesti Rahvusringhaaling dari Estonia dan Televiziunea Romană dari Romania.
Pertanyaan yang mengemuka saat itu adalah terkait dengan perkembangan di Timur Tengah, prospek Islam moderat, serta tolok ukur pengetahuan masyarakat Eropa pada umumnya mengenai Islam.
Selain itu juga digelar pertemuan dengan berbagai tokoh lintas agama di Belgia yang terdiri dari kalangan media, akademisi, peneliti, pejabat pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat.
Gus Mus dan rombongan juga mengadakan pertemuan dengan pemuka agama lain di kota Antwerpen, Belgia.
Dalam kesempatan tersebut, Gus Mus dan rombongan bertemu dengan Uskup Antwerpen, Johan Jozef Bonny dan Imam Masjid Antwerpen, Wim van Ael. Mereka saling bertukar pandangan mengenai filosofi keagamaan serta peranannya dalam menciptakan perdamaian dunia.
Menutup kunjungan Gus Mus di Brussel, digelar sarasehan dengan yang menghadirkan masyarakat Indonesia di Belgia. Gus Mus yang juga seorang seniman dan terkenal dengan berbagai puisi-puisinya, mengajak untuk saling menghormati antar sesama.
"Kita harus berusaha untuk menjadi manusia yang dapat memanusiakan manusia lainnya," ujar Gus Mus.
"Artinya kita, antara lain, harus menghargai dan menghormati manusia lain terlepas dari latar belakang agama dan kepercayaannya. Hal ini lah yang diajarkan Nabi Muhammad SAW kepada umatnya," ujarnya.
Dari Brussel, Gus Mus dan rombongan melanjutkan perjalanan ke Washington DC, untuk melakukan peluncuran buku "The Illusion of an Islamic State" di negara demokrasi terbesar ke-dua di dunia tersebut dengan misi yang sama, yaitu meningkatkan citra Islam Indonesia di dunia. ***6***
(ZG)
(T.H-ZG/B/B012/B012) 07-05-2011 05:38:01
Tidak ada komentar:
Posting Komentar