AKADEMISI TUNISIA INGIN BELAJAR KEBERHASILAN REFORMASI INDONESIA
London, 14/5 (ANTARA) - Masyarakat dan akademisi Tunisia mempunyai minat yang tinggi untuk mempelajari proses demokratisasi dan reformasi di Indonesia, sejak terjadinya Revolusi Melati di negara itu.
Hal itu terungkap dalam seminar menampilkan Deputi Urusan Politik, Kantor Wakil Presiden RI, Prof Dr Dewi Fortuna Anwar, yang diadakan Bank Dunia bekerjasama dengan African Develoment Bank (ADB) dan African Development Fund (ADF) di Tunis.
Sekretaris Satu Politik KBRI Tunis, Dharmawan kepada Antara London, Sabtu, menyebutkan selain peluncuran buku World Development Report 2011: Conflict, Security, and Development juga digelar seminar yang diikuti pakar dari berbagai negara, khususnya negara yang pernah mengalami proses reformasi dan dianggap berhasil dalam melaksanakan proses tersebut.
Selain dari Indonesia dan Tunisia, terdapat pembicara dari negara lainnya antara lain Jenderal Juan Cheyre, mantan Panglima Militer Chile dan Direktur Centre for International Studies Chile, Vakhtang Lejava, penasehat Perdana Menteri Georgia, Pablo de Greiff, Direktur International Centre transitional Justice.
Seminar tersebut merupakan upaya untuk mempelajari permasalahan yang terjadi pada negara yang dilanda pergolakan politik dan keamanan akibat perubahan sistem politik dan sosial, dan sekaligus mencari alternatif solusi yang yang berpijak pada keamanan, keadilan dan penciptaan lapangan kerja.
Untuk memperoleh solusi itu diambil melalui pengalaman berbagai negara yang pernah dilanda krisis dan konflik.
Diperkirakan sekitar 1,5 milyar orang yang terkena dampak kekerasan politik dan kriminal yang seluruh belahan dunia yang berdampak buruk terhadap penderitaan manusia dan menghambat pembangunan.
Hasil seminar tersebut dijadikan masukan untuk laporan WDR 2011 yang mencakup laporan tentang perubahan bentuk kekerasan yang terjadi pada abad ke-21, dan menggambarkan dampak negatif dari lingkaran kekerasan pada prospek pembangunan di sebuah negara dan kawasan.
Mencegah terjadinya kekerasan dan membangun negara damai sesuai dengan aspirasi masyarakat dibutuhkan kepemimpinan kuat berdasarkan asas keseimbangan secara poltik, ekonomi dan sosial budaya, dengan melibatkan seluruh aspek dan upaya nasional dan internasional secara bersama dan berkesinambungan.
Laporan ini berdasarkan riset terbaru, studi kasus, dan konsultasi ekstensif dengan pemimpin dan praktisi di seluruh dunia.
Dipilihnya Tunisia sebagai tempat penyelenggaraan seminar, karena Tunisia merupakan negara yang menjadi pemicu revolusi di kawasan Arab, melalui Revolusi Melati yang melengserkan pemimpin otoriter, Zine El-Abidine Ben Ali, pada tanggal 14 Januari lalu.
Paparan Dr Dewi Fortuna Anwar menarik antusias dari berbagai kalangan di Tunisia yang ingin memperoleh pengalaman reformasi yang dialami Indonesia. Beberapa chanel TV dan Radio Tunisia terlihat antusias melakukan wawancara dengan Dr Dewi Fortuna Anwar di sela-sela seminar para pakar tersebut.
Dalam rangka meningkatkan hubungan bilateral RI-Tunisia, Sekretaris Satu Politik KBRI Tunis, Dharmawan mengatakan bahwa KBRI Tunis memanfaatkan momentum Revolusi Tunisia untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan sosialisasi guna meningkatkan posture Indonesia sebagai contoh negara berkembang yang berhasil dalam melakukan reformasi.
Berbagai acara yang digelar KBRI Tunis mendapat liputan luas dari kalangan akademisi dan masyarakat Tunisia.
Sebelumnya, dalam pertemuan dengan pelajar SMU Unggulan Tunis bulan April lalu, Dubes RI Tunis, Muhamad Ibnu Said juga telah memaparkan keberhasilan reformasi di Indonesia.
(ZG)
(T.H-ZG/B/B013/B013) 14-05-2011 22:35:07
Tidak ada komentar:
Posting Komentar