Rabu, 11 Mei 2011

KERJA KERAS RAKYAT

PRESIDEN: PENGHARGAAN PBB PENGAKUAN KERJA KERAS RAKYAT

Jenewa, 10/5 (ANTARA) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan, penghargaan "Global Champion for Disaster Risk Reduction" yang diterimanya dari PBB merupakan pengakuan dari tekad dan kerja keras seluruh rakyat Indonesia dalam menghadapi bencana alam.

Hal itu disampaikan Presiden Yudhoyono yang menerima Penghargaan atas Upaya Pengurangan Risiko Bencana atau "Global Champion for Disaster Risk Reduction" yang diumumkan di Jenewa oleh Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Ban Ki Moon, Selasa siang.

Koresponden ANTARA London di Jenewa, Swiss, melaporkan, dalam kesempatan itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan sambutannya melalui rekaman video sekitar lima menit.

Pemberian penghargaan tersebut dilakukan bersamaan dengan Opening Ceremony Sidang ke-3 Global Platform for Disaster Risk Reduction yang dihadiri Direktur Bank Dunia Sri Mulyani Indrawati.

Presiden Yudhoyono menyampaikan ucapan terima kasih atas penghargaan yang diberikan dan menyatakan bahwa itu merupakan hasil kerja keras seluruh bangsa Indonesia.

"Saya menerima ini sebagai pengakuan dari tekad dan kerja keras dari seluruh Indonesia dalam menghadapi tantangan bencana alam," ujarnya.

Menurut Presiden Yudhoyono, Indonesia merupakan negara yang paling rentan terhadap bencana alam dan sebagai konsekuensinya, menghadapi bencana telah menjadi sangat tertanam dalam pola pikir nasional.

"Jika ada sesuatu yang baru dalam strategi jangka pendek, menengah dan panjang kami pembangunan jangka panjang itu adalah pengurangan risiko bencana," ujarnya.

Dikatakannya, Indonesia telah mengesahkan Undang-Undang pada 2007 yang membuat pengurangan risiko bencana merupakan faktor wajib dalam semua perkembangan baik di pabrik, bangunan, prasarana, kantor, sekolah, rumah, dan lainnya.

Manajemen bencana adalah salah satu prioritas utama pemerintah dan sejak tahun 2008 anggaran yang dialokasikan meningkat, kata Presiden Yudhoyono.
Menurut Presdien, banyak pelajaran yang diperoleh beberapa tahun terakhir ini yang ingin dibaginya kepada seluruh anggota sidang. Pertama kita perlu mengubah paradigma kita, dari reaktif ke proaktif dari tanggap darurat ke pengurangan risiko, dan dari pemerintah untuk masyarakat sipil.

Kedua perlu membuatnya secara komprehensif dan mencakup semua aspek pembangunan nasional. "Kita menyelesaikan peta risiko bencana tahun ini untuk membantu perencanaan dan kesadaran mulai di tingkat provinsi," ujarnya.

Dia menekankan perlunya menanamkan budaya keselamatan nasional, pencegahan dan kesiapsiagaan jauh lebih baik daripada bereaksi dan berkabung.

Menurut Presiden, Pemerintah tidak bisa melakukan hal itu sendiri dan masyarakat harus terlibat. "Kami telah membentuk tim penanggulangan bencana lokal, siap untuk bertindak dalam keadaan darurat," ujarnya.

Dikatakannya, yang lebih penting adalah kepemimpinan lokal, selama bencana, dan komunikasi serta masalah logistik dan peran aktor lokal sangat dibutuhkan.

Akhirnya, presiden menyebutkan bahwa ia berusaha memanfaatkan kearifan lokal, ini adalah apa yang orang-orang di Pulau Simeulue lakukan untuk menghindari kerusakan tsunami pada 2004.

"Mereka melarikan diri ke bukit ketika mereka melihat tanda-tanda tsunami, berwawasan lokal diberikan oleh nenek moyang mereka," ujarnya.

Secara regional, Indonesia telah menyampaikan berbagai inisiatif untuk kesiapan bencana, seperti latihan bersama di daerah dan sistem peringatan dini mengadopsi, di Asia Tenggara, ASEAN berusaha untuk mencapai visi umum negara yang tahan terhadap bencana pada tahun 2015.

Sementara di tingkat global, melalui Persatuan Bangsa-Bangsa, Indonesia dapat memupuk koordinasi yang lebih besar dan kerjasama dalam manajemen bencana.

Dikatakannya pada bulan Juni mendatang Indonesia akan mengumumkan peluncuran "World Economic Forum?s Third Country Network of the Disaster Resource Partnership".

Program nasional, regional dan global bertujuan tidak saja untuk kesiapan dalam menghadapi bencana tetapi juga membangun solidaritas di seluruh Negara, demikian Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Pengumuman pemberian penghargaan tersebut dilakukan di depan 82 delegasi negara yang 17 di antaranya dipimpin menteri dan pejabat setingkat menteri, 24 organisasi internasional, dan dihadiri 2.500 delegasi dari seluruh dunia, termasuk Delegasi RI yang dipimpin Kepala BNPB, Dr Syamsul Maarif.

Sekjen PBB, Ban Ki Moon, menyampaikan bahwa pemberian penghargaan tersebut diharapkan dapat menjadi pendorong bagi masyarakat internasional untuk mencontoh keberhasilan Pemerintah Indonesia dalam meningkatkan kesadaran pentingnya pencegahan bencana, serta menerapkannya dalam kebijakan nasional yang efektif.

Sekjen PBB menggunakan kesempatan ini untuk menyampaikan penghargaan kepada Presiden RI sebagai global champion di bidang DRR atas keberhasilan Indonesia menerapkan dan mengimplementasikan kebijakan di bidang ini secara baik. ***6***
(H-ZG/B/A041)

(T.H-ZG/B/A041/A041) 11-05-2011 10:08:27

Tidak ada komentar: