INDONESIA CIPTAKAN KEAMANAN DI SELAT MALAKA
London, 14/5 (ANTARA) - Indonesia berhasil menciptakan dan memelihara keamanan laut di kawasan Selat Malaka yang menjadi jalur vital lalu lintas perdagangan global.
Hal itu merupakan kesimpulan dari acara debat yang diadakan para ahli dalam sebuah diskusi bertemakan keamanan di laut atau
"Roundtable Debate on Maritime Security" yang diadakan di Brussel, Belgia, ujar Sekretaris III Pensosbud KBRI Brussel,Belgia, Punjul Nugraha kepada koresponden Antara London, Sabtu.
Punjul Nugraha menjelaskan acara yang diselenggarakann KBRI Brussel dan Egmont Institute, sebuah tim pemikir atau "think tank "terkemuka dari Belgia, menghadirkan pakar hukum laut Prof. Dr. Hasyim Djalal, sebagai pembicara utama.
Juru runding Indonesia pada pembahasan Konvensi PBB mengenai hukum laut (United Nations Convention on the Law of the Sea) 1982, menekankan peran Indonesia dalam melakukan pengamanan Selat Malaka baik secara nasional maupun melalui kerja sama bilateral dan regional mendapatkan pengakuan dari berbagai pihak di dunia.
Peningkatan keselamatan navigasi laut di kawasan Asia Tenggara perlu terus dikembangkan berdasar atas kepentingan bersama, ujar pakar hukum laut Indonesia yang kini menjabat sebagai Staf Ahli Kepala Staf TNI-AL itu.
Hasyim Djalal mengatakan Indonesia dan para mitra memiliki kepentingan yang sama dalam menjaga keamanan kawasan.
Selain Dr. Djalal, tampil pula Prof. Robert Beckman, dari National University of Singapore serta pembicara lain dari European External Action Service (EEAS), kalangan dipomatik dan eksekutif perusahaan multinasional.
Direktur Egmont Institute, Marc Trenteseau menyatakan Selat Malaka adalah salah satu jalur utama yang dilalui untuk perdagangan antara UE dengan China, Jepang dan Korea Selatan.
Selat Malaka, oleh karena itu, memiliki nilai strategis bagi Uni Eropa baik dari aspek geostrategis maupun geopolitis.
Indonesia, bersama dengan Malaysia dan Singapura, berhasil melakukan kerja sama dalam menangani masalah keamanan dan keselamatan navigasi di Selat Malaka, termasuk masalah perampokan di laut, ujar Marc Trenteseau yang pernah menjabat sebagai Dubes Belgia di Jakarta ini.
"Keberhasilan tersebut dapat menjadi contoh bagi negara lain," ujarnya.
Sumbangan Eropa
Sementara itu, Direktur Asia di EEAS , James Moran menyatakan Uni Eropa sangat berkeinginan untuk dapat memberikan sumbangannya bagi pemeliharaan keamanan laut di wilayah Asia Tenggara.
"Indonesia dan Uni Eropa telah memiliki suatu perjanjian payung komprehensif (Partnership and Cooperation Agreement -PCA) yang dapat menjadi dasar bagi kerja sama konkret di bidang ini," ujar James Moran, pejabat Uni Eropa yang dekat dengan Indonesia ini.
Sementara itu Dubes RI di Brussel, Arif Havas Oegroseno, mengatakan menjaga keamanan laut merupakan kepentingan semua pihak, utamanya keamanan di perairan yang memegang aspek strategis bagi perdagangan dunia.
"Presiden Dewan Uni Eropa, Herman Van Rompuy mengatakan menjaga keamanan jalur perdagangan di antara Eropa dan Asia memiliki nilai strategis," kutip Dubes Havas.
Keamanan laut antara Eropa dan Asia adalah hal yang konkret, keuntungannya dapat dirasakan langsung oleh oleh masyarakat, dan keamanan laut mutlak diperlukan oleh kalangan bisnis,tegasnya.
Atas dasar itu, menurut Dubes Havas, digelar pertemuan para pakar di bidang keamanan maritim ini.
"Ini adalah bagian dari upaya terus menerus untuk meningkatkan pemahaman di para pemangku kepentingan di Eropa mengenai peran strategis Indonesia di kawasan Asia Tenggara dan di dunia internasional," tegasnya.
Selain membahas Selat Malaka, pertemuan para pakar juga membahas mengenai perkembangan dan situasi terkini di perairan Somalia dan Teluk Aden, utamanya semakin meningkatnya aksi perompakan dan pembajakan kapal, baik dari sisi kualitas maupun kuantitas.
Dalam diskusi mengemuka tidak adanya keamanan di perairan Somalia telah memunculkan rasa frustasi di kalangan pengusaha, utamanya yang usahanya melewati perairan tersebut. ***6***
(ZG/C/A011)
(T.H-ZG/C/A011/A011) 14-05-2011 08:39:32
Tidak ada komentar:
Posting Komentar