Rabu, 15 Juni 2011

KEBERSAMAAN KUNCI PERDAMAIAN

KEBERSAMAAN KUNCI PERDAMAIAN ANTAR UMAT BERGAMA

London, 15/6 (ANTARA) - Kebersamaan kunci perdamaian antarumat beragama dan menghilangkan prasangka buruk antarumat beragama, sekaligus dapat mengatasi konflik antarumat agama.

Demikian Pdt. Margaretha M. Hendricks- Ririmasse, pada seminar internasional mengenai kebebasan beragama: hak-hak asasi manusia, inklusi sosial dan partisipasi politik, kasus komunitas kristen, berlangsung di Florense, Italia, awal pekan ini.

Minister Counsellor Pensosbud, KBRI Roma, Musurifun Lajawa kepada Antara London, Rabu menyebutkan seminar diadakan dalam kerangka UN Alliance of Civilization, dihadiri sekitar 50 ahli dari dunia akademisi, LSM dan organisasi internasional, termasuk wakil-wakil dari Liga Arab dan OKI.

Pendeta Ririmasse menyebutkan konflik antara umat Kristiani dan Islam di Indonesia dapat dihilangkan jika prasangka umat Kristiani terhadap Islam menjadikan Indonesia negara Islam sebaliknya prasangka kristenisasi dengan bantuan Negara Barat dapat dihilangkan.

Pendeta kelahiran Haruku, Ambon ini minta semua pihak untuk menghindari generalisasi terhadap sikap sebagian kecil masyarakat Islam Indonesia yang tidak toleran atau 'fundamentalis'.

Sebagian besar umat Islam Indonesia bersikap moderat dan bahkan ada yang liberal bersama-sama membangun rasa saling percaya dan kerjasama dalam menciptakan perdamaian di bumi Indonesia.

Pemegang gelar Doktor Teologi, dari Sekolah Tinggi Teologi Asia Tenggara di Jakarta ini, menekankan perlunya umat Kristen merasa senang melihat penganut Islam menjadi Islam yang lebih baik, dan sebaliknya umat Islam pun mersa senang melihat saudaranya yang kristiani menjadi kristen lebih baik.

Dikatakannya kalau sikap saling mengharagai dapat dipupuk dan dikembangkan, diharapkan tidak ada lagi sikap persaingan dengan melakukan da?wah secara gresif, apalagi sampai mendorong semangat pindah agama, yang memberikan kesan adanya superioritas suatu agama atas agama lainnya.

Karena itu, lanjut pendeta yang akrab disapa Pdt Etha ini, mengatakan umat Islam dan Kristen, sebagai agama selayaknya bersikap sebagai sesama peziarah (fellow pilgrims) dalam mencapai tujuan perdamaian di dunia dan keselamatan di akhirat.

Untuk mencapai saling pengertian dalam kehidupan beragama, di Ambon, diadakan studi bersama dalam bidang teologi di kalangan perguruan tinggi, Kristen dan Islam, sejauh ini menunjukan hasil yang menggembirakan.

Di Ambon, kaum wanita juga aktif mengambil bagian dalam upaya perdamaian, ketika laki-laki terlibat konflik, wanita, yang banyak mengandalkan suara hati, duduk bersama mencari titik temu dan konsiliasi.

Selain itu, wanita juga memainkan peranan penting dalam mendorong kalangan remaja Kristiani dan Islam untuk menjadi duta perdamaian di masa depan.***6***
(ZG)

Tidak ada komentar: