EROPA BUTUH STRATEGI BARU UNTUK HADAPI ASIA
London, 25/6 (ANTARA) - Berkembangnya regionalisme di Asia serta bergesernya pusat gravitasi ekonomi dunia ke Asia, terutama Asia Tenggara dan Asia Timur, membutuhkan strategi baru dalam kerangka hubungan Asia dan Eropa.
Lembaga riset dan kajian terbesar di dunia "Friends of Europe", membahas hal tersebut dalam salah satu tema "High Level Policy Summit on EU-Asia Relations" di Brussels, demikian KBRI Brussels dalam keterangannya kepada ANTARA London, Sabtu.
Komisioner Eropa untuk urusan Kerja sama Internasional, Bantuan Kemanusiaan dan Penanggulangan Krisis, pejabat Komisi Eropa setingkat Menteri, Kristalina Georgieva, membuka secara resmi acara itu.
Dalam sambutannya Georgieva menyatakan bahwa dialog dengan Uni Eropa merupakan salah kunci bagi Asia dalam menghadapi berbagai tantangan guna mencapai kesejahteraan bagi semua.
Debat yang diselenggarakan dengan partisipasi aktif KBRI Brussels ini menghadirkan Wakil Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia Dr. Edy Prasetyono.
Prasetyono mengungkapkan bahwa dewasa ini perkembangan krisis ekonomi di Eropa telah memberikan persepsi kurang positif terhadap Eropa di Asia.
Selain itu, identitas Eropa di Asia belum sepenuhnya dipandang dalam konteks Uni Eropa. Masyarakat dan bangsa-bangsa Asia masih melihat bangsa Eropa dari negara mereka masing-masing dan bukannya dari kelembagaan atau kesatuan mereka sebagai wakil Uni Eropa, ujarnya.
Dia menekankan bahwa masalah persepsi ini perlu diatasi oleh Eropa mengingat bahwa Asia dan Eropa sama-sama saling memerlukan dan memiliki sifat komplementer, misalnya teknologi di Eropa di satu pihak serta sumber daya manusia dan modal di Asia di lain pihak.
"Hal ini harus dimanfaatkan dalam satu sinergi untuk bekerja sama di masa depan," katanya yang juga menggarisbawahi perlunya Uni Eropa perlu untuk lebih aktif mempresentasikan dirinya kepada Asia lebih dari hanya sekadar satu kekuatan ekonomi saja.
"Kita belum melihat peran Uni Eropa dalam konteks strategis di Asia?" tambahnya.
Selain Dr. Edy Prasetyantono, tokoh yang juga tampil menjadi pembicara antara lain David O'Sullivan, Chief Operating Officer, European External Action Service (EEAS) Uni Eropa, Elmar Brok, Wakil Ketua Komite Hubungan Luar Negeri Parlemen Eropa, Jamie Shea, Deputi Asisten Sekretaris Jenderal NATO, dan Laksamana Guido Rando, Wakil Komandan Operasi ATALANTA UE.
Dubes RI di Brussel, Arif Havas Oegroseno, mengatakan partisipasi Indonesia pada forum penting ini merupakan salah satu bukti semakin meningkatnya pengakuan atas peran Indonesia di mata Uni Eropa. "Hal ini menunjukkan arti strategis Indonesia semakin diperhitungkan oleh Uni Eropa," ujar Dubes Havas.
Hal ini juga terlihat dalam perdebatan di agenda-agenda strategis dalam acara diskusi tersebut CEO Global Institute for Tomorrow, Hong Kong dan penulis buku "Globalization: Challenges and Opportunities", Chandran Nair, secara khusus menekankan abad Asia nantinya ditentukan oleh China, India dan Indonesia.
(Tz.ZG/C/M016).
(T.H-ZG/C/M016/M016) 25-06-2011 04:05:22
Tidak ada komentar:
Posting Komentar