PPI BELANDA BERDIALOG DENGAN PROF HABIBIE
Oleh Zeynita Gibbons London, 9/12 (Antara) - Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Belanda dan masyarakat Indonesia di Belanda berdialog dengan Presiden RI ke-3 Prof B.J.Habibie dengan dipandu Dubes RI untuk Kerajaan Belanda, I Gusti Agung Wesaka Puja.
Kegiatan dialog dikemas dalam agenda "Lingkar Inspirasi" berlangsung di Aula Nusantara, KBRI Den Haag, Belanda, kata Kepala Hubungan Masyarakat PPI Belanda Sausan Atika Maesara kepada Antara London, Jumat.
Sebelum acara dialog yang dihadiri lebih dari 250 orang mendapat ditayangkan film "Rudy," film terbaru yang menceritakan kisah perjalanan studi Prof Habibie di Aachen, Jerman, termasuk saat menjadi Ketua PPI Aachen yang sarat dengan dengan jiwa kepemimpinan, Dalam dialog, dengan gaya bicaranya yang khas Prof Habibie menjelaskan pengalamannya menuntut ilmu di Jerman, mulai dari sarjana, dilanjutkan dengan program master, hingga menyelesaikan program doktoralnya, sehingga meraih gelar doktor pada usia yang relatif masih belia. Dengan temuan-temuan penelitian saya, berbagai tawaran menggiurkan diberikan kepada saya, termasuk untuk berpindah kewarganegaraan, namun saya selalu mengatakan tidak," ujar Prof Habibie.
Pernyataan tersebut menggambarkan betapa konsisten dan tingginya dedikasi prof Habibie kepada negara dan bangsa Indonesia. Prestasi dan ide-ide cemerlang dalam pengembangan teknologi pesawat terbang dan perkapalan, pemerintah Jerman memberikan fasilitas visa, ijin tinggal dan ijin bekerja seumur hidup kepada Pak Habibie.
"Saya sangat terinspirasi oleh sikap beliau yang sangat kuat untuk senantiasa berkontribusi kepada bangsa dan negara, dengan harus pulang ke Indonesia dan mengabdikan ilmu yang telah didapatkan untuk kemajuan negeri," ujar Dwi Hartanto, calon doktor dari TU-Delft yang saat ini juga mendapat iming-iming serupa dengan Prof Habibie.
Dipicu film "Rudy" beberapa mahasiswa pun tergelitik mengajukan pertanyaan tentang cerita film tersebut. Salah satu tentang kisah hubungan dengan beberapa gadis cantik yang menaruh perhatian kepada Habibie muda. Kebenaran cerita tersebut pun diiyakan Wardiman Djojonegoro, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, teman sekamar Pak Habibie waktu kuliah di Aachen, yang juga sedang berada di Belanda dan hadir pada pertemuan tersebut.
Tidak terlewatkan, Pak Habibie pun selalu menyinggung kekekalan hubungannya dengan Ainun, belahan jiwanya, yang tidak pernah terpisahkan meski oleh kematian. Kisah "Ainun" ini sedang disiapkan dalam bentuk opera, yang rencananya akan ditampilkan di Belanda tahun depan.
Dalam wawancara khusus Sekjen PPI Belanda, Fariz Isnaini dan tim liputannya, terkait dengan isu pengembangan teknologi di Indonesia ke depan, Pak Habibie menjelaskan banyak yang dilakukan pada waktu lalu untuk mengembangkan industri pesawat terbang di Indonesia.
"Akan tetapi kita ini tidak memiliki budaya estafet, sehingga hal-hal yang telah dicapai oleh generasi sebelumnya tidak dilanjutkan generasi selanjutnya," ujar Prof Habibie.
Petuah yang disampaikan pada penghujung pertemuan ini merupakan catatan penting dan tugas bagi generasi muda calon pemimpin bangsa di masa depan untuk mulai meniti jejalur mewujudkan budaya estafet, sehingga dapat dijamin kemandirian dalam berbagai bidang teknologi di Indonesia tercapai secara berkelanjutan dan berkesinambungan antar generasi.
***4*** (T.H-ZG/B/M. Yusuf/M. Yusuf) 09-12-2016 05:27:19
Oleh Zeynita Gibbons London, 9/12 (Antara) - Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Belanda dan masyarakat Indonesia di Belanda berdialog dengan Presiden RI ke-3 Prof B.J.Habibie dengan dipandu Dubes RI untuk Kerajaan Belanda, I Gusti Agung Wesaka Puja.
Kegiatan dialog dikemas dalam agenda "Lingkar Inspirasi" berlangsung di Aula Nusantara, KBRI Den Haag, Belanda, kata Kepala Hubungan Masyarakat PPI Belanda Sausan Atika Maesara kepada Antara London, Jumat.
Sebelum acara dialog yang dihadiri lebih dari 250 orang mendapat ditayangkan film "Rudy," film terbaru yang menceritakan kisah perjalanan studi Prof Habibie di Aachen, Jerman, termasuk saat menjadi Ketua PPI Aachen yang sarat dengan dengan jiwa kepemimpinan, Dalam dialog, dengan gaya bicaranya yang khas Prof Habibie menjelaskan pengalamannya menuntut ilmu di Jerman, mulai dari sarjana, dilanjutkan dengan program master, hingga menyelesaikan program doktoralnya, sehingga meraih gelar doktor pada usia yang relatif masih belia. Dengan temuan-temuan penelitian saya, berbagai tawaran menggiurkan diberikan kepada saya, termasuk untuk berpindah kewarganegaraan, namun saya selalu mengatakan tidak," ujar Prof Habibie.
Pernyataan tersebut menggambarkan betapa konsisten dan tingginya dedikasi prof Habibie kepada negara dan bangsa Indonesia. Prestasi dan ide-ide cemerlang dalam pengembangan teknologi pesawat terbang dan perkapalan, pemerintah Jerman memberikan fasilitas visa, ijin tinggal dan ijin bekerja seumur hidup kepada Pak Habibie.
"Saya sangat terinspirasi oleh sikap beliau yang sangat kuat untuk senantiasa berkontribusi kepada bangsa dan negara, dengan harus pulang ke Indonesia dan mengabdikan ilmu yang telah didapatkan untuk kemajuan negeri," ujar Dwi Hartanto, calon doktor dari TU-Delft yang saat ini juga mendapat iming-iming serupa dengan Prof Habibie.
Dipicu film "Rudy" beberapa mahasiswa pun tergelitik mengajukan pertanyaan tentang cerita film tersebut. Salah satu tentang kisah hubungan dengan beberapa gadis cantik yang menaruh perhatian kepada Habibie muda. Kebenaran cerita tersebut pun diiyakan Wardiman Djojonegoro, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, teman sekamar Pak Habibie waktu kuliah di Aachen, yang juga sedang berada di Belanda dan hadir pada pertemuan tersebut.
Tidak terlewatkan, Pak Habibie pun selalu menyinggung kekekalan hubungannya dengan Ainun, belahan jiwanya, yang tidak pernah terpisahkan meski oleh kematian. Kisah "Ainun" ini sedang disiapkan dalam bentuk opera, yang rencananya akan ditampilkan di Belanda tahun depan.
Dalam wawancara khusus Sekjen PPI Belanda, Fariz Isnaini dan tim liputannya, terkait dengan isu pengembangan teknologi di Indonesia ke depan, Pak Habibie menjelaskan banyak yang dilakukan pada waktu lalu untuk mengembangkan industri pesawat terbang di Indonesia.
"Akan tetapi kita ini tidak memiliki budaya estafet, sehingga hal-hal yang telah dicapai oleh generasi sebelumnya tidak dilanjutkan generasi selanjutnya," ujar Prof Habibie.
Petuah yang disampaikan pada penghujung pertemuan ini merupakan catatan penting dan tugas bagi generasi muda calon pemimpin bangsa di masa depan untuk mulai meniti jejalur mewujudkan budaya estafet, sehingga dapat dijamin kemandirian dalam berbagai bidang teknologi di Indonesia tercapai secara berkelanjutan dan berkesinambungan antar generasi.
***4*** (T.H-ZG/B/M. Yusuf/M. Yusuf) 09-12-2016 05:27:19
Tidak ada komentar:
Posting Komentar