Rabu, 28 Mei 2008

DIALOG INTERAKTIF

<<>>
D0290508000021 29-MAY-08 KSR JKT
DIALOG INTERAKTIF PERINGATAN 100 TAHUN HARKITNAS DI SWEDIA

London, 28/5 (ANTARA) - Masyarakat Indonesia yang berada di Swedia mengelar dialog Interaktif dengan tema "Retrospeksi dan Tantangan ke depan" dalam memperingati 100 Tahun Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) yang diadakan di KBRI Stockholm.

Peringatan 100 tahun Harkitnas, bertepatan dengan 80 tahun Sumpah Pemuda dan 10 tahun Reformasi melibatkan perwakilan masyarakat Indonesia di berbagai kota di Swedia, demikian Dody Kusumonegoro, Sekretaris I Pensosbud KBRI Stockholm kepada ANTARA London, Rabu.

Dubes RI untuk Swedia Linggawaty Hakim dalam sambutannya menyampaikan bahwa peringatan 100 tahun Harkitnas dimaksudkan agar masyarakat Indonesia lebih tanggap terhadap perkembangan dan tantangan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia.

Selain melihat berbagai peluang dimana masyarakat Indonesia dapat lebih memberikan sumbangan dan dukungan dalam berbagai bentuk untuk pembangunan bangsa, ujarnya.

Pembicara yang tampil dalam dialog ini mewakili berbagai kelompok masyarakat di antaranya Tom Ilyas, Abram Perdana, mahasiswa Phd dari Chalmers Univ di Goteborg dan Dr. Trisasi Lestari, mahasiswa Phd Kesehatan Masyarakat di Univ Ume, Swedia.

Sementara pembahas Janto Marzuki, tokoh masyarakat Indonesia di Swedia, Edwin Setiawan Tjandra dari Royal Institute of Technology dan Patricia Rinwigati Waagstein, staf pengajar Uppsala University dan Hariyadi Wirawan, pengajar FISIP-HI, UI.

Masalah yang paling banyak disoroti pembicara dalam sarasehan itu diantaranya kesenjangan ekonomi, pendidikan, pemanfaatan sumber daya alam/energi, kesehatan masyarakat, dan juga perlunya Indonesia mencari jalan keluar dari krisis yang berkepanjangan.

Tom Iljas yang mewakili masyarakat seminar di Stockholm berpandangan perkembangan demokrasi di Indonesia mendukung adanya kebebasan pers, kebebasan mengeluarkan pendapat dan kebebasan berserikat. Namun di bidang ekonomi masih banyak yang belum mengalami kemajuan.

Dikatakannya kebijakan pemerintah di bidang ekonomi masih sangat memprihatinkan yang berkaitan dengan pemilikan aset negara oleh pihak asing.

"Kebijakan ekonomi yang kurang menguntungkan masyarakat dan masalah pengiriman TKI ke luar negeri yang sebagian besar di sektor informal," ujarnya.
Sementara itu, Abram Perdana mempunyai pandangan yang cukup pragmatis dengan mengetengahkan potensi energi Indonesia yang menurutnya belum dikelola secara tepat.
***1***(U-ZG)(T.H-ZG/B/Z002/Z002) 29-05-2008 00:27:03

Tidak ada komentar: