BUDAYA INDONESIA-BELANDA TARIK PERHATIAN DI MEKSIKO
Oleh Zeynita Gibbons
London, 5/3 (Antara) - Budaya Indonesia dan Belanda menarik perhatian masyarakat Meksiko tidak lain karena interaksi antara masyarakat Indonesia dan Belanda di masa kolonial berhasil memperkaya nilai sosial dan budaya.
Hal itu terungkap dalam diskusi "Intercultural Exchange in Colonial Times," yang diadakan KBRI Meksiko dan Kedutaan besar Kerajaan Belanda, demikian Pensosbud KBRI Meksiko, Febby Fahrani kepada Antara London, Sabtu.
Dubes RI di Meksiko, Yusra Khan, menyampaikan sudah saatnya diaspora Indonesia dan Belanda yang tinggal di Meksiko memaknai interaksi yang terjadi di masa lampau sebagai suatu modal untuk membina persahabatan.
Dubes Kerajaan Belanda, Dolf Hogewoning, menyampaikan diskusi digagasnya bersama Dubes RI menampilkan Dr. Judith Ernestine Bosnak, ahli bahasa dan budaya Indonesia asal Belanda yang menetap di Meksiko.
Dikatakannya karya terjemahan Dr. Judith berjudul "Op Reis Met Een Javaanse Edelman" merupakan suatu potret menarik dan konstruktif akan kedekatan bangsa Indonesia dan Belanda, meskipun dalam situasi yang kompleks di masa penjajahan.
Karya terjemahan Dr. Judith itu diharapkan dapat meningkatkan pemahaman akan pertukaran budaya Indonesia dan Belanda yang berpengaruh kedua masyarakat pada kondisi kehidupan masa kini .
Dalam acara yang diadakan di KBRI Mexico City, Dr. Judith menyampaikan presentasi berjudul ¨Travelling with a Javanese Nobleman¨ yang merupakan hasil penelitiannya tentang kisah priyayi Jawa asal Demak, Condro Negoro, dengan nama panggilan Purwalelana, didasarkan pada catatan perjalanan (travelogue) berjudul "Lampah-lampahipun Raden Mas Harya Purwalelana".
Condro Negoro melakukan perjalanan di Pulau Jawa sepanjang 5.000 km di masa kolonialisme antara tahun 1860 dan 1875.
Ia mencatat berbagai kebiasaan dan tradisi masyarakat Jawa, serta interaksi masyarakat Jawa dengan Belanda di masa itu.
Condro memiliki kedekatan dengan Universitas Leiden mencatat keadaan kota, candi dan keindahan pemandangan, kemajuan pembangunan di Pulau Jawa digambarkan dan dikritisi Condro Negoro.
Diskusi dimoderatori Dr. Carlos Mondragon Perezgrovas, Associate Professor Universitas El Colegio de Mexico untuk studi abad ke-19, dan mendapatkan tanggapan dari peserta diskusi.
Travelogue Condro Negoro diterjemahkan Dr. Judith ke bahasa Belanda mendapatkan apresiasi dari peserta diskusi.
Pada sesi tanya jawab, beberapa pertanyaan menarik dilontarkan, seperti sosok pribadi Condro Negoro sebagai petualang yang tumbuh dalam masyarakat hibrid, sikap kritis Condro Negoro terhadap kondisi dan keadaan lingkungannya di masa tersebut dan kesadarannya atas masalah sosio ekonomi yang terjadi di Jawa pada masa kolonial.
Mantan Dubes Meksiko untuk Indonesia, Pedro Gonzalez Rubio Sanchez mengomentari peran sentral Condro Negoro yang meski cukup mengkritisi kolonialisme Belanda di tanah leluhurnya, namun tetap terbuka akan peradaban Belanda dalam membangun peradaban Jawa di masa pemerintahannya sebagai Bupati Demak.
Diskusi kisah petualangan Condro Negoro selain dihadiri diáspora Indonesia dan Belanda juga kalangan diplomatik yang pernah bertugas di Indonesia dan akademisi El Colegio de Mexico.
Diskuti juga diakhiri dengan suguhan tari Gunung Sari yang menggambarkan perjalanan pangeran di tanah Jawa serta makan malam dengan sajian kuliner Indonesia seperti sate ayam, pecel, mie bakso, nasi goreng, serta minuman hangat wedang ronde.
Alunan gending Jawa yang mengiringi acara makan malam menciptakan suasana keakraban di antara peserta diskusi dan diharapkan meninggalkan kesan mendalam dalam upaya mempererat kedekatan budaya Indonesia dengan negara lain, khususnya Belanda dan Meksiko. ***3***(ZG)
(T.H-ZG/B/E. Sujatmiko/E. Sujatmiko) 05-03-2016 06:12:02
Tidak ada komentar:
Posting Komentar