Oleh Zeynita Gibbons
London, 15/3 (Antara) - Dialog Muslim-Kristiani sebaiknya dimulai dari akar rumput guna mewujudkan keharmonisan hubungan antarumat beragama di Indonesia, sebaiknya dimulai dari tingkat RT/RW.
Hal ini merupakan salah satu rekomendasi disertasi doktor Pastor Konstantinus Bahang OFM yang disampaikan di depan tiga penguji dari Fakultas Teologi Universitas Pontificia Antonianum di Roma, Italia, kata Sekretaris Tiga KBRI Vatikan Sturmius Teofanus Bate kepada Antara London, Selasa.
Dalam disertasi setebal lebih dari 300 halaman yang berjudul, "Interreligius Dialogue Between Muslims and Christians in Indonesia and the Role of Pancasila, " Pastor Bahang OFM mengkaji berbagai kemungkinan mengembangkan dialog antara umat Islam dan Kristiani dalam kerangka dasar negara Pancasila.
Bahan-bahan yang dirujuk dalam penelitian bersumber dari dokumen-dokumen Nahdlatul Ulama (NU), Muhamaddiyah, Konferensi Waligereja Indonesia, dan Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia.
Pastor yang lama mengabdi di Papua ini meyakini Pancasila merupakan pelindung bagi seluruh umat beragama di Indonesia. Meskipun demikian diakui masih terdapat penafsiran berbeda di antara umat beragama mengenai format dialog.
Pancasila sebagai dasar negara dan falsafah hidup bangsa Indonesia dinilai Pastor Bahang merupakan landasan yang tepat karena merupakan perwujudan kesepakatan di antara berbagai agama dan etnis yang berbeda.
Disamping itu, Pancasila bisa diterapkan di Indonesia karena sejalan dengan akar budaya yang bersendikan Bhineka Tuggal Ika, gotong royong dan kekeluargaan. Menjawab pertanyaan ketua tim penguji, apakah Atheisme diakui di Indonesia, promovendus menjawab tidak ada kebebasan tanpa batas.
Di Indonesia, menurutnya, seluruh warga negara diwajibkan memilih salah satu dari enam agama secara bebas karena Indonesia merupakan negara ber-Ketuhanan Yang Maha Esa. Hak untuk memilih agama diyakini merupakan rahmat yang Tuhan berikan kepada manusia Indonesia.
Dalam presentasinya, Pastor Bahang mengutip pernyataan Sekretaris Negara Takhta Suci Vatikan, Kardinal Parolin, yang Agustus tahun lalu berkunjung ke Indonesia, dimana orang nomor dua di Vatikan itu sangat menghargai kerukunan hidup umat beragama di Indonesia.
Oleh sebab itu, promovendus menyarankan Indonesia bisa menjadi model dalam menerapkan dialog antarumat beragama dan sebaiknya dialog dimulai dari akar rumput di kampung-kampung dan pedesaan.
Setelah berlangsung tanya jawab dalam bahasa Italia dengan tim penguji yang diketuai Prof. Dr. Benedict Vadakkekara OFM Cap dan dua anggota Prof. Dr. Theo Jansen OFM Cap dan Prof.ssa Dr. Mirella Susini, akhirnya Pastor Bahang OFM dinyatakan lulus sebagai doktor. Dalam sistem di Italia predikat hasil ujian doktor akan diberikan setelah seluruh revisi disertasi diselesaikan.
Hadir dalam ujian disertasi doktor, yang berlangsung hari Senin, Dubes RI untuk Takhta Suci Vatikan yang baru, Antonius Agus Sriyono, dan sejumlah mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di universitas ini. Saat ini lebih 1500 biarawan dan biarawati Indonesia belajar dan berkarya di Vatikan dan Italia .(ZG).***4***
(T.H-ZG/B/E.S. Syafei/E.S. Syafei) 15-03-2016 08:55:40
Tidak ada komentar:
Posting Komentar