Jumat, 09 November 2018

FINTECH

INDONESIA GELAR PENCARIAN FAKTA FINTECH KE SWISS
Zeynita Gibbons

London,9/11 (Antara) - Indonesia menggelar misi pencarian fakta tentang fintech pertama ke Swiss dengan adanya perubahan lansekap ekonomi dan keuangan yang menawarkan berbagai peluang sekaligus meningkatkan potensi risiko.

Fintech diyakini dapat mendukung pengembangan keuangan, inklusi, dan efisiensi tetapi juga dapat menimbulkan risiko bagi konsumen dan investor, serta lebih luas lagi, pada stabilitas keuangan.

Kedutaan besar di Bern dalam keterangan yang diterima Antara London, Jumat menyebutkan hal itu mengemuka ketika pembukaan misi pencarian fakta tentang fintech di Swiss (Fact finding mission on Swiss Fintech) di Kedutaan Besar RI (KBRI) di Kota Bern, Swiss.

Sejalan dengan Bali Fintech Agenda usai pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia di Bali 8 sampai 14 Oktober lalu , Fact-finding Mission on Swiss Fintech yang diadakan KBRI Bern diikuti 30 stakeholder dari ekosistem fintech Indonesia, terdiri dari regulator, pelaku industri, asosiasi, bank, dan kamar dagang.

Delegasi dari Indonesia terdiri dari berbagai kalangan seperti jajaran Otoritas Jasa Keuangan (OJK), termasuk Anggota Dewan Komisioner Nurhaida, delegasi Bank Indonesia, Bukalapak, Investree, Amartha Mikro Fintech, bank-bank BUMN, bank syariah, dan bank perkreditan rakyat dari seluruh Indonesia.

Dalam agenda yang diinisiasi KBRI Bern selama 4 hari sejak tanggal 6 hingga 9 November delegasi akan melakukan kunjungan ke berbagai organisasi di sektor finansial, antara lain State Secretariat for International Financial Matters, Switzerland Global Enterprise, Swiss National Bank, juga inkubator bisnis dan akselerator startup fintech setempat dan bertemu dengan sejumlah asosiasi di sektor fintech di Swiss.

Dubes RI untuk Swiss dan Liechtenstein, Muliaman Hadad, menyampaikan pada pembukaan misi pencarian fakta bertujuan untuk antara lain menjajaki kerja sama antara sektor Indonesia-Swiss. ¿Indonesia dan Swiss merupakan dua negara yang berpotensi saling melengkapi dan dapat saling belajar dalam bidang fintech,¿ ujar Dubes Muliaman. 
Sektor fintech di Indonesia adalah salah satu yang tertinggi di Asia Tenggara, sedangkan Swiss dikenal luas sebagai salah satu pusat keuangan dunia dan memiliki ekosistem fintech terbaik di dunia.

Dubes Muliaman berharap stakeholder di sektor finansial teknologi di Indonesia dapat mempelajari lansekap fintech di Swiss, dan membawa hasilnya untuk membangun ekosistem yang kuat bagi fintech di Indonesia.

Pertemuan di State Secretariat for International Financial Matters terkuak bahwa sebesar 9% dari GDP Swiss berasal dari sektor finansial. Pemerintah Swiss sangat berhati-hati dan mengawasi dengan seksama perkembangan fintech dengan tetap menyiapkan ekosistem dari principal based, teknologi, sumber daya manusia, juga infrastruktur. Adapun pencarian fakta di Switzerland Global Enterprise membuka peluang ekspansi bisnis fintech Indonesia di Swiss.

Ketua Umum Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPBI) yang hadir sebagai salah satu peserta, Adrian Gunadi, menyampaikan misi pencarian fakta fintech ke Swiss ini merupakan suatu program yang sangat penting dan timely terutama pasca pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia di Bali bulan Oktober lalu.
Pendekatan Pemerintah Swiss terhadap fintech lebih menekankan pada principal based bukan regulation based. Hal ini sejalan dengan principal based hasil Bali Fintech Agenda pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia di Bali bulan Oktober lalu,¿ujar Adrian.

Agenda misi pencarian fakta akan dilanjutkan dengan menunjungi bank sentral Swiss, Crypto Valley Association, dan inkubator-inkubator fintech, juga pertemuan bisnis dengan Zurich Insurance, Credit Suisse, dan UBS Bank.***3***

(T.H-ZG/B/G. Dirgantara/C/G. Dirgantara) 09-11-2018 16:00:49


Tidak ada komentar: