WAKATOBI SEGERA JADI PUSAT UNGGULAN MARITIM
Oleh Zeynita Gibbons
Wakatobi, kabupaten kepulauan yang terletak di tenggara Sulawesi, baru-baru ini menyandera perhatian ilmuwan Inggris dan investor negeri Ratu Elizabeth itu.
Bupat Wakatobi, Ir Hugua bahkan diundang ke gedung Parlemen Inggris Wesminster yang bersebelahan dengan jam gadang "Big Ban" di pinggir sungai Thames, demi menjajagi kemungkinan kerjasama dengan pemerintah Wakatobi.
Bersama Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, Dr Laode Ida, belum lama ini, Bupati Hugua bertemu berbagai kalangan di Kerajaan Inggris yang ingin menjadikan pulau yang berbatasan dengan Laut Banda itu sebagai pusat unggulan maritim.
Di Kantor Parlemen Inggris, Hugua dan Laode Ida bersama Ken Clark, mantan menteri keuangan Inggris dua periode Dr. George W. Bacceloni dari Yayasan Walllacea, Tony Whiten dari Bank Dunia, Washington, Piotr Malinowski Managing Director Medicago, dan Tim Coles dari Operation Wallacea membicarakan nasib berbagai ragam hayati yang dimiliki Wakatobi.
"Siapa yang tidak tertarik dengan Wakatobi yang memiliki potensi ekonomi, keanekaragaman hayati serta menjadi tempat segitiga terumbuh karang terbesar di dunia. The future of the world," puji wisatawan Mike King yang berkunjung ke Wakatobi September lalu.
Dalam pembicaraan dengan dua lembaga penting di Inggris Bio Regional Development Group dan Royal Geographical Sociaty, Hugua mengatakan Ben Gill, anggota BioRegional Group tertarik membangun kerjasama dengan Kabupaten Wakatobi melalui program "One Living Planet".
Program itu berorientasi pada pengendalian konsumsi energi yang mengeluarkan emisi CO2, menjadi konsumsi energi tanpa emisi (zero emission).
Bilamana masyarakat global masih berprilaku mengkonsumsi energi seperti saat ini maka dalam waktu singkat planet bumi tidak sanggup menyediakan kebutuhan lagi bagi manusia, sehingga dibutuhkan planet lain untuk memenuhi kebutuhan energi manusia.
Konsep ini dikenal dengan istilah jejak kaki ekologi ("ecological footprint"). Jejak kaki ekologi sangat tepat bila diterapan di Kabupaten Wakatobi, karena seluruh wilayahnya masuk dalam kawasan konservasi, Taman Nasional Wakatobi.
Director Royal Geographical Sociaty, Shane Winser, menyatakan minatnya bekerjasama dengan Pemda Wakatobi untuk mendukung pembentukan "centre of excellence" dengan memberikan beasiswa untuk riset melalui program "Young Scientist", khususnya bagi mahasiswa yang ingin melakukan penelitian di Wakatobi.
Menurut kepala Bappeda Wakatobi Abdul Manan, Royal Geographical menyiapkan dana sebesar 2.000 poundsterling atau sekitar Rp80.000.000 (delapan puluh juta rupiah).
Dukungan program juga diharapkan dikordinasikan langsung dengan kelompok-kelompok masyarakat. Untuk itu Bupati mendukung inisiatif pembentukan Yayasan Wakatobi oleh Steven Oliver dari Inggris, Gie Shiauw dari Jerman dan Nuning dari Indonesia, ujar Abdul Manan.
Dikatakannya yayasan yang berkedukan di London, dengan kantor cabang di Wakatobi akan mengkonsersi aset penting dunia yang terletak di pusat segitiga karang dunia itu.
Bupati Terumbu karang
Wilayah Wakatobi terdiri dari 142 pulau dengan luas wilayah 1,4 juta hektar. Sebanyak 118 ribu hektar diantaranya terumbuh karang yang berarti 97 persen wilayah Wakatobi terdiri dari laut dan terumbu karang sedangkan daratan hanya 13 persen.
Wakatobi memiliki sekitar 750 jenis terumbu karang dari total 850 jenis yang ada di dunia, jauh lebih besar dibandingkan dengan Laut Merah atau Karibia yang hanya memiliki 50 jenis terumbu karang.
"Wakatobi Bisa dikatakan pusat dari terumbuh karang," ujar Bupati Hugua.
Hugua berkelakar bahwa dirinya dapat dikatakan sebagai bupati terumbu karang dan ikan-ikan karena lebih banyak terumbu karang dan ikan ketimbang populasi manusianya.
Wakatobi yang merupakan nama kawasan taman nasional yang ditetapkan pada tahun 1996, merupakan salah satu posisi prioritas tertinggi dari konservasi laut di Indonesia.
Kabupaten Wakatobi terletak dibagian selatan garis Katulistiwa bakal menjadi pusat keunggulan untuk industri kelautan yang terintergrasi dengan wisata bawah laut.
Dalam pertemuan Bupati Wakatobi dan investor Inggeris itu juga dibahas rencana dukungan pembangunan untuk pariwisata bawah laut, bisnis rumput laut, alih profesi nelayan ke arah yang lebih bermasa depan secara berkelanjutan (sustainable alternative income for fishermen).
Menurut Hugua, pembicaraan sudah sampai pada tingkat teknis yang ditindaklanjuti dalam bentuk proposal program terpadu dikaitkan dengan pengembangan "centre of excellent" untuk penelitian dan pendidikan keragaman biologi laut kerja sama dengan University of Essex, Inggris.
Bupati Wakatobi menyatakan sudah akan menyiapkan dukungan anggaran dalam tahun 2009 untuk memproduksi industri karaginan (tepung agar-agar).
Program yang produk akan dipasarkan di Eropa ini diharapkan memberikan keuntungan nyata kepada para nelayan, sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan hidup rakyat Wakatobi.
Laode Ida, sebagai wakil daerah dari Sulawesi Tenggara, menyatakan akan memberikan dukungan politik kuat di tingkat nasional maupun internasional, sehingga program-program di Wakatobi itu bisa secepatnya terealisasikan.
***4***
(T.H-ZG/B/T010/T010) 08-12-2008 13:03:21
Tidak ada komentar:
Posting Komentar