GURUH MERAJUT KEMBALI HUBUNGAN INDONESIA DAN SERBIA
Oleh Zeynita Gibbons
Mata Guruh Soekarno Putra berkaca-kaca saat melihat tulisan tangan sang ayahanda Presiden Pertama RI Soekarno yang ditujukan kepada Presiden Joseph Broz Tito saat dirinya berkunjung ke gedung Arsip Nasional Yugoslavia, di Beograd, Serbia, baru baru ini.
Kunjungan putra bungsu Soekarno ke Serbia dalam rangka ikut menyemarakkan peringatan 60 tahun hubungan bilateral Indonesia dan Serbia sekaligus menghadiri acara malam Indonesia yang diadakan dalam rangkaian pameran pariwisata Belgrave International Fair of Tourism yang berlangsung di gedung Sejam, Beograd dari tanggal 27 Februari hingga tanggal 2 Maret lalu.
Pada acara malam budaya Indonesia yang dihadiri Ibu Negara Serbia, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sapta Nirwandar memperkenalkan Guruh Soekarno Putra kepada seluruh undangan dan Guruh pun menyampaikan kesan-kesan nya saat Presiden Tito berkunjung ke Indonesia.
Guruh mengatakan setiap kali Paman Tito, demikian Guruh menyebut Presiden Yugoslavia itu Joseph Broz Tito, datang ke Indonesia untuk melakukan kunjungan kehormatan selalu membawanya cenderamata . Tito tercatat berkunjung ke Indonesia sampai tujuh kali.
Dikatakannya tiap kali datang, negara selalu mengadakan acara tukar-menukar cendera mata. "Yang paling berkesan Paman Tito selalu membawakan kami oleh-oleh, saat itu saya masih berusia lima tahun," ujar Guruh mengenang.
Guruh Soekarno yang menjadi saksi sejarah hubungan ayahandanya Soekarno dengan Presiden Tito, itu mengakui banyak kenangan yang berkesan, terutama saat paman Tito, demikian Guruh menyebut Presiden Tito yang selalu membawa oleh-oleh berupa buku cerita anak-anak maupun peralatan kemping serta koleksi lengkap perangko Yugoslavia.
"Persahabatan antara ayah saya dengan presiden Tito terjalin sangat akrab," ujar Guruh yang saat pertama Presiden Tito ke Indonesia , Guruh masih berusia lima tahun dan pada saat ia semakin dewasa Guruh pun memahami hubungan kedua pemimpin negara itu.
Tidak lah berlebihan apabila dalam memperingati 60 tahun hubungan Indonesia dengan Serbia yang saat itu masih bernama Yugoslavia, kehadiran Guruh Soekarnoputra memberikan makna tersendiri, ujar Wamen Paremkraf Dr Sapta Nirwandar.
Hal yang sama juga disampaikan Dutabesar RI di Beograd, Semuel Samson mengatakan tidak perlu dipungkiri hubungan Indonesia dan Serbia yang dulu bernama Yugoslavia itu dulu sangat akrab bagaikan saudara. Perang telah meghancurkan negara Yugoslavia yang kini berganti nama menjadi Serbia.
Kehadiran Guruh Soekarno Putra di Serbia akan dapat merajut kembali hubungan yang sangat akrab diantara pemimpin kedua negara , terutama di kalangan generasi muda yang mungkin sudah banyak yang lupa dan meninggalkan Tito.
Guruh yang juga anggota DPR dari Fraksi PDI-P selama di Serbia menjadi perhatian dari berbagai kalangan dan ingin mempersembahkan sesuatu untuk kembali membangkitkan semangat Gerakan Non Blok yang dicetuskan oleh ayahandanya dengan Presiden Tito.
Foto Soekarno
Selama di Serbia, Guruh bersama rekan-rekannya di GSP berkunjung ke gedung Arsip Nasional Yugoslavia di Serbia, dan disambut Direktur Arsip Yugoslavia di Serbia Miladin Milosevic.
Miladin Milosevic menyerahkan sebanyak 10 lembar photo Soekarno termasuk saat Guruh Soekarno Putra masih berusia lima tahun dan berfoto bersama keluarga dengan Presiden Tito. Selain itu Miladin Milosevic juga menyerahkan sebanyak 20 dokumen yang ditulis dengan tangan pada saat Soekarno menyurati Presiden Tito .
Direktur Arsip Yugoslavia di Serbia Miladin Milosevic saat berkunjung ke Paviliun Indonesia dalam pameran pariwisata ITF ke 36 kepada Antara London, mengatakan dokumen yang diserahkan kepada Guruh berisi surat-surat yang menyangkut hubungan bilateral kedua negara dan juga mengenai gerakan non blok.
Setidaknya terdapat sembilan ribu foto dan tiga ribu dokumen. Surat-surat dan cendera mata patung kayu God Shiva on The Garuda yang pernah diberikan Soekarno untuk Tito pada 1956 dipamerkan di gedung Arsip Nasional Yugoslavia di Serbia tahun lalu.
Miladin Milosevic mengatakan Guruh sangat terkesan dan terharu saat menerima dokumen beserta photo ayahanda Soekarno bersama Presiden Tito.
Salah satu photo yang Guruh terima adalah foto Presiden Tito mengusap kepala Guruh kecil, yang membuat mata Guruh berkaca kaca, apalagi Guruh pun sempat berjumpa dengan cucu Tito, Zlaticka Broz.
Dalam kunjungan ke Serbia, Guruh juga penyempatkan nyekar ke makam Tito di komplek House of Flower, yang juga menjadi tempat Jovanka Broz., Istri Presiden Tito yang meninggal dunia tahun lalu dimakamkan disebelah makam Tito.
Kunjungan Guruh ke Sebia adalah kali kedua, sebelumnya Guruh pernah ke Beograd sekitar tahun 90 an sebelum pecahnya perang antar etnis di Yugoslavia .
Saat mengikuti tur menyusuri Sungai Danube, bersama rombongan dari Musi Banyuasin yang dipimpin sang Bupati yang ingin mengembangkan wisata sungai dan ingin belajar dari Serbia mengenai keberhasilannya dalam pengembangan wisata sungai kepada Antara London, Guruh Soekarno Putra banyak bercerita.
Tidak saja hubungan sang ayahanda dengan Paman Tito, tetapi juga keprihatinannya kepada nasib Jovanka Broz., Istri Presiden Tito yang hidup dalam keprihatinan seperti sang ayah nya Bung Karno.
"Ibu Jovanka Broz., sampai nggak bisa membayar penghangat kala musim dingin," ujar Guruh dan juga menyebutkan saat terakhir hidup sang ayah yang diasingkan dari keluarga dan hidup dalam keprihatinan .
Guruh dengan semangat bercerita bagaimana sejarah bangsa diputar balik kan dan juga kurangnya penghargaan negara kepada sang Proklamator bangsa, yang merupakan ayahandanya .
Ia juga menyebutkan harapannya untuk mewujudkan amanat Soekarno agar menempatkan koleksi miliknya dalam sebuah museum dan juga keinginan keluarga untuk bisa mendirikan museum khusus untuk menampung peninggalan dan karya karya Bung Karno serta seluruh atribut nya yang kini telah tercerai berai entah kemana.
Guruh mengatakan Presiden Tito pun mempunyai museum , tempat menyimpan sekaligus memajang berbagai koleksi Tito, baik perupa pemberian atau hadiah dari sahabat-sahabatnya, termasuk angklung pemberian Presiden Soekarno serta Patung kayu God Shiva on The Garuda.
Pemerintah pernah ingin menyerahkan gedung Pemuda untuk diadakan museum Bung Karno, dan sangat ideal karena dekat dengan hasil Karya nya berupa Gelora Senayan yang kini sudah diubah menjadi Gelora Bung Karno.
Menurut Guruh banyak memorabilia Soekarno hilang, entah ke mana rimbanya dan yang disayangkannya bintang serta berbagai penghargaan dari seluruh dunia sudah tercerai-berai. Hanya ada beberapa di keluarga.
Guruh juga bercerita mengenai film Soekarno yang disutradarai Hanung Bramantyo yang jauh dari kebenaran dan bagaimana Soekarno digambarkan secara salah dan juga Ibu Fatmawati yang berkesan merebut suami orang."Ibu ku bukan seperti itu, " ujar putra bungsu Soekarno dengan Fatmawati
Diakui nya film Soekarno , hampir seluruh yang digambarkan dalam film tersebut tidak benar, bagaikan satu pepatah, Soekarno kill Soekarno , justru yang membunuh Soekarno adalah justu para pengikut Soekarno.
"Kalau saya banyak uang saya akan membuat film Soekarno yang sesungguhnya," dan itu dibutuhkan dana satu triliun, bukan dengan anggaran terbatas, karena film nya akan abadi. Seperti layaknya film G30S PKI yang dulu selalu diputar di setiap bulan September.
Dalam suasana santai dan hembusan angin dimusim semi , Guruh juga bercerita mengenai Soekarno dan juga faham yang dibawanya serta pemimpin yang layak memimpin bangsa seperti Jakowi yang digadang gadang akan menjadi Capres untuk 2014 mendatang.
Dan juga harapannya untuk bangsa dan negara Indonesia karena dalam pidato terakhir Bung Karno yang disebut dengan Jas Merah, menyebutkan agar bangsa Indonesia tidak sekali kali meninggalkan secara. Soekarno sudah tahu cara-cara imperialis yang ingin menjatuhkan nya.
Secara implisit Guruh, mengakui keberhasilan Jokowi dalam menata Jakarta, namun untuk menjadi Presiden RI mendatang, Guruh masih menyangsikan apa kader dari PDI P itu mampu menjadi pemimpin bangsa, layaknya sang ayahanda.
Namun usaha nya untuk merajut kembali hubungan Indonesia dan Serbia masih banyak yang perlu dilakukan, Guruh berencana ingin mengadakan pagelaran besar-besaran di Beograd yang tercetus dalam suasana santai.
Guruh pun bertanya kepada Dubes Semuel Samson , apakah ada gedung pertunjukan yang dapat menampung undangan cukup banyak. Mereka pun berkunjung ke gedung pertunjukan di tengah malam. Herannya ketika tahu yang datang Dubes dan putra bungsu Soekarno, sang petugas pum membuka kan pintu.
Hal ini mengambarkan nama Indonesia dan juga Soekarno yang direpresentasikan oleh Guruh Soekarno Putra menjadi modal bagi bangsa untuk bisa memanfaatkan keberadaan Serbia di wilayah Eropa Timur bagi kepemtingan kedua negara, demikian Dubes Semuel Samson.
***3***
(ZG)
(T.H-ZG/B/Z. Meirina/Z. Meirina) 04-03-2014 20:02:28
Tidak ada komentar:
Posting Komentar