INDONESIA: KERJASAMA SELATAN-SELATAN MASIH RELEVAN
London, 14/4 (ANTARA) - Indonesia memandang kerja sama antarnegara berkembang tetap relevan dan menjadi pelengkap kerja sama antara negara maju dan negara berkembang, kata seorang pejabat Kemenlu RI.
"Indonesia berada di garda terdepan dalam kerja sama pembangunan di negara berkembang selama ini, dan pengalaman kita layak dijadikan contoh," kata Sekretaris Ditjen Informasi dan Diplomasi Publik (IDP) Kemlu, Elias Ginting.
Pandangan Indonesia itu disampaikan Ginting di sidang tahunan Forum "Crans Montana" Brussels, kata Minister Counsellor Pensosbud KBRI Brussels, PLE Priatna, kepada koresponden Antara London, Rabu.
Ia mengatakan, Kerja Sama Selatan-Selatan merupakan komponen pelengkap yang penting bagi Kerja Sama Utara-Selatan untuk mendorong kerja sama pembangunan internasional.
Dalam sidang tahunan ke-21 Forum "Crans Montana" bertema "Africa after the London & Pittsburgh G 20s: The New Economic Parameters" itu, Ginting memaparkan mengenai potensi dan tantangan kerja sama, serta solusi yang ditawarkan Indonesia.
"Bagi Indonesia, forum ini cukup relevan untuk mengembangkan dialog dan berbagi pengalaman untuk merealisasikan kerjasama pembangunan," katanya.
Menurut Ginting, Indonesia telah ikut memajukan kerja sama antarnegara berkembang di berbagai bidang, terutama pertanian, perkebunan, keuangan mikro, perikanan dan kehutanan.
Melalui Pusat Kerja Sama Teknis Selatan-Selatan Gerakan Non-Blok, Indonesia sedang mengembangkan Pusat Pelatihan Pertanian di Tanzania, Afrika.
Ia mengakui, masalah pembiayaan merupakan salah satu tantangan bagi pengembangan kerjasama antarnegara berkembang selama ini.
Untuk itu, Indonesia mengajak negara-negara maju agar ikut berperan sebagai "katalisator" bagi penguatan kerja sama tersebut.
Dipandang dari segi sumber daya manusia dan teknologi, Ginting mengatakan, Indonesia dan banyak negara berkembang lainnya memiliki potensi yang harus dikembangkan.
"Kompatibilitas ini merupakan hal yang penting, utamanya untuk melengkapi ketidaksesuaian teknologi antara negara maju dan negara berkembang," katanya.
Sementara itu, Dubes RI untuk Belgia, Luksemburg dan Uni Eropa, Nadjib Riphat Kesoema, mengatakan selama ini Uni Eropa memberi perhatian besar pada pembangunan dan peningkatan taraf hidup di berbagai negara berkembang.
Namun dengan diberlakukannya berbagai persyaratan yang ketat dan standar yang tinggi, berbagai potensi bantuan Uni Eropa tersebut belum dapat terserap dengan baik, katanya.
Dalam kaitan itu, di samping memberi bantuan langsung, Uni Eropa diharapkan menjadi aktor penting dalam meningkatkan kerja sama antarnegara berkembang.
Dengan demikian, terwujud kerja sama aplikasi teknologi yang kompatibel dan berdaya saing tinggi, kata Dubes Nadjib.
Forum Crans Montana merupakan suatu organisasi yang berpusat di Monaco, dan secara rutin menyelenggarakan konferensi internasional untuk membahas berbagai isu penting dunia.
Konferensi ini dihadiri sejumlah pimpinan negara dan tokoh penting lainnya.
Selain menghadiri pertemuan Crans Montana Forum yang dihadiri sejumlah pemimpin negara dan tokoh penting dunia ini, Ginting juga bertemu Dubes dan staf KBRI Brussels, kata PLE Priatna.
(U-ZG/B)
(T.H-ZG/B/R013/B/R013) 14-04-2010 05:44:12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar