DUBES: PERUSAHAAN
INDONESIA AKAN INVESTASI DI BASRA, IRAK
London, 4/9
(Antara) - satu perusahaan Indonesia pembuat "well-head",
alat pengebor sumur minyak, akan berinvestasi di Basra, Irak.
Rencana
investasi ini dibahas Dubes RI untuk Irak Safzen Noerdin dengan
Gubernur Basra Majid al-Nasrawi dan Dirut South Oil Company (SOC)
dalam pertemuan di Basra, kota kedua terbesar Irak, kata Minister
Counsellor KBRI Baghdad Des Alwi dalam keterangannya kepada Antara
London, Selasa.
Dubes Safzen
mengatakan saat ini sedang disiapkan rencana kunjungan antara dua
atau tiga anggota tim teknis Irak ke Indonesia untuk menyesuaikan
spesifikasi teknis alat pengebor (well-head) buatan Indonesia dengan
kebutuhan sumur minyak di Basra.
Menurut dia,
tim teknis Indonesia sebelumnya telah melakukan paparan di hadapan 15
anggota tim teknis Irak yang membahas spesifikasi serta kelayakan
"well-head" buatan Indonesia.
Dikatakannya,
saat ini "well-head" yang banyak dipakai adalah buatan FMC,
Kamerun, Amerika Serikat. Namun harganya dan biaya perbaikannnya
sangat mahal.
Karena itu alat
pengebor produk Indonesia sangat laris. "Ini peluang yang sangat
bagus untuk mempromosikan produk Indonesia ke pasar yang sangat besar
di negara Teluk," jelas Safzen.
Dalam pertemuan
dengan berbagai pihak, termasuk Gubernur Basra Majid al-Nasrawi,
Kepala BKPMD Basra serta Dirut SOC, perusahaan minyak terkemuka Irak,
Safzen memaparkan kapasitas Indonesia di sektor energi dan
konstruksi.
Dubes juga
mencatat peluang di bidang konstruksi yang dapat dimanfaatkan
perusahaan Indonesia. Menurut dia, APBD Basra tahun 2014 mencapai
delapan miliar dolar AS, yang setara dengan APBN banyak negara.
Dengan APBN
sebesar itu, perusahaan Indonesia bisa bersaing dengan perusahaan
dari China, Jepang, Korsel dan bahkan Malaysia yang telah banyak
berkiprah di Irak.
Safzen
mengatakan sangat ironis, Malaysia yang belum memiliki kedutaan besar
di Irak telah malang-melintang memanfaatkan berbagai kesempatan
bisnis di negara kaya minyak itu.
Dengan GDP yang
mencapai 115 miliar dolar AS dan produksi minyak sekitar tiga juta
barrel per hari, Irak tentu saja menjadi rebutan berbagai negara,
terutama untuk proyek pembangunan infrastruktur dan migas.
Menurut dia, dalam
kondisi perekonomian saat ini, sektor swasta Indonesia harus berani
mengambil risiko dan keluar kandang. "Selama ini sektor swasta
kita terlalu dimanjakan oleh berbagai fasilitas dan besarnya pasar
domestik," kata dia.
Dalam jangka
panjang dan seiring dengan besarnya perusahaan, katanaya, sektor
swasta seharusnya berani keluar mencari berbagai peluang.
"Indonesia
sudah saatnya melebarkan sayap berinvestasi di luar negeri. Prinsip
duta besar hanya mencari dan mendatangkan investor ke Indonesia harus
mulai direvisi," ujarnya.
Meskipun
demikian, ia mengakui perlunya perlindungan dan fasilitasi diberikan
kepada perusahaan yang berani keluar kandang.
Pemerintah dan
kementerian terkait perlu menyiapkan infrastruktur dan peraturan yang
bisa melindungi jika terjadi sengketa dan masalah dengan investasi di
luar negeri.
Saat ini,
Indonesia tengah menyiapkan berbagai fasilitas dan membahas berbagai
peluang kerjasama dengan Irak yang akan dibahas rinciannya dalam
Sidang Komisi Bersama yang direncanakan akan dilaksanakan bulan
Oktober 2013.
"Dengan
SKB tersebut diharapkan pemerintah akan dapat lebih melindungi dan
mendukung upaya perusahaan swasta merambah pasar luar negeri,"
tambahnya.
(Tz.ZG/C/M016)
(T.H-ZG/C/M. Anthoni/M.
Anthoni) 04-09-2013 01:46:47
Tidak ada komentar:
Posting Komentar