Minggu, 03 Mei 2009

FESTIVAL COKLAT DI BELGIA

INDONESIA IKUT FESTIVAL COKLAT DI BELGIA

London, 3/5 (ANTARA) - Indonesia sebagai pengekspor kakoa dan biji cokelat ketiga terbesar dunia, kembali berpartisipasi dalam "Chocolate Festival" yang berlangsung di Belfort Brugge-Belgia dari 1 hingga 4 Mei mendatang.

Diplomasi makanan berupa kakao dan biji cokelat melengkapi diplomasi produk laut Indonesia yang berhasil menembus keseharian konsumsi warga Belgia, demikian tegas PLE Priatna, Koorfungsi Pensosbud/Diplomasi Publik KBRI Brussel kepada koresponden Antara London, Minggu.

Ia mengatakan, KBRI Brussel berpartisipasi dalam pekan pameran kakao dan produk cokelat mengingat Indonesia adalah negara ketiga terbesar pengekspor kakao dan biji cokelat ke manca negara, termasuk ke jantung Uni Eropa ini.

Menurut PLE Priatna, kokoa telah menjadi kebutuhan yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat di Eropa, selain itu kokoa juga membuka lapangan kerja sekaligus devisa bagi Indonesia.

Kakao dan biji cokelat yang diimpor dari Indonesia dan diolah secara 'hand made' tidak saja menjadi produk industri Belgia tapi lebih dari itu yakni menjadi produk seni dan ekonomi kreatif.

Hal itu dibenarkan oleh Koorfungsi Ekonomi KBRI Brussels, Dewi Kusumastuti, yang hadir didampingi Atase Perdagangan Oke Nurwan, dan Atase Pertanian KBRI Dr Edi Hartulistioso, di saat pembukaan pameran.

Miss Belgia 2009, Zeynep Sever, wanita cantik berdarah Turki juga mengunjungi stand Indonesia dengan berdandan ala Bali saat mengunjungi stand, menarik perhatian dari para pengunjung.

Eropa, konsumen kakao dan produk cokelat terbesar mencapai 40 persen konsumsi global pada 2010. Proyeksi pertumbuhan konsumsi mencapai 1,7 persen pertahun dan mencapai 1,4 juta ton kebutuhan, dari total 3,2 juta ton permintaan dunia.

Indonesia tercatat negara pengekspor kakao atau biji cokelat ketiga setelah Pantai Gading dan Ghana.

Produksi kakao Indonesia diproyeksikan akan tumbuh 3,5 persen per tahun dan mencapai angka produksi rata-rata 650-750 ribu ton, atau sekitar 16 persen dari produksi global 2010.

Sekitar satu juta lahan produksi kakao menjadi penyumbang devisa terbesar ke tiga di sektor pertanian, setelah karet dan kelapa sawit, dengan nilai 668 juta dolar AS dan membuka lapangan kerja bagi 800 ribu keluarga petani kakao.

Melalui kakao dan produk cokelat, Indonesia tidak hanya dikenal, oleh karena itu produk cokelat ini hendaknya mampu menjadi produk seni yang bernilai tambah bagi lapangan pekerjaan dan devisa negara.

Ia juga mengatakan, bila saja coklat Indonesia diukir dan dibuat di Bali dengan sentuhan artistik, maka tidak hanya menjadi barang konsumsi, tetapi juga menjadi produk budaya ekonomi kreatif. ***2***
(U-ZG)
(T.H-ZG/B/S004/S004) 03-05-2009 11:26:26

Tidak ada komentar: