PERTUNJUKAN WAYANG AJEN PARWA MEMUKAU DI SPANYOL
London, 8/5 (ANTARA) - Pertunjukan Group wayang Ajen Parwa Pujangga dengan dalang Wawan Gunawan tampil memukau warga Madrid yang digelar di Auditorio Conde duque de Madrid, gedung theater bergengsi di Madrid, Spanyol.
Sekitar 300 penenton diantaranya pejabat, korps diplomatik, pecinta wayang, media masa dan masyarakat Indonesia termasuk Direktur Casa Asia de Madrid, Fernando Delague dan Dubes RI untuk Spanyol, Slamet Mustafa menyaksikan pertunjukan wayang.
Sekretaris Satu Pensosbud KBRI Spanyol Allen Simarmata kepada Antara London, Jumat mengatakan penampilan wayang Ajen dengan lakon kisah percintaan Rama&Shinta mendapat sambutan meriah dari penonton.
Dikatakannya idiom gerak wayang yang dimainkan dalang, gambar bayangan wayang yang ditampilkan dilayar dan musik pengiring gerak menjadi bahasa universal yang mampu diapresiasi penonton.
Menurut Allen Simarmata, acara pagelaran wayang tersebut digelar KBRI Madrid bekerjasama dengan lnstitusi sosial dan budaya di bawah Kementeria luar negeri Spanyol, Casa Asia.
Sebelum pertunjukan, dipandu pembawa acara dalam bahasa Spanyol, dalang Wawan Gunawan memperkenalkan wayang golek maupun wayang kulit serta karakter yang dimiliki Shinta, Rama, Laksamana, Anoman, Rahwana dan Punakawan yang terdiri dari Semar, Cepot, Dawala dan Gareng.
Dalang Wawan Gunawan juga menjalin komunikasi interaktif dengan penonton dengan menyelipkan dialog-dialog berbahasa Spanyol, terutama saat adegan goro-goro yang menampilkan kolaborasi Cepot dan Matador.
Tak ayal, si Cepot yang mengaku sebagai Raul Gonzales striker FC Real Madrid dan Iker Casillas penjaga gawang klub Real Madrid disambut gelak tawa penonton., ujarnya.
Apalagi saat Cepot menjadi Matador, diperlihatkan toro (banteng) tidak berhenti mengejar Cepot. Melihat wajah Cepot yang berwarna merah, membuat penonton selalu terbahak.
Kisah cinta sejati Rama dan Shinta dari kisah Ramayana serta selingan guyonan dalang yang keseluruhan berdurasi sejam, direspon meriah dengan tepuktangan berkepanjangan dari penonton.
Penonton seakan tidak mau beranjak dari tempat duduk, untuk menyaksikan sepenuhnya pagelaran wayang ajen.
Lebih menarik lagi dalam adegan lain yaitu saat Cepot menari, dengan iringan alat musik petik berupa keroncong membawakan lagu Sumatera utara "Ahu Sitakkal Tabu" penonton spontan bertepuk tangan mengikuti irama lagu Batak tersebut.
Kemampuan Wawan Gunawan menjalin komunikasi patut diacungi jempol, nyaris semua dialog menggunakan bahasa Inggris dan Spanyol serta pula dalam bahasa Indonesia, Sunda dan jawa silih berganti.
Upaya dalang melafalkan adegan cerita dalam bahasa Spanyol membantu penonton untuk lebih cepat memahami cerita dan alur lakon.
Usai pertunjukan, penonton diajak naik ke atas panggung untuk melihat koleksi wayang ajen yang dimainkan.
Selain itu, di sudut auditorio Conde Duque, crews wayang ajen beserta staff KBRI memamerkan 15 koleksi wayang golek.
Adanya kegiatan pameran tersebut selain memperkenalkan seni wayang golek, juga menjadi media promosi dan publikasi keragaman kekayaan seni budaya Indonesia.
Pengunjung banyak yang bertanya tentang seni batik, seni lukis, seni ukir, seni musik yang menjadi latar belakang pertunjukan wayang ajen dan objek wisata di Indonesia.
Penonton diajak ke panggung melihat suara halilintar, angin dan ombak yang didengarkan dalam adegan cerita Rama dan Shinta berasal dari alat musik sederhana yang dirakit Kodir yang lebih dikenal dengan sebutan Dodong, crews wayang ajen.
Alat musik sederhana dari barang bekas memiliki nilai dan cita rasa tinggi membawa misi sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan dan alam sekitarnya.
Pagelaran wayang ajen merupakan pagelaran terakhir dalam lawatannya ke Spanyol sejak 24 April lalu, sebelumnya, wayang ajen mengikuti festival internacional De Titeres di Canarias.
Dalam pagelaran di enam kota di Canarias serta tampil untuk acara live di station tv television Canal 6 Tenerife, penampilan wayang mendapat sambutan meriah dari pengunjung.
Crews wayang ajen terdiri dari Wawan Gunawan yang jadi ketua rombongan, merangkap dalang wayang golek, M.Tavip, Kodir dan Pandu Nur Madea penata artistik.
Bagi sebuah pertunjukan wayang, kemampuan empat seniman yang mampu meramu pertunjukan tanpa kehilangan karakter dasar seni wayang menjadi terobosan baru yang patut diacungi jempol, ujarnya.
Menurut Allen, penonton tidak dapat membayangkan pertunjukan wayang ajen hanya didukung empat orang yang menyerbu panggung menyaksikan properti dan sistem kerja yang dikemas oleh tim wayang ajen. (U-ZG)***5***
(T.H-ZG/B/I006/I006) 08-05-2009 08:33:37
Tidak ada komentar:
Posting Komentar