DESIMINASI RUMAH BUDAYA DI BELANDA
London, 8/12 (ANTARA) - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia dan KBRI Den Haag mengelar seminar dengan kalangan akademis, kelompok kesenian, persatuan pelajar Indonesia, guru Sekolah Indonesia Nederland dan masyarakat umum dalam rangka mendesiminasi Rumah Budaya Indonesia (RBI) di Belanda.
Seminar yang digelar di Ruang Nusantara KBRI Den Haag dimaksudkan sebagai langkah rintisan dalam menyebarluasan informasi konsep yang terkait dengan rencana pengembangan Rumah Budaya Indonesia di mancanegara, demikian Minister Counsellor Penerangan dan Sosial Budaya, Bonifatius Agung Herindra kepada ANTARA London, Sabtu.
Kegiatan Desiminasi Rumah Budaya tersebut dihadiri sekitar 113 peserta dengan mengetengahkan dua pembicara dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Kepala Seksi Diplomasi Luar Negeri Darwin Tampubolon dan staf ahli Wamen Agatya Wenantyawati . RBI dimaksudkan untuk membangun lini diplomasi budaya di dunia internasional melalui pengembangan Rumah Budaya Indonesia di negara-negara strategis.
Hal ini meningkatkan positioning Indonesia sebagai negara adidaya budaya dalam turut membangun peradaban dunia melalui program dan langkah strategis di bidang kebudayaan. Meningkatkan citra budaya Indonesia agar dapat lebih dikenal luas oleh masyarakat internasional, termasuk memperkuat pengakuan masyarakat internasional akan icon-icon budaya Indonesia (tangible dan intangible cultural heritages).
Konsep RBI adalah sebagai rumah ekspresi dan presentasi, rumah belajar, rumah diskusi seni budaya serta pengembangan citra budaya Indonesia agar dapat lebih dikenal luas oleh masyarakat internasional maupun warga Indonesia yang menetap di luar negeri, khususnya penguatan pengakuan internasional akan icon-icon budaya Indonesia.
RBI direncanakan berada di Ibukota negara yang bersangkutan, terintegrasi dengan lokasi KBRI di masing-masing Negara atau di kota-kota strategis yang menjadi pusat konsentrasi aktifitas kebudayaan dan pariwisata.
Khususnya di Belanda diusulkan berada di Leiden dengan pertimbangan antara lain Leiden University memiliki Fakultas Kajian Indonesia (Indonesian Studies), KITLV (Koninklijk Instituut voor Taal-/Land-, en Volkenkunde/Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Carribean Studies) yang memiliki fokus penelitian pada sastra, seni dan budaya Indonesia juga berada di Leiden. Selain itu Leiden adalah kota yang sangat strategis dan sangat dekat dengan Amsterdam, Den Haag, Rotterdam dan Utrecht sebagai kota-kota utama di Belanda.
Secara umum para akademisi, penggiat kesenian dan masyarakat menyambut baik gagasan pengembangan RBI, namun demikian mereka menggaris bawahi pendirian RBI perlu memperhatikan karakteristik kegiatan kebudayaan Indonesia yang berlangsung di Belanda. Saat ini banyak kelompok kebudayaan Indonesia di Belanda telah memiliki peralatan kesenian, tetapi tidak ada tempat untuk menyimpan dan merawat.
Masih menurut mereka bahwa yang sangat dibutuhkan akademisi dan penggiat kebudayaan Indonesia di Belanda, adalah bukan struktur bangunan RBI, melainkan kerjasama dalam mendukung kegiatan kesenian dan kebudayaan Indonesia. Diantaranya mendatangkan tenaga ahli dan pengajar kesenian dalam periode waktu tiga sampai enam bulan. Mengingat dewasa ini di Belanda banyak pusat-pusat kegiatan kebudayaan, konservatori, dan museum yang menyuguhkan maupun melakukan pengkajian tentang kebudayaan Indonesia.
RBI diharapkan berperan sebagai pusat jaringan koordinasi untuk seluruh pusat-pusat kegiatan kebudayaan Indonesia dan universitas-universitas dan konservatori yang memiliki bidang studi Indonesia yang ada di Belanda dengan mengutamakan program kegiatan regular, terfokus dengan standar kualitas profesional. RBI diharapkan bukan merupakan rancangan institusi baru melainkan dapat memperkokoh institusi di Belanda yang ada melalui peningkatan program kegiatan serta melengkapi peralatan yang telah ada. ***3***
(ZG)
(T.H-ZG/B/O001/O001) 08-12-2012 10:40:56
Tidak ada komentar:
Posting Komentar