KERAJINAN
KHAS PERAK JOGYAKARTA MERAMBAH JEPANG
Tokyo, 24/1 (ANTARA)- - Kerajinan khas perak dari Yogyakarta yang
dikenal dengan filigri Indonesia merambah Jepang dengan keikutsertaan
Borobudur Silver dalam pameran International Jewelry Tokyo (IJT)
2013 yang berlangsung di Tokyo Big Sight, Jepang pada 23 hingga 26
Januari mendatang.
Kerajinan perak berupa perhiasan lengkap anting, cincin , bros ,
gelang, dan kalung , liotin yang merupakan perhiasan kontemporer
dengan teknik tradisional yang dikenal dengan filigri Indonesia
banyak diminati oleh kalangan wanita Jepang.
Apalagi dengan diperkenalkan Bros Michiko yang digunakan setelah
kunjungan kehormatan Permaisuri Jepang Michiko bersama sang Kaisar
Akihito ke Yogyakarta pada 1991.
"Saya senang akhirnya bisa membawa perhiasan dari para perajin
di Kota Gede Yogyakarta ke Jepang," ujar Ny Selly Sagita
berserta sang suami Bintaro mengisi booth Indonesia di pameran
perhiasan terbesar di dunia IJT pada ANTARA, di Tokyo, Kamis.
IJT merupakan pameran seputar produk perhiasan yang terbesar di dunia
yang diikuti sekitar 1.050 peserta dari 30 negara dan telah
berlangsung selama 24 tahun.
Menurut Ny Selly Sagita, yang mengawali bisnis kerajinan perak di
Yogyakarta , arah menuju Kota Gede, pada 1989 ketika ia baru pertama
kali mengikuti pameran di Jepang .
"Saya baru pertama kali ikut IJT untuk melakukan penjajakan
pasar cukup bagus dan banyak pengunjung yang datang memang bermain di
segmen perhiasan," ujarnya.
Dikatakannya perhiasan perak yang pamerkan 100 persen dikerjakan oleh
para perajin di Kotagede berhasil menarik perhatian pengunjung
pameran dengan warnanya yang khas perak bakar.
"Sayangnya saya belum ketemu buyer meskipun ada beberapa prospek
dan berharap dengan mengikuti pameran akan mendapat pesanan,"
ujarnya seraya menambahkan bahwa perhiasan dengan teknik filgiri
Indonesia ini sangat khas di dunia dengan tekniknya pun semakin
langka.
Selain itu Ny Selly mengakui bahwa kerajinan perak ini memang
membutuhkan perawatan khusus dan juga dibutuhkan anti tranis karena
perak mudah teroksidasi.Untuk itu perlu dipikirkan cara untuk
mengatasi antioksidasi agar prospek jewellery bisa berlanjut,
ujarnya.
Menurut Selly, selama empat tahun kerajinan perak Yogyakarta absen
dalam berbagai pameran. Kemudian dengan bantuan dari Atase
Perdagangan KBRI Tokyo dapat kembali memperkenalkan kerajinan perak
Yogyakarta, yang dikenal sebagai pusat pengrajin perak di Indonesia.
Diharapkan dengan adanya pasar baru di pasar Asia seperti Jepang dan
China produk perhiasan Indonesia kembali meningkat.
Kerajinan perak lengkap satu set dijual berkisar 600 yen sampai
32.000 yen.
"Saya membawa sekitar 400 set dengan harapan bisa mendapat order
dan tentunya para tukang yang ada di rumah sebanyak 30 orang dan
sebanyak 60 orang artisan bisa kembali bekerja."
Mengenai bahan baku perak selama ini tidak ada masalah di Indonesia
karena tambang emas dan perak cukup banyak di tanah air.
"Saya
harapkan kerajinan perak bisa lebih dihargai dan juga dengan bantuan
pemerintah bisa memenuhi standar internasional," ujar Selly.
Selly juga pernah ikut pameran di Hong Kong yang prospeknya cukup
bagus serta di Munich, Jerman. Diharapkan dengan adanya uluran tangan
dari Pemerintah dengan menfasilitasi ke berbagai pameran, prospek
2013 akan membaik dan perhiasan kerajinan perak kembali merambah
dunia internasional.
***3***
(ZG)
(T.H-ZG/B/S004/S004)
24-01-2013 08:19:05
Tidak ada komentar:
Posting Komentar