Selasa, 29 Januari 2013

PERAK YOGYA

KERAJINAN KHAS PERAK JOGYAKARTA MERAMBAH JEPANG

Tokyo, 24/1 (ANTARA)- - Kerajinan khas perak dari Yogyakarta yang dikenal dengan filigri Indonesia merambah Jepang dengan keikutsertaan Borobudur Silver dalam pameran International Jewelry Tokyo (IJT) 2013 yang berlangsung di Tokyo Big Sight, Jepang pada 23 hingga 26 Januari mendatang.

Kerajinan perak berupa perhiasan lengkap anting, cincin , bros , gelang, dan kalung , liotin yang merupakan perhiasan kontemporer dengan teknik tradisional yang dikenal dengan filigri Indonesia banyak diminati oleh kalangan wanita Jepang.

Apalagi dengan diperkenalkan Bros Michiko yang digunakan setelah kunjungan kehormatan Permaisuri Jepang Michiko bersama sang Kaisar Akihito ke Yogyakarta pada 1991.

"Saya senang akhirnya bisa membawa perhiasan dari para perajin di Kota Gede Yogyakarta ke Jepang," ujar Ny Selly Sagita berserta sang suami Bintaro mengisi booth Indonesia di pameran perhiasan terbesar di dunia IJT pada ANTARA, di Tokyo, Kamis.

IJT merupakan pameran seputar produk perhiasan yang terbesar di dunia yang diikuti sekitar 1.050 peserta dari 30 negara dan telah berlangsung selama 24 tahun.

Menurut Ny Selly Sagita, yang mengawali bisnis kerajinan perak di Yogyakarta , arah menuju Kota Gede, pada 1989 ketika ia baru pertama kali mengikuti pameran di Jepang .

"Saya baru pertama kali ikut IJT untuk melakukan penjajakan pasar cukup bagus dan banyak pengunjung yang datang memang bermain di segmen perhiasan," ujarnya.

Dikatakannya perhiasan perak yang pamerkan 100 persen dikerjakan oleh para perajin di Kotagede berhasil menarik perhatian pengunjung pameran dengan warnanya yang khas perak bakar.

"Sayangnya saya belum ketemu buyer meskipun ada beberapa prospek dan berharap dengan mengikuti pameran akan mendapat pesanan," ujarnya seraya menambahkan bahwa perhiasan dengan teknik filgiri Indonesia ini sangat khas di dunia dengan tekniknya pun semakin langka.

Selain itu Ny Selly mengakui bahwa kerajinan perak ini memang membutuhkan perawatan khusus dan juga dibutuhkan anti tranis karena perak mudah teroksidasi.Untuk itu perlu dipikirkan cara untuk mengatasi antioksidasi agar prospek jewellery bisa berlanjut, ujarnya.

Menurut Selly, selama empat tahun kerajinan perak Yogyakarta absen dalam berbagai pameran. Kemudian dengan bantuan dari Atase Perdagangan KBRI Tokyo dapat kembali memperkenalkan kerajinan perak Yogyakarta, yang dikenal sebagai pusat pengrajin perak di Indonesia.

Diharapkan dengan adanya pasar baru di pasar Asia seperti Jepang dan China produk perhiasan Indonesia kembali meningkat.

Kerajinan perak lengkap satu set dijual berkisar 600 yen sampai 32.000 yen.

"Saya membawa sekitar 400 set dengan harapan bisa mendapat order dan tentunya para tukang yang ada di rumah sebanyak 30 orang dan sebanyak 60 orang artisan bisa kembali bekerja."
Mengenai bahan baku perak selama ini tidak ada masalah di Indonesia karena tambang emas dan perak cukup banyak di tanah air.

"Saya harapkan kerajinan perak bisa lebih dihargai dan juga dengan bantuan pemerintah bisa memenuhi standar internasional," ujar Selly.

Selly juga pernah ikut pameran di Hong Kong yang prospeknya cukup bagus serta di Munich, Jerman. Diharapkan dengan adanya uluran tangan dari Pemerintah dengan menfasilitasi ke berbagai pameran, prospek 2013 akan membaik dan perhiasan kerajinan perak kembali merambah dunia internasional.

***3***
(ZG)
(T.H-ZG/B/S004/S004) 24-01-2013 08:19:05

Tidak ada komentar: