PPI BELANDA BERI MASUKAN
KURIKULUM SD
London, 6/1 (ANTARA) ¿
Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di Belanda minta Pemerintah memberi masukan
dengan meminta mencermati ¿good practices¿ yang dikembangkan dalam sistem
pendidikan Belanda dan mengharapkan mata pelajaran bahasa Inggris tetap
dipertahankan dalam kurikulum SD.
Pemerintah Indonesia hendaknya
juga mencermati good practices dari
negara India dan Pakistan mendesain bahasa Inggris sebagai pelajaran yang
diberikan sejak awal, demikian hasil dari forum diskusi diadakan Perhimpunan
Pelajar Indonesia (PPI) Belanda di Utrecht ¿ Belanda menyambut tahun batu 2013.
Ketua Bidang Media Informasi dan Komunikasi
PPI Belanda, Ryvo Octaviano kepada ANTARA London, Minggu mengatakan forum
diskusi yang digelar di Aula Stichting
Generasi Baru, Utrecht, dihadiri tidak saja oleh pelajar Indonesia yang tengah
menuntut ilmu tetapi juga masyarakat Indonesia di Belanda yang memberikan pandangan dan masukan terkait
dengan rencana pemerintah memperbaiki kurikulum SD tahun 2013.
Dikatakannya forum mengapresiasi
langkah pemerintah yang membuka peluang kepada publik untuk berpartisipasi pada
pengambilan kebijakan kurikulum 2013 yang terkait dengan penambahan atau
pengurangan jam pelajaran tertentu, serta konsep pembelajaran yang difokuskan
dalam diskusi pada hanya empat pelajaran yaitu
PPKn, matematika, IPA dan Bahasa Inggris.
Melihat keseriusan negara lain
menanamkan pelajaran bahasa Inggris untuk
siswanya, dan pentingnya bahasa
Inggris, pemerintah perlu memastikan pelajaran ini sudah didapatkan siswa sejak
awal SD, ujarnya.
Menurut Ryvo Octaviano, forum diskusi
dalam pembahasannya lebih memfokuskan pada empat mata pelajaran yaitu PPKn, matematika, IPA dan Bahasa Inggris dan
memandang bahwa pelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk anak SD dapat
dilebur bukan berarti forum tidak mendukung program pendidikan karakter, tetapi
agar diskusi lebih fokus dibahas dalam diskusi hanya empat pelajaran.
Forum justru merekomendasikan agar
pelajaran kewarganegaraan tidak bersifat doktrinal, melainkan lebih
implementatif dan menggunakan pendekatan heart touching, karena mata pelajaran
PPKn, selama ini hanya bersifat menghapal tidak menekankan implementasinya,
untuk itu forum merekomendasikan Pemerintah mencermati good practices
pendidikan yang dikembangkan di sistem pendidikan di Belanda.
Siswa SD di Belanda tidak diminta
menghapal arti atau definisi kebaikan seperti tolong menolong atau membantu
orang susah, namun langsung melakukan langkah konkrit. Seperti berkorespondensi
dengan para veteran perang atau mereka yang kehilangan keluarga akibat korban
perang dunia.
Siswa akan dapat merasakan bagaimana
perasaan veteran kehilangan anggota tubuhnya, atau bagaimana perasaan
masyarakat kehilangan keluarga akibat perang. Dengan berkomunikasi siswa
belajar berempati secara langsung dan dengan bimbingan guru mengarahkan
penggalangan dana untuk anak-anak yang orang tuanya korban perang.
Selain itu siswa diarahkan melakukan
pekerjaan keterampilan seperti membuat kue untuk dijual kepada masyarakat dan
uangnya disumbangkan untuk legiun veteran dan keluarga. Forum berpendapat, contoh yang baik yang dapat menjadi rujukkan
sebagai ruh pelajaran kewarganegaraan tanpa harus melembagakannya dengan mata
pelajaran PPKn.
Forum menilai siswa SD kerap mendapatkan repetisi
pelajaran, karena kurikulum yang terlampau berat misalnya materi matematika-statistika. Mata pelajaran
tersebut tidak dapat diberikan secara tuntas akibatnya materi yang sama kembali
diulang dan akan terjadi repetisi di
jenjang pendidikan selanjutnya. Untuk itu forum menyarankan agar konten
kurikulum dievaluasi, dan materi yang dipandang dapat bersifat ulangan, akan
time consuming, untuk itu dapat dihilangkan.
Sementara forum juga mengharapkan pemerintah tidak
menghapus mata pelajaran IPA pada kurikulum anak SD, dan menganjurkan agar
materi diberikan menggunakan pendekatan aspek eksperimental seperti bermain
dengan alam atau alat peraga. Forum
meyakini, hal ini akan bermanfaat bagi siswa karena dapat merangsang
inquisitive minds (IM) -jiwa yang terusik untuk belajar dan mencari tahu ilmu
yang dapat menanamkan minat terhadap sains.
Format serupa juga dilakukan
Malaysia yang berdasarkan informasi yang diperoleh PPI Utrecht dari pelajar
Malaysia di Belanda, diketahui kurikulum pendidikan Malaysia disusun pada zaman
Mahathir Mohammad yang menekankan pendidikan bahasa Inggris yang dapat
menerbitlah adagium, siswa di Malaysia yang menyebutkan boleh gagal di semua pelajaran, namun tidak
boleh gagal di bahasa inggris.
Forum menilai kesuksesan implementasi
kurikulum tidak hanya bertumpu pada substansi kurikulum yang ada, tapi lebih kepada kualitas implementator di
lapangan , oleh karena itu menyarankan kepada Pemerintah bahwa kualitas guru
perlu diperhatikan.
Sementara itu buku pelajaran hendaknya
berisi link atau informasi tentang pengetahuan yang bisa di dapatkan guru dan
siswa dari internet, sebagai tambahan materi informasi, baik yang sifatnya
hiburan informatif maupun sebagai materi.
Demikian pandangan dan masukan pelajar dan masyarakat Belanda terhadap
kebijakan kurikulum 2013 khususnya untuk sekolah dasar dan bermanfaat bagi
masyarakat dan pembuat kebijaksanaan. (ZG)
(T.H-ZG/B/M009/M009) 06-01-2013
10:28:56
Tidak ada komentar:
Posting Komentar