MEUBEL INDONESIA DIMINATI DI
ALJAZAIR
Oleh Zeynita Gibbons
London, 3/5 (Antara) - Mebel Indonesia
diminati cukup besar oleh kalangan pasar, pemerintah dan pengusaha Aljazair
yang mengaku membutuhkan mebel buatan Indonesia yang terkenal berkualitas
dengan harga jauh di bawah pasaran internasional.
Hal ini terungkap dalam pertemuan
dalam rangka mendorong peningkatan investasi, perdagangan dan pariwisata antara
Indonesia-Aljazair, di Biskra, Aljazair, demikian Pensosbud KBRI Aljazair,
Darmia Dimu kepada Antara London, Selasa.
Wakil Dirjen Lembaga Nasional untuk
Perdagangan Luar Negeri (ALGEX) menyatakan pihaknya saat ini membutuhkan mebel
Indonesia dalam jumlah besar, untuk mendukung program pemerintah Aljazair yang
menggalakkan diversifikasi ekonomi, salah satunya mengucurkan kredit kepada masyarakat
Aljazair untuk pembelian furnitur dan perlengkapan rumah.
Besaran kredit yang dikucurkan bisa
mencapai dua juta dinar atau sekitar 200 juta rupiah per orang."Saya
berharap kepada teman kita dari Indonesia, karena Indonesia maju di bidang perlengkapan
rumah dan furnitur, maka kami menginginkan untuk dapat mengimpor produk mebel
dan furnitur dari negara anda," ujarnya.
Selama ini, Aljazair rutin mengimpor
dari Malaysia untuk menutupi kebutuhan mebel dan furniture dalam negeri. Padahal,
pengusaha Aljazair mengetahui mebel dari Malaysia sebagian besar berasal dari
Indonesia yang diekspor kembali dengan harga lebih tinggi.
Pihaknya mengetahui kualitas dan harga
kompetitif dari mebel asal Indonesia. Karena itu, dia berharap bisa mengimpor
furnitur langsung dari Indonesia.
Selain itu, pemerintah Aljazair juga
berkeinginan mendirikan pabrik mebel untuk memenuhi permintaan di pasar Afrika
dan Eropa.
Ketua Kadin wilayah Biskra Khubzi
Abdelmadjid, mengundang investor Indonesia untuk mengekspor mebel ke Aljazair
serta berpartisipasi dalam pendirian pabrik mebel di Aljazair.
"Kami mengetahui bahwa industri
mebel di Indonesia sangat berkualitas dan dapat memproduksi dalam kuantitas
besar. Akan sangat menggembirakan sekali jika kami bisa melakukan kerja sama
secara langsung dengan para pengusaha mebel di Indonesia," tuturnya.
Pihaknya menyayangkan belum adanya
kesepakatan perdagangan antara pemerintah Indonesia dengan Aljazair membuat
mebel Indonesia harus dikenai bea masuk barang yang cukup tinggi. Akibatnya,
produk furnitur dalam negeri kesulitan untuk menembus pasar Aljazair.
Khubzi menyayangkan belum terjalinnya
kerja sama perdagangan antara Indonesia - Aljazair membuat potensi perdagangan
mebel yang besar kurang tergarap maksimal.
"Sayang sekali ya, potensi mebel
Indonesia di negara ini (Aljazair) cukup besar harus tertahan hanya karena
belum adanya kesepakatan kerja sama perdagangan (antara Indonesia - Aljazair).
Kami berharap segera ditemukan solusi mengatasi permasalahan ini."
Sehubungan dengan itu, Dubes RI untuk
Aljazair Safira Machrusah memandang perlu segera dilakukan kesepakatan
perdagangan antara Indonesia-Aljazair. Kesepakatan tersebut, perlu segera
ditindaklanjuti dengan mengadakan sidang komisi bersama kedua negara.
"Kami akan serius mengupayakan
terjalinnya kesepakatan perdagangan antarkedua negara, melalui pelaksanaan SKB
ke-2, mudah-mudahan perdagangan antara kedua negara tidak lagi menemui hambatan
tarif perdagangan," ujar Safira.
Neraca perdagangan Aljazair- Indonesia
tahun 2013 mencapai total sekitar 700 juta dolar AS, sedangkan pada tahun 2015
mengalami penurunan menjadi hanya 555,95 juta dolar AS.
Ekspor RI ke Aljazair sebesar 220,388
juta dolar AS dan impor RI dari Aljazair mencapai 335,565 juta dolar AS. RI
selalu mengalami defisit neraca perdagangan akibat tingginya nilai impor migas.
Diharapkan dengan adanya "trade
agreement" antara Indonesia-Aljazair dapat menjadi pintu masuk Indonesia
dalam menembus pasar Afrika.
***3*** (T.ZG)
(T.H-ZG/B/C. Hamdani/C. Hamdani)
03-05-2016 09:30:27
Tidak ada komentar:
Posting Komentar