Tari Saman pukau pengunjung Festival Komunitas di Normandie
News ID: 235503
London (ANTARA) -
Bulan puasa tidak menghalangi pelajar dan masyarakat Indonesia di Normandie, daerah bekas lokasi perang dunia kedua, mempromosikan budaya Indonesia bertempat di salle de fête, Biéville-Beuville, Normandie selama dua hari diakhir pekan.
Ketua panitia kegiatan Andreas Tan, menjelaskan pada pelaksanaan tahun ketiga kegiatan tahun ini dari hasil rapat acara ditetapkan bertemakan “Nusantara” .
Festival Komunitas di Normandie yang dihadiri sekitar 200 orang masyarakat Perancis menampilkan budaya Indonesia selama kurang lebih tiga setengah jam.
Begitupun pada hari kedua, Minggu (19/5), Indonesia tampil dalam kegiatan festival komunitas Internasional yang ke-41 di château Beauregard – Harouville St.Clair, Normandie.
Sambutan pembukaan disampaikan presiden komite perayaan budaya M. Charlot dan Atdikbud KBRI Paris, Prof. Warsito, dilanjutkan dengan penampilan budaya Indonesia dan atraksi seni pencak silat yang saat ini dalam proses sebagai warisan dunia di Unesco, dilanjutkan dengan tari belibis, tari lilin, tari wira pratiwi, dan tari yapong.
Atdikbud KBRI Paris, Prof. Warsito dalam sambutan pembukaan, menyampaikan terima kasih kepada walikota Bieville-Beuville yang telah memberikan kesempatan untuk menunjukkan sebagian budaya Indonesia kepada masyarakat pada acara festival komunitas internasional.
Kepada para hadirin, Prof. Warsito menyampaikan bahwa negara Indonesia dengan 17 ribu lebih pulau tentu memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam, dan malam ini Indonesia hanya menampilkan sebagian kecilnya. Demikian juga keragaman Bahasa daerah, sebagai negara kepulauan tentu dialek di Indonesia banyak, untuk menghilangkan penasaran para hadirin, kami mengundang saudara semua untuk berwisata di Indonesia, demikian Prof. Warsito.
Beberapa hadirin menyampaikan kekagumannya terhadap keragaman budaya Indonesia dan sangat mengapresiasi penampilan tarian dan lagu yang dilantunkan. Mereka merasa memiliki pengetahuan baru tentang Indonesia, yang sebelumnya belum tahu begitu banyak, dan itupun hanya dari media.
Kegiatan hari kedua pada festival tahunan komunitas Internasional, tahun ini diikuti 80 asosiasi perwakilan negara yang berbeda,
disaksikan sekitar ribuan pengunjung yang memadati halaman Château Beauregard. Tahun ini merupakan festival yang ke 41, jadi festival ini diadakan sejak tahun 1978.
Acara dimulai pukul 12 siang, dengan menampilkan sajian makanan ringan khas masing-masing negara. Bersamaan dengan itu, di panggung utama yang berada di tengah-tengah halaman chateau Beauregard dilanjutkan dengan pertunjukan tarian dan nyanyian mulai pukul 13 sampai dengan pukul 18 sore, bergantian penampilan tiap negara. Di stan asosiasi tiap negara, banyak objek seni dan tradisi yang khas disajikan dan ditawarkan untuk dijual kepada pengunjung.
Dalam sambutannya walikota Hérouville Saint-Clair sejak Maret 2001, Rodolphe Thomas , menyampaikan festival ini merupakan salah satu komitmen kota Herouville Saint-Clair dalam menghidupkan budaya dan saling mengenal beraneka ragam budaya dari berbagai negara.
Selain itu menunjukkan bahwa kota Herouville merupakan kota yang terbuka menerima berbagai bangsa negara yang berbeda. Walikota secara khusus dalam sambutannya mengatakan kepada perwakilan KBRI Paris untuk memberikan dukungan.
Atdikbud KBRI Paris, Prof. Warsito dalam
berkesempatan diskusi dengan Walikota Herouville – StClair menyampaikan keinginan untuk kerjasama dalam bidang Pendidikan dan kebudayaan dengan mengenalkan budaya Indonesia di sekolah dan di masyarakat Herouville – StClair.
Selain menampilkan berbagai souvenir khas , informasi turistik, batik di stand Indonesia, juga menampilkan dua jenis tarian, diantaranya yang sangat memukau adalah tari saman dibawakan pelajar yang berlatih secara professional.
Tampil dengan pakaian yang anggun khas Aceh, para penonton seperti terhipnotis mengikuti gerakan para penari saman. Tepuk sorak riuh penonton mengiringi turunnya para penari dari panggung. Tarian kedua adalah tari kreasi poco-poco yang menghentak panggung festival, dengan animasi oleh Sielvia sehingga banyak pengunjung internasional yang naik panggung dan berjoget bersama penari Indonesia.
Kegiatan festival ini ditutup sekitar pukul 18.00 dengan diiringi penampilan penyanyi Lina Doran, penyanyi yang juga penulis lagu, lahir di Oran, Aljazair, dengan nada suaranya yang khas Mediterania.(ZG)
Bulan puasa tidak menghalangi pelajar dan masyarakat Indonesia di Normandie, daerah bekas lokasi perang dunia kedua, mempromosikan budaya Indonesia bertempat di salle de fête, Biéville-Beuville, Normandie selama dua hari diakhir pekan.
Ketua panitia kegiatan Andreas Tan, menjelaskan pada pelaksanaan tahun ketiga kegiatan tahun ini dari hasil rapat acara ditetapkan bertemakan “Nusantara” .
Festival Komunitas di Normandie yang dihadiri sekitar 200 orang masyarakat Perancis menampilkan budaya Indonesia selama kurang lebih tiga setengah jam.
Begitupun pada hari kedua, Minggu (19/5), Indonesia tampil dalam kegiatan festival komunitas Internasional yang ke-41 di château Beauregard – Harouville St.Clair, Normandie.
Sambutan pembukaan disampaikan presiden komite perayaan budaya M. Charlot dan Atdikbud KBRI Paris, Prof. Warsito, dilanjutkan dengan penampilan budaya Indonesia dan atraksi seni pencak silat yang saat ini dalam proses sebagai warisan dunia di Unesco, dilanjutkan dengan tari belibis, tari lilin, tari wira pratiwi, dan tari yapong.
Atdikbud KBRI Paris, Prof. Warsito dalam sambutan pembukaan, menyampaikan terima kasih kepada walikota Bieville-Beuville yang telah memberikan kesempatan untuk menunjukkan sebagian budaya Indonesia kepada masyarakat pada acara festival komunitas internasional.
Kepada para hadirin, Prof. Warsito menyampaikan bahwa negara Indonesia dengan 17 ribu lebih pulau tentu memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam, dan malam ini Indonesia hanya menampilkan sebagian kecilnya. Demikian juga keragaman Bahasa daerah, sebagai negara kepulauan tentu dialek di Indonesia banyak, untuk menghilangkan penasaran para hadirin, kami mengundang saudara semua untuk berwisata di Indonesia, demikian Prof. Warsito.
Beberapa hadirin menyampaikan kekagumannya terhadap keragaman budaya Indonesia dan sangat mengapresiasi penampilan tarian dan lagu yang dilantunkan. Mereka merasa memiliki pengetahuan baru tentang Indonesia, yang sebelumnya belum tahu begitu banyak, dan itupun hanya dari media.
Kegiatan hari kedua pada festival tahunan komunitas Internasional, tahun ini diikuti 80 asosiasi perwakilan negara yang berbeda,
disaksikan sekitar ribuan pengunjung yang memadati halaman Château Beauregard. Tahun ini merupakan festival yang ke 41, jadi festival ini diadakan sejak tahun 1978.
Acara dimulai pukul 12 siang, dengan menampilkan sajian makanan ringan khas masing-masing negara. Bersamaan dengan itu, di panggung utama yang berada di tengah-tengah halaman chateau Beauregard dilanjutkan dengan pertunjukan tarian dan nyanyian mulai pukul 13 sampai dengan pukul 18 sore, bergantian penampilan tiap negara. Di stan asosiasi tiap negara, banyak objek seni dan tradisi yang khas disajikan dan ditawarkan untuk dijual kepada pengunjung.
Dalam sambutannya walikota Hérouville Saint-Clair sejak Maret 2001, Rodolphe Thomas , menyampaikan festival ini merupakan salah satu komitmen kota Herouville Saint-Clair dalam menghidupkan budaya dan saling mengenal beraneka ragam budaya dari berbagai negara.
Selain itu menunjukkan bahwa kota Herouville merupakan kota yang terbuka menerima berbagai bangsa negara yang berbeda. Walikota secara khusus dalam sambutannya mengatakan kepada perwakilan KBRI Paris untuk memberikan dukungan.
Atdikbud KBRI Paris, Prof. Warsito dalam
berkesempatan diskusi dengan Walikota Herouville – StClair menyampaikan keinginan untuk kerjasama dalam bidang Pendidikan dan kebudayaan dengan mengenalkan budaya Indonesia di sekolah dan di masyarakat Herouville – StClair.
Selain menampilkan berbagai souvenir khas , informasi turistik, batik di stand Indonesia, juga menampilkan dua jenis tarian, diantaranya yang sangat memukau adalah tari saman dibawakan pelajar yang berlatih secara professional.
Tampil dengan pakaian yang anggun khas Aceh, para penonton seperti terhipnotis mengikuti gerakan para penari saman. Tepuk sorak riuh penonton mengiringi turunnya para penari dari panggung. Tarian kedua adalah tari kreasi poco-poco yang menghentak panggung festival, dengan animasi oleh Sielvia sehingga banyak pengunjung internasional yang naik panggung dan berjoget bersama penari Indonesia.
Kegiatan festival ini ditutup sekitar pukul 18.00 dengan diiringi penampilan penyanyi Lina Doran, penyanyi yang juga penulis lagu, lahir di Oran, Aljazair, dengan nada suaranya yang khas Mediterania.(ZG)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar