Undurnya PM Theresa May bawa Dampak buat diaspora Indonesia di Inggris
News ID: 245267
London (ANTARA) -
Theresa May gagal menghasilkan kesepakatan dalam mengantar Inggris keluar dari uni Eropa, atau yang kita kenal dengan Brexit dan kegagalan ini adalah alasan utama sang Perdana Menteri mengundurkan diri.
Bagi Diaspora Indonesia yang ada di Inggris Brexit sedikit banyak ada pengaruh baik langsung maupun tidak langsung, demikian salah satu diaspora Indonesia yang bekerja di Investment Bank di London, Shandy Adiguna kepada Antara London, Jumat sehubungan dengan pernyataan PM Inggris Theresa May yang ingin mengundurkan diri pada tanggal 7 Juni mendatang.
“Brexit buat kami, diaspora Indonesia di London sedikit banyak ada pengaruh baik langsung maupun tidak langsung,” ujar Ketua DPLN Partai Solidaritas Indonesia (PSI) di Inggris.
Menurut Alumni ITB, ekonomi pasti akan menyusut di awal. Untuk saat ini, misalnya semakin banyak perusahaan yang menutup usahanya di Inggris atau memindahkan asset-nya dan usahanya ke luar Inggris menyebabkan banyak yang terkena pemutusan hubungan kerja. Selain nilai asset yang dimiliki diaspora juga akan terkena dampaknya, ujar manajer operasional teknologi informasi untuk Fixed Income di London.
Shandy Adiguna yang aktif dalam berbagai kegiatan Diaspora di Inggris mengatakan jika Brexit terjadi maka impor barang termasuk kebutuhan rumah tangga dan pangan dari Eropa akan terkena bea import, selain supply-nya yang akan menurun. Hal ini akan menyebabkan harga-harga yang semakin membumbung tinggi, ujar suami Yashinta Tri Wahyuni .
Sementara itu, ujar Shandy lagi kerjasama pendidikan, riset, budaya dan preservasi alam yang banyak mendapat dana dan bantuan dari Uni Eropa akan banyak berkurang. Ini akan berdampak terhadap pelajar dan peneliti Indonesia yang sedang menuntut ilmu dan riset di Inggris.
Namun dari segi positifnya, Pasar tenaga kerja jadi lebih terbuka karena kita bisa bersaing secara setara dengan calon pekerja asal Uni Eropa, ujar Shandy yang pernah bekerja di Bursa Efek Jakarta di divisi Teknologi Informasi. Saat itu industri pasar modal khususnya bursa efek sedang akan naik daun.
Perundingan negosiasi yang berlarut-larut baik di dalam negeri dengan parlemen Inggris maupun dengan parlemen Uni Eropa. Keputusan untuk keluar dari Unni Eropa menguak bahwa banyak komplikasi yang tidak terbayang sebelumnya sebagai konsekuensi dari Brexit. Ini terbukti bukan pekerjaan mudah dan sangat sulit memenuhi target yang dia janjikan saat pertama menjabat sebagai Perdana Menteri dalam kurun waktu dua tahun. Dia menjanjikan pembatasan pergerakan migran dari kawasan Eropa ke dalam Inggris.
Dia juga menjanjikan keluar dari pasar tunggal Uni Eropa tetapi tetap ingin memelihara hubungan dagang yang saling menguntungkan. Selain itu masalah perbatasan Irlandia Utara yang merupakan bagian dari Inggris dan Republik Irlandia yang tergabung dalam Uni Eropa juga tidak kunjung menghasilkan kesepakatan.
Popularitas May terus tergerus dan diperparah dengan mundurnya beberapa tokoh utama seperti Boris Johnson dari kabinet nya. Pukulan terakhir adalah saat Andrea Leadsom, politisi satu partai yang juga mengundurkan diri dari kabinetnya beberapa hari sebelumnya.
Hal ini membuka peluang bagi pemimpin oposisi, Jeremy Corbin dari partai buruh, untuk meminta diadakan pemilihan umum. Berlarutnya masalah Brexit ini mempengaruhi ekonomi dalam negeri Inggris. Banyak perusahaan multinasional yang akan atau bahkan sudah memindahkan sumber daya nya keluar Inggris di samping harga rumah juga mengalami penurunan. Di sisi lain, menyediakan peluang lebih terbuka bagi Negara-negara di luar uni Eropa untuk menjalin kerjasama langsung dengan Inggris. Begitu pula peluang kompetisi pasar tenaga kerja asing yang menjadi lebih fair.(ZG)
Theresa May gagal menghasilkan kesepakatan dalam mengantar Inggris keluar dari uni Eropa, atau yang kita kenal dengan Brexit dan kegagalan ini adalah alasan utama sang Perdana Menteri mengundurkan diri.
Bagi Diaspora Indonesia yang ada di Inggris Brexit sedikit banyak ada pengaruh baik langsung maupun tidak langsung, demikian salah satu diaspora Indonesia yang bekerja di Investment Bank di London, Shandy Adiguna kepada Antara London, Jumat sehubungan dengan pernyataan PM Inggris Theresa May yang ingin mengundurkan diri pada tanggal 7 Juni mendatang.
“Brexit buat kami, diaspora Indonesia di London sedikit banyak ada pengaruh baik langsung maupun tidak langsung,” ujar Ketua DPLN Partai Solidaritas Indonesia (PSI) di Inggris.
Menurut Alumni ITB, ekonomi pasti akan menyusut di awal. Untuk saat ini, misalnya semakin banyak perusahaan yang menutup usahanya di Inggris atau memindahkan asset-nya dan usahanya ke luar Inggris menyebabkan banyak yang terkena pemutusan hubungan kerja. Selain nilai asset yang dimiliki diaspora juga akan terkena dampaknya, ujar manajer operasional teknologi informasi untuk Fixed Income di London.
Shandy Adiguna yang aktif dalam berbagai kegiatan Diaspora di Inggris mengatakan jika Brexit terjadi maka impor barang termasuk kebutuhan rumah tangga dan pangan dari Eropa akan terkena bea import, selain supply-nya yang akan menurun. Hal ini akan menyebabkan harga-harga yang semakin membumbung tinggi, ujar suami Yashinta Tri Wahyuni .
Sementara itu, ujar Shandy lagi kerjasama pendidikan, riset, budaya dan preservasi alam yang banyak mendapat dana dan bantuan dari Uni Eropa akan banyak berkurang. Ini akan berdampak terhadap pelajar dan peneliti Indonesia yang sedang menuntut ilmu dan riset di Inggris.
Namun dari segi positifnya, Pasar tenaga kerja jadi lebih terbuka karena kita bisa bersaing secara setara dengan calon pekerja asal Uni Eropa, ujar Shandy yang pernah bekerja di Bursa Efek Jakarta di divisi Teknologi Informasi. Saat itu industri pasar modal khususnya bursa efek sedang akan naik daun.
Perundingan negosiasi yang berlarut-larut baik di dalam negeri dengan parlemen Inggris maupun dengan parlemen Uni Eropa. Keputusan untuk keluar dari Unni Eropa menguak bahwa banyak komplikasi yang tidak terbayang sebelumnya sebagai konsekuensi dari Brexit. Ini terbukti bukan pekerjaan mudah dan sangat sulit memenuhi target yang dia janjikan saat pertama menjabat sebagai Perdana Menteri dalam kurun waktu dua tahun. Dia menjanjikan pembatasan pergerakan migran dari kawasan Eropa ke dalam Inggris.
Dia juga menjanjikan keluar dari pasar tunggal Uni Eropa tetapi tetap ingin memelihara hubungan dagang yang saling menguntungkan. Selain itu masalah perbatasan Irlandia Utara yang merupakan bagian dari Inggris dan Republik Irlandia yang tergabung dalam Uni Eropa juga tidak kunjung menghasilkan kesepakatan.
Popularitas May terus tergerus dan diperparah dengan mundurnya beberapa tokoh utama seperti Boris Johnson dari kabinet nya. Pukulan terakhir adalah saat Andrea Leadsom, politisi satu partai yang juga mengundurkan diri dari kabinetnya beberapa hari sebelumnya.
Hal ini membuka peluang bagi pemimpin oposisi, Jeremy Corbin dari partai buruh, untuk meminta diadakan pemilihan umum. Berlarutnya masalah Brexit ini mempengaruhi ekonomi dalam negeri Inggris. Banyak perusahaan multinasional yang akan atau bahkan sudah memindahkan sumber daya nya keluar Inggris di samping harga rumah juga mengalami penurunan. Di sisi lain, menyediakan peluang lebih terbuka bagi Negara-negara di luar uni Eropa untuk menjalin kerjasama langsung dengan Inggris. Begitu pula peluang kompetisi pasar tenaga kerja asing yang menjadi lebih fair.(ZG)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar