KBRI TUNIS EVAKUASI TIGA TKW DARI LIBYA
London, 13/4 (ANTARA) - KBRI Tunis berhasil mengevakuasi tiga tenaga kerja wanita (TKW) Indonesia dari Libya dan hanya seorang yang bersedia dipulangkan ke Indonesia, sedangkan dua lainnya, mengikuti para majikan ke Kairo, Mesir.
Sekretaris satu KBRI Tunis, Boy Dharmawan, dalam keterangannya kepada ANTARA London, Rabu menyebutkan bahwa situasi Libya terus bergejolak, membuat evakuasi tenaga kerja wanita mengalami berbagai hambatan dan bahkan mengancam keselamatan mereka.
Boy Dharmawan mengatakan bahwa berdasarkan pemantau ketika mengevakuasi ketiga TKW itu, situasi yang terjadi di perbatasan Tunisia-Libya juga memburuk. Di perbatasan bagian Libya, terjadi unjuk rasa bersenjata yang dilakukan aparat militer pro-Khadafi, ujarnya.
Sedangkan di sisi perbatasan Tunisia, terjadi demonstrasi yang dilakukan pemuda yang membawa pentungan dari kawasan Ben Gerden, yang berbatasan dengan Ras Jedir, yang menuntut keadilan.
Sementara itu Dubes RI di Tunis, Ibnu Said, mengatakan keberhasilan evakuasi kali ini adalah berkat langkah koordinatif yang dilakukan tim evakuasi KBRI Tunis sehingga tugas pelacakan, koordinasi dan pemanduan TKW keluar dari Libya ke Tunisia, bisa berhasil dengan baik.
Kerjasama dan koordinasi dengan pemilik gedung KBRI Tripoli, Muhammad Hafeez, yang dulunya bekas pengawal Khadafi, sangat menentukan dalam keberhasilan evakuasi.
Evakuasi sepenuhnya dipandu dengan sambungan telpon. Jika jaringan telpon terputus, sulit kiranya melakukan koordinasi.
Keberhasilan tersebut juga karena KBRI Tunis membuka posko di kota Jerba, dekat perbatasan Ras Jedir sejak tanggal 20 Maret 2011. Staf KBRI Tunis selalu siap untuk melakukan tindakan antisipasi jika diperoleh kabar tentang pergerakan TKW dari Libya ke Tunisia.
Mengalami stress
Seorang TKW, bernama Ainun Tasnim berhasil dikeluarkan dari Libya setelah diantar sopir binaan KBRI Tunis untuk diantar keperbatasan Tunisia-Libya, Ras Jedir.
Evakuasi tersebut merupakan gelombang kedua sejak KBRI Tripoli telah tutup sejak tanggal 27 Maret lalu
Ainun Tasnim, berhasil diungsikan karena ketakutan dan stres dengan situasi keamanan di Libya, khususnya sejak Tripoli di bombardir pasukan NATO.
TKW yang merupakan ibu dari empat anak tersebut, bekerja pada seorang pengusaha Libya dan bersikap anti-Khadafi hingga nyawanya terancam.
Evakuasi dilakukan setelah dijemput sopir binaan KBRI Tunis,warga Libya, Abdus Salam, untuk mengantarkan TKW asal Kediri tersebut hingga pintu masuk perbatasan.
TKW yang sempat beberapa kali pingsan akibat ketakutan tersebut tiba di perbatasan Ras Jedir, menjelang siang dan selanjutnya dijemput Staf KBRI Tunis, Hanan yang menunggu di perbatasan Rass Jedir untuk dibawa ke Tunis.
Ainun bahkan menolak makan dan merasa mati rasa, karena ketakuan, sepanjang perjalanan dari Tripoli, menuju perbatasan Tunisia-Libya yang melewati puluhan check point sebelum sampai di perbatasan Ras Jedir.
Pemeriksaan umumnya dilakukan oleh tentara pro-Khadafi. Untungnya kelompok pro Kadhafi sangat menghormati Indonesia sehingga merelakan perjalanan kendaran yang mengangkut TKW.
Menurut Ainun, Abdus Salam sudah terlatih dan pintar meyakinkan aparat keamanan yang menghadang di setiap check point.
Staf KBRI Tunis juga secara terus-menerus memandu Abdus Salam yang melaporkan keadaan perjalanan melalui telpon.
Sesampai di perbatasan perbatasan Tunisia-Libya, Ras Jedir, TKW tersebut dijemput dan diurus langsung oleh staf KBRI Tunis, yang sekaligus membantu proses imigrasi.
Ikut majikan ke Mesir
Sementara itu dua tenaga kerja Indonesia Feny Fareny dari Karawang, Hoyyati Majjuri dari Sampang setelah dievakuasi ke Tunisia bersama kendaraan majikan, tidak mau dipulangkan ke Indonesia. Mereka berdua mengikuti majikan, menuju Kairo, Mesir.
Menurut Boy Dharmawan, evakuasi kedua TKW ini lebih ringan karena majikan mereka juga ingin meninggalkan Libya guna menyelamatkan diri dari konflik di Tripoli. Namun sayangnya para TKW tersebut bersikeras untuk mengikuti majikan ke Mesir, meski sudah dibujuk berulang kali oleh Staf KBRI Tunis.
Menurut mereka majikannya sangat perhatian dan murah hati. Segala kebutuhannya dipenuhi , karena itu, KBRI terpaksa merelakan karena KBRI Tunis tidak kuasa memaksa para TKW tersebut.
Staf KBRI juga membujuk para majikan untuk melepaskan TKW untuk dipulangkan ke Indonesia, namun para majikan menyerahkan sepenuhnya nasib TKW kepada TKW itu sendiri.
Meski staf KBRI Tunis tidak berhasil meyakinkan untuk membawa dua TKW tersebut, namun sudah ingatkan untuk segera melapor ke KBRI Kairo kiranya menghadapi masalah di kemudian hari.
Kedua TKW akhirnya mengikuti para majikan pergi ke Mesir, selanjutnya bermukim di Mesir menunggu situasi dan kondisi di Libya membaik. ***5***
(ZG)
(T.H-ZG/B/B012/B012) 13-04-2011 03:55:56
Tidak ada komentar:
Posting Komentar