Rabu, 27 April 2011

KBRI TUNIS EVAKUASI

KBRI TUNIS EVAKUASI WNI DARI LIBIA

London, 27/4 (ANTARA) - KBRI Tunis kembali mengevakuasi dua warga Indonesia dan tiga wartawan Metro TV untuk meninggalkan Libya dalam suasana konflik bersenjata yang terus memuncak.

Kedua WNI itu adalah Juwarni BT Makdori Samir, (40) asal Purworejo dan Aryani BT Wiryo Semadi, (27) asal Indramayu, yang dievakuasi pada Sabtu, melalui pintu perbatasan Ras Jedir.

Sehari sebelumnya, KBRI Tunis menjemput dua wartawan Indonesia dari MetroTV di Ras Jedir wilayah perbatasan Tunisia-Libya.

KBRI Tunis dalam keterangan persnya yang diterima Antara London, Rabu menyebutkan kedua wartawan MetroTV, reporter Andini Effendi dan kameraman Edward A.R. berada di Tripoli selama tujuh minggu untuk meliput konflik bersenjata di sana.

Kepada staf KBRI Tunis, Andini mengungkapkan kelegaannya dapat terlepas dari cekaman suasana konflik dan merasakan kembali alam yang bebas.

Sebelumnya, wartawan Metro TV lainnya, Mahendro Wisnu, juga telah keluar dari Libya. Mahendro masuk ke Tunisia lebih dahulu dibanding dua orang rekannya, yaitu pada 13 April melalui perbatasan Ras Jedir dimana ia dijemput oleh staf KBRI Tunis.

Sementara kedua TKW bersyukur karena berhasil keluar dengan selamat setelah melalui hari-hari yang mencekam di Libya, tempat mereka bekerja sebagai TKW.

Mereka memutuskan untuk mengungsi dari Libya dan pulang ke Indonesia karena situasi di Tripoli yang sangat mencekam.

Mereka berhasil sampai di perbatasan diantar orang kepercayaan Muhammad Abdul Hafiz, pemilik gedung KBRI Tripoli yang dipercaya KBRI Tunis membantu WNI yang hendak mengungsi ke Tunisia sejak KBRI Tripoli ditutup 27 Maret lalu.

Aryani mengatakan setiap hari terdengar bunyi tembakan dan meriam. Ketika malam tiba terlihat banyak cahaya di langit yang nampak seperti kembang api.
"Bahkan beberapa kali terjadi ledakan besar dari bom yang jatuh tidak jauh dari rumah majikan sehingga membuat kuping sakit sekali," ujar Aryani.

Setiap hari ia merasa khawatir akan keselamatannya dan memutuskan untuk pulang ke Indonesia. Beruntung, setelah dipersuasi KBRI Tunis sejak hampir satu bulan yang lalu, majikannya yang merupakan pengusaha kaya akhirnya bersedia melepaskan Aryani ke KBRI Tunis.

Namun ketika ditanyakan tentang gajinya yang belum dibayarkan selama 10 bulan sebesar 200 dolar AS per bulan, majikannya, yang berencana akan mengungsi ke Dubai, Uni Emrat Arab, menyatakan akan mengirim gajinya ke Indonesia dari Dubai.

Berbeda dengan Aryani, Juwarni mengalami nasib yang dapat dikatakan tidak lebih baik yang baru empat bulan bekerja di Libya juga selain setiap hari harus mengalami ketakutan tembakan senjata dan bom yang jatuh dekat rumah tempat bekerja juga menghadapi ancaman keselamatan karena majikannya (seorang pengusaha) bermasalah.

Juwarni menuturkan, suatu ketika, datang sejumlah tentara Libya pro Kadhafi yang mendobrak pintu rumah, lalu memukuli dan menendang majikan saya.

"Saya sangat khawatir tentara-tentara itu akan menyerang penghuni lainnya termasuk saya," ujarnya.

Dikatakannya ia merasa khawatir saat tentara akan datang kembali dan keselamatan jiwanya terancam maka diputuskannya untuk pulang ke Indonesia.

Pada awalnya majikannya tidak mengijinkannya pergi dengan alasan bahwa pihaknya telah membayar mahal untuk mendapatkan seorang TKW.

Di tengah keputusasaannya, Juwarni melihat ada kesempatan untuk lari ketika suatu hari hujan dirinya memanjat tembok rumah dan segera mencegat taxi untuk lari ke KBRI Tripoli.

Tidak seperti pada tugas-tugas evakuasi sebelumnya yang dapat dikatakan cukup lancar, kali ini evakuasi Juwarni dan Aryani menghadapi kendala tertahan di perbatasan Tunisia-Libya karena tidak memiliki visa masuk Tunisia.

Pada awal masa-masa genting masuknya arus pengungsi dari Libya, kebijakan yang diterapkan di perbatasan bersifat lebih ringkas dan tidak rinci, di mana pihak Imigrasi hanya meneliti keabsahan dokumen perjalanan sebelum memberikan cap kedatangan dan izin masuk.

Namun saat ini peraturan keimigrasian Tunsia yang baru lebih memperketat masuknya arus pengungsi asing ke Tunisia.

Pihak Imigrasi di perbatasan menyatakan bahwa peraturan baru ini mewajibkan semua warga asing untuk memiliki visa masuk Tunisia.

Dengan peraturan ini setiap warga negara asing yang akan ke Tunisia dan tidak memiliki visa masuk, seperti para pengungsi yang datang dari Libya, dapat mengurus visa kedatangan di perbatasan, dengan melampirkan berbagai dokumen diri dan sponsor yang menjadi pihak penjamin selama di Tunisia.

Kedua TKW diizinkan masuk dengan surat jaminan KBRI Tunis. Selain itu, sesuai peraturan, kedua TKW yang pada dasarnya datang sebagai pengungsi warga asing harus segera dibawa ke kamp pengungsi yang tersebar di wilayah perbatasan Tunisia untuk penanganan lebih lanjut.

Kedua TKW awalnya ditolak untuk masuk dan melanjutkan perjalanan di Tunisia namun setelah melalui negosiasi yang alot dan persuasi dari Staf KBRI Tunis, pihak imigrasi memberikan dispensasi untuk membawa keduanya ke ibukota.

Pihak Imigrasi mengharapkan ke depan KBRI Tunis selalu dapat menyampaikan surat keterangan jaminan dengan menyertakan tiket penerbangan ke Indonesia dari setiap WNI yang dievakuasi dari Libya.

***6***(ZG)

(T.H-ZG/B/M027/M027) 27-04-2011 09:56:55

Tidak ada komentar: