DRAMA MUSIKAL "RINDU KAMPUNG" OBATI RASA RINDU WARGA KETURUNAN BELANDA
Denhaag 7/4 (ANTARA) - Drama musikal "Rindu Kampung", yang dibawakan Indonesia Pencari Bakat TransTV berhasil mengobati rasa rindu akan kampung warga keturunan Indonesia yang sekarang menetap di Belanda.
Acara pertunjukan gala show "Rindu Kampung" yang dipandu penyanyi kawakan Bob Tutupoly, berlangsung di Theater Pasar Malam Indonesia, alun alun Malieveld, Den Haag, Rabu malam.
Lebih dari 500 penonton menyaksikan acara yang disiarkan langsung stasiun televisi Indonesia dengan menampilkan Indonesia Pencari Bakat Trans TV seperti Funky Papua yang membawakan Tarian Papua serta tarian Ambon, dan kelompok Inframe Rumingkan yang menampilkan kesenian Jawa Barat.
Di awal acara , Bob Tutupoli yang fasih berbahasa Belanda menyapa penonton dan menceritakan Indonesia sebagai negara yang sarat akan kerukunan bangsa, sehingga apabila terjadi pertikaian mak selalu ada cara untuk mendamaikan seperti halnya kebudayaan.
Putri Ayu, penyanyi yang dijuluki Charlotte Church nya dari Indonesia Mencari Bakat TransTV bersama Funky Papua dan Hudson yang berpenampilan bermuka dua setengah perempuan dan setengah lelaki itu dengan jenaka melantumkan lagu Medley Hitam Manis dan Ayo Mama.
Dalam drama musikal tersebut, Bob Tutupoly yang kini berusia 72 tahun menceritakan tentang banyaknya anak muda Indonesia yang pergi merantau ke negeri seberang untuk belajar atau bekerja.
Pelantun lagu Widuri itu bercerita bagaimana kesedihan mereka harus meninggalkan keluarga teman dan kekasih tercinta dan ia pun menyanyikan lagu Balada Sang Pelaut.
Acara pun Rindu Kampung itu berlanjut dengan penampilan Putri Ayu, gadis yang berusia 13 tahun itu dengan suara soprano nya melantunkan lagu Sio Mama serta diikuti dengan medley O tano Batak dan Alusiau.
Bob Tutupoli kepada koresponden Antara London mengakui bahwa ia diminta ikut membantu penampilan gala show drama musical Rindu Kampung ini.
"Sebagai putra Indonesia , saya diminta membantu acara yang diadakan KBRI Den Haag," ujar Bob.
Diakuinya tampil di luar negeri bukan sesuatu yang baru karena sering ke luar negeri, namun apa yang ditampilkan itu diharapkan dapat mengobati rasa rindu masyarakat Indonesia yang lama menetap di Belanda.
"Saya bersyukur kepada Tuhan dalam usia yang 72 tahun masih bisa menyumbangkan sesuatu bagi nusa dan bangsa dan masih bisa bernyanyi bersama anak anak mudah dan bisa menghibur penonton," ujarnya.
Sementara itu mengenai penyelenggaraan Pasar Malam Indonesia, Bob mengakui perlu didukung, apalagi pengeluaran cukup besar, sehingga bila hasilnya dapat mendatangkan turis yang datang ke Indonesia lebih banyak lagi tentunya baik.
Namun bila dengan pengeluaran yang cukup besar dan tidak ada pertambahan akan jumlah wisatawan Belanda ke Indonesia tentunya sangat disayangkan, ujarnya menambahkan bahwa ia yakin kebudayaan dapat menjadi daya tarik tersendiri.
Diakuinya penampilan anak anak muda seperti Putri Ayu dan Hudson yang punya dua muka sangat luar biasa dan aggak lain dari yang lain itu diharapkannya generasi muda yang karirnya mulai menanjak bisa menjaga diri dan tidak menghambur- hamburkan uang atau lari ke narkoba sehingga akhirnya menderita sendiri.
Ia juga mengharapkan penyanyi muda berbakat dapat mengangkat dan memperbaiki mutu serta mendapat kesempatan untuk tampil di luar negeri.
Sementara Hudson yang dikenal dalam penampilannya bermuka dua itu, mengatakan bahwa ia sangat senang bisa tampil dalam Pasar Malam Indonesia .
Diakuinya penampilannya di luar Indoensia adalah untuk pertama kalinya bersama Putri Ayu dan Funky Papua.
"Saya senang sekali pengalaman yang sangat berhargai," ujar Hudson.
Apalagi banyak diantaranya yang telah menyaksikan penampilannya di Youtube.
"Senang banget kalau mereka sudah kenal saya sebelumnya di youtube," ujar Hudson yang menyebutkan penampilannya dengan muka dua, bukan berarti bermuka dua.
Jadi model
secara terpisah Wakil panitia penyelenggara Pasar Malam Indonesia, Lasro Simbolon mengakui keberhasilan penyelenggaraan Pasar Malam tahun ini setelah melihat keberhasilan dari Pasar Malam pertama tahun lalu yang merupakan sebagai eksperimen.
Diakuinya respon dan kehadiran masyarakat Belanda sangat luar biasa yang mendapat penghargaan dari Rekor Muri.
Sementara penyelenggaraam Pasar Malam kedua diadakan dengan semangat yang lebih tinggi dan dukungan dari Pemerintah Pusat khususnya Kementerian Luar Negeri yang memberikan dukungan tidak saja kebijakan tetapi juga anggaran dan diharapkannya Pasar Malam di Belanda dapat menjadi model .
Diakuinya , pasar cukup besar dan sudah ada selain warga Indonesia pemegang paspor hijau di belanda cukup besar sebesar 15.000 orang dan tertinggi di Eropa. Begitupun warga keturunan yang pemegang paspor Belanda dan selain itu sekitar 10 persen warga Belanda yang mempunyai ikatan yang cukup besar.
Menurut Larso Simbolon, hal ini merupakan suatu keunggulan yang luar biasa, tinggal kita harus mengolahnya.
Salah satu perbedaan Pasar Malam pertama dan kedua adalah dengan digelarnya Forum Indonesia Today yang diisi dengan berbagai tema yang berbeda baik yang menyangkut investasi di Indonesia tetapi juga masalah lainnya diantaranya Peranan Indonesia di dalam ASEAN serta kerukunan beragama, selain masalah investasi.
Diharapkannya dengan danya Forum Indonesia Today, warga Belanda tidak sekedar mencintai martabak, atau nasi goreng serta berbaju batik dan keris tetapi juga mengetahui Indonesia kekinian, dan memahami kompleksitas yang dihadapi dalam mengelola berbagai hal.
Pasar Malam Indonesia yang berlangsung sejak minggu lalu digelar untuk kedua kalinya oleh KBRI Den Haag dengan didukung oleh berbagai perwakilan dari Pemerintah Daerah dan instansi pemerintah dan swasta.
***6***
(ZG)/B/A011)
(T.H-ZG/B/A011/A011) 07-04-2011 08:12:42
Tidak ada komentar:
Posting Komentar